,

,

Jumat, 07 Agustus 2015

Tarekat Syadziliyah Dari Timur Sampai Barat (Bag. 2)


Somalangu & Tarekat Syadziliyah

Di Jawa tengah selain Habib Lutfi tarekat syadziliyah juga disebarkan oleh Syekh Afifuddin bin Chanifuddin bin Mahfudz bin Abdurrohman Al Hasani yang berpusat di ponpes Al Kahfi, Somalangu, Sumberadi, Kebumen, alhamdulillah penulis sempat bertemu dengan sahabat saya yang merupakan santri Somalangu, Yusuf, bahkan sempat di berikan batu akik sebagai kenang-kenangan.

Sepulang mondok di Watucongol, Muntilan Syekh Abdurrohman Abdurrohman Al Hasani mengangkat putranya Mahfudz muda menjadi mursyid Thariqah As-Syadziliyah penerus beliau. Tepatnya di usia yang masih 17 tahun, sepulangnya Syeikh As_Sayid Mahfudz pulang dari Pesantren Watucongol, Muntilan beliau diangkat oleh ayahnya menjadi mursyid Thariqah As-Syadziliyyah pada tahun 1336 H/1918 M.

Untuk mengenang peristiwa ini, Syeikh Mahfudz Al-Hasani menyusun sebuah kitab manakib berjudul “Sirajul Qulub” (pelita hati) (1337 H), memuat sejarah perjalanan Imam Abul Hasan Ali As-Syadzili dan faham tasawufnya sampai dengan sanad silsilah ijazah kemursyidan yang sampai kepada beliau.

Mbah Dalhar Watucongol Muntian 

Dari Kebumen kita ke lereng tidar tepatnya di Pesantren Watucongol Muntilan asuhan Kiai Dalhar. Dari sini tarekat syadziliyah disebarkan oleh Mbah Dalhar dan kemudian dilanjutkan oleh anaknya KH. Ahmad Abdu Haq. dari Mbah Dulhaq ijazah kemusrsyidan diturunkan kepada Mbah Sadjadi atau Kiai Abdul Ghoni, 

Beliau juga memperoleh tarekat ini dari Kiai Ma’ruf Mangunwiyoto Tempursari Klaten. Mbah Sadjadi menyebarkan tarekat ini di pusat kota surakarta tepatnya di Masjid Jami M. Thohir Jl. Yosoroto Belakang BSM KC, Laweyan, Solo, Surakarta.

Mbah Sadjadi menghembuskan nafas terakhir pada Sabtu Pon 21 Maret 1987 bertepatan dengan 22 Rajab 1407 H sekitar pukul 19.00 WIB. Beliau pergi dalam usia 68 tahun. Kepergiannya membawa duka bagi keluarga, sahabat, para ulama dan santri-santri beliau. Kiai Sadjadi meninggalkan seorang istri, Nyai Hj. Chammah Sadjadi, 5 putra dan 3 putri.


Di kaki gunung Sindoro, Parakan Temanggung ada juga salah satu murid Mbah Dalhar yang menjadi mursyid, pejuang revousi ini terkenal dengan ponpes Kyai Parak Bambu Runcing, adalah KH. Muhaiminan Gunardo atau Mbah Hinan (wafat 2 Oktober 2007) putra Raden Abu Hasan, yang lebih dikenal dengan nama K.H. Sumomihardho ini masih keturunan Sri Sultan Hamengkubuwono II.

Sementara ibundanya, Hj. Mahwiyah, adalah putri Kiai Badrun, sesepuh Parakan yang berpengaruh karena kedalaman ilmu agamanya. Salah satu murid KH. Muhaiminan dikenal sebagai pendekar di kota Solo adalah Almarhum KH. Hilal Adnan atau akrab disapa Mbah Kaji pimpinan Thoriqoh Syadziliyah di Solo Jawa Tengah.

Postingan Terkait

Widget dari [ Mukelujauh.blogspot.com ]

Ayo Perbanyak Solawat

download win hisab versi 2.96 via ziddu

SARKUB TECH MELEK IPTEK

UNIVERSITAS MENYAN INDONESIA

Santri

PISS - KTB

Total tayangan laman

4