,

,

Minggu, 01 Juli 2012

TOKOH FALAK INDONESIA KH NOOR AHMAD JEPARA WAFAT



KH. NOOR AHMAD JEPARA 
(14 Desember 1932  - 20 Juni 2012)

PENCIPTA METODE HISAB "NURUL ANWAR"
PENASIHAT LAJNAH FALAKIYAH PBNU


 Setelah Mbah Liem, satu lagi tokoh NU yang wafat
Meski rada telat gue mau ngucapin Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun atas wafatnya 
Almarhum
KH. Noor Ahmad Jepara
salah satu tokoh falak Indonesia yang menulis kitab "Nurul Anwar & Syamsul Hilal"

Pak Jayus Minta Ijin Copas tesis doktornya yah ...
Biografi Intelektual KH Noor Ahmad SS

KH Noor Ahmad SS lahir di Jepara pada hari kamis Kliwon 14 Desember 1932 M/ 16 Sya'ban 1351 H. Ia adalah satu di antara ulama ahli ilmu Falak yang disegani di Indonesia yang masih hidup hingga saat ini. Pendidikan pesantren yang pernah dienyam antara lain di Tebu Ireng Jombang, Langitan Babat Lamongan, dan Lasem
Guru-gurunya adalah KH Rif’an Kudus, KH Turaichan Adjhuri (Menara Kudus), KH Abdul Jalil (guru dari KH Turaikhan Adjhuri), KH Zubaer Umar al-Jailani (pengarang kitab al-Khulashah al-Wafiyah), H. Abdur Rohim (Murid Sa’adoeddin Djambek), dan KH Misbahul Munir Magelang.
Menurut penulis pengertian guru di sini adalah tidak semata-mata guru dengan pengertian belajar secara langsung atau formal kepada yang bersangkutan. Namun dapat juga berarti berguru secara “tidak langsung”, sebagai teman berdiskusi dalam masalah ilmu Falak atau bahkan sebagai suatu penghormatan kepada seseorang yang diakui ketinggian dan kedalaman ilmunya dengan menganggapnya sebagai guru. Misalnya ada pendapat yang menyatakan KH Noor Ahmad SS berguru kepada H. Abdur Rachim, pada hal menurut penuturannya, ia pernah hanya bertemu dengan H. Abdur Rachim dan sempat berbincang-bincang dengannya. Namun tidak ada pernyataan pernah berguru kepadanya.
Karyanya antara lain kitab-kitab ilmu Falak yang pernah ditulis adalah:  Taufiq  ar-Rahman, Syawariq al-Anwar, Syams al-Hilal, dan Nur al-Anwar. Dalam kitab-kitab yang dikarangnya, ia menggunakan nama Abu Sayf al-Mujab Noor Ahmad ibn Shiddiq ibn Saryani.
Ia juga menulis artikel atau tulisan yang dipresentasikan pada seminar atau pertemuan  yang pernah diikutinya yang antara lain: Cara Rukyat yang Akurat, Efektifitas Rukyatul Hilal dengan Hisab Hakiki Taqribi, Sistem Hisab Nur al-Anwar dan Fath Ra’uf al-Mannan, Hisab dan Kedudukannya dalam Ibadah Muaqqat, Upaya Menyatukan Visi Terhadap Peristiwa Bersejarah Menurut Hisab Nur al-Anwar, dan Hisab Awal Bulan Hijriah.

Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Satu lagi sesepuh Nahdlatul Ulama (NU) wafat. KH Noor Ahmad, ahli falak asal Jepara, Jawa Tengah, telah berpulang ke Rahmatullah pada Rabu (20/6) hari ini sekitar pukul 10.00 WIB di Jepara. Sang kiai sepuh pengarang kitab "Nurul Anwar" meninggal dunia pada usia 83 tahun.

“Guru kita ahli falak terkenal, pencipta metode hisab Nurul Anwar telah wafat,” demikian disampaikan Ketua Lajnah Falakiyah PBNU KH A. Ghozalie Masroeri kepada NU Online melalui sambungan telefon.
Menurut Kiai Ghazali, KH Noor Ahmad adalah sosok kiai yang mengabdikan usianya untuk mengembangkan ilmu falak. Sampai menginjak usia senja, kiai yang sempat menggegerkan kerajaan Saudi Arabiyah karena kritiknya terhadap kesalahan penentuan tanggal pelaksanaan wukuf di Arafah ini masih aktif menjadi penasihat aktif Lajnah Falakiyah PBNU.
Lajnah Falakiyah mengimbau warga Nahdliyin menjalankan shalat ghaib, membacakan tahlil dan doa surat Al-Fatihah untuk (alm.) KH Noor Ahmad.

Penulis: A. Khoirul Anam

Source: 

Jepara, NU Online
Ribuan jamaah turut mengiringi pemakaman KH Noor Ahmad SS, ahli falak Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Rabu (20/6) kemarin. Sejak pagi, tepatnya pukul 10.00 WIB Yi Noor pulang ke rahmatullah. Kediamannya di Desa Kriyan, Kecamatan Kalinyamatan ramai dengan pentakziyah.

Puncaknya selepas Ashar. Atas nama shohibul musibah KH Sholeh Taufiq mengatakan sebelum wafat, Kiai Noor masih dalam keadaan baik-baik saja. Saat pukul 08.30 WIB kondisinya sedang kurang baik akhirnya diberangkatkan ke RSUD Kudus. “Kurang lebih jam 10.00 WIB Kiai Noor dalam usia 83 tahun kapundut ila rahmatillah,” paparnya.

Kiai Noor, dikatakannya adalah seorang Ulama yang ikhlas utamanya dalam membimbing santri dalam ilmu Falak. Santrinya sudah tersebar di berbagai penjuru. Sebagai manusia biasa, lanjut Sholeh Kiai Noor tentu mempunyai urusan haqqul adami. Karenanya urusan hak adam dipasrahkan kepada anaknya, H Romli.

Rais Syuriyah PCNU Jepara, KH Ahmad Kholil mengungkapkan, Kiai Noor Ahmad merupakan ulama yang ngrumati masyarakat. Meski beliau telah tiada, tambahnya Lajnah Falakiyah masih tetap membutuhkan pemikirannya. “Hal itulah kemanfataan dari sosok Kiai Noor,” ungkapnya.

Matinya orang alim adalah matinya alam semesta. Kyai Kholil menjelaskan wafatnya orang alim adalah cobaan yang besar. “Meskipun demikian semoga akan ada yang menggantikan KH Noor Ahmad,” harapnya.

Tiga kategori manusia yang disabdakan Nabi, tegasnya juga tercermin pada pribadi Kiai Noor. Alim, abid dan arif. “Kiai Noor seorang alim pewaris Nabi, seorang abid yang taat beribadah maupun bermujahadah dan seorang arif, mengerti serta menjalankan perintah Rasul,” jelasnya.

H Ahmad Marzuqi, Bupati Jepara yang turut hadir menghaturkan rasa bela sungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan. Cepat atau lambat, imbuhnya semuanya akan menyusul almarhum. “Semoga keluarga yang ditinggalkan tetap diberikan kesabaran atas ujian yang diberikan Allah SWT,” doanya.

Ilmu Falak yang dimiliki Kiai Noor Ahmad papar Marzuqi dibutuhkan masyarakat maupun pemerintah. Oleh karenanya, apa yang dicita-citakan almarhum di waktu berikutnya bisa diteruskan sanak keluarga maupun para santri.

Karena banyaknya pentakziyah, shalat jenazah dilaksanakan tiga kali bertempat di Masjid Al-Makmur. Almarhum KH Noor Ahmad SS dikebumikan di makam Jabang Bayi.

source:
http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,38472-lang,id-c,nasional-t,Ribuan+Jamaah+Iringi+Pemakaman+KH+Noor+Ahmad-.phpx

pengalaman: 
Terakhir bertemu beliau pada saat seminar penentuan arah kiblat dengan segitiga siku Pak Slamet Hambali pertengahan tahun 2010. beliau memberikan banyak kritik atas perkembangan hisab rukyat di Indonesia sekaligus menerangkan sisi menarik dunia hisab rukyat seperti menentukan cocok tidaknya pasangan, hari pasaran dan lain-lain. 


Sekilas tentang KH Noor Ahmad

Usulnya untuk Mengubah Waktu Haji Diterima Pemerintah Saudi Arabia
10/06/2009

Meski hampir setiap menjelang pelaksanaan puasa Ramadlan, Idul Fitri, dan Idul Adha umat Islam ribut dalam menentukan tanggalnya, namun rupanya tidaklah banyak ulama yang berkhidmah terhadap ilmu falak, ilmu tentang ilmu penanggalan. Dan di antara ulama khos yang sedikit ini adalah KH Nur Ahmad dari Jepara. Pada era KH Abdurrahman Wahid memimpin Nahdlatul Ulama, KH Nur Ahmad adalah perwakilan dari propinsi Jawa Tengah untuk Lajnah Falakiyah PBNU.

Terlahir di Robayan, Jepara pada tahun 1930 Nur Ahmad memulai pendidikannya di kampung halamannya sendiri, sebelum ia kemudian bersekolah ke Madrasah Taswiquth Thullab (TBS) Kudus. Selama belajar di TBS memang belum nampak keahliannya sebagai santri yang hebat. Namun selama belajar di TBS inilah Nur Ahmad mulai berkenalan dengan pelajaran falak dan berguru secara pribadi (sorogan) kepada KH Turaichan Kudus dengan memakai rubu’ (alat ukur berbentuk seperempat lingkaran) dan metode logaritma. Nur Ahmad belajar privat (sorogan) falak karena ia menyukai matematika.

Menurut penuturannya, Nur Ahmad menekuni pelajaran falak ketika duduk di bangku tsanawiyah TBS (SMP). Tingkatan tertinggi, karena waktu itu belum ada tingkat Aliyah (SMU). Waktu itu di Jepara, madrasah setingkat SMP pun belum ada. Di rumah, Nur Ahmad belajar mencocokkan arloji. Karena terlalu sering diubah-ubah, maka arlojinya pun sering rusak.

Selama di Madrasah TBS Kudus, Nur Ahmad belajar ilmu falak menggunakan kitab falak karangan Kiai Mawardi Solo. Nur Ahmad menyalinnya dengan memakai tinta tutul. Yakni berupa alat tulis yang terdiri dari batang lidi aren lancip dengan tinta cair dalam botol. Memang demikianlah alat tulis para santri pada zaman itu. Alat ini memiliki keistimewaan awet, tahan lama dan tidak pudar. Sehingga, meski sekarang telah ada bolpoint yang praktis, namun banyak santri masih menggunakannya sebagai alat tulis sampai saat ini.

Karena ketertarikannya pada pelajaran falak, Nur Ahmad tidak puas hanya belajar kepada satu guru saja, melainkan ia juga belajar falak secara sorogan (privat) kepada beberapa ulama di Kudus seperti kepada Kiai Rif’an Kudus. Keistimewaan cara belajar Nur Ahmad kepada Kiai Turaichan adalah, ia belajar langsung tanpa memakai kitab panduan. Tanpa kitab, sekali belajar harus langsung bisa.

Nur Ahmad memiliki jadwal rutin dengan Kiai Turaichan. Pernah, pada suatu ketika tidak dapat memenuhi jadwal hingga molor sampai kira-kira sebulan. Maka Nur Ahmad tidak berani kembali hingga ia bisa menguasai pelajaran selanjutnya. Dan ketika tiba ia kembali mengaji kepada Kiai Turaichan, maka dia ditanya, ”gimana kamu Nur?” Dan Nur Ahmad hanya menjawab, ”Sudah bisa Kiai”. Dan Kiai Turaichan pun melanjutkan pelajarannya.

Setelah menamatkan pendidikannya di Kudus, Nur Ahmad remaja kemudian berkelana ke pesantren-pesantren lain di Jawa. Di antaranya adalah ke Tebuireng, Jombang, ke Salatiga, ke Rembang, ke Lasem, dan ke Langitan, Tuban.

Perjalanannya menuntut ilmu falak ini dilakukan setelah mendapatkan restu dari gurunya, KH Turaichan. Yakni setelah Nur Ahmad dianggap telah cukup menguasai dasar-dasar falakiyah dan membutuhkan bersilaturrahim (mengaji) kepada guru-guru lain. Dari sinilah Nur Ahmad menguasai banyak metode falakiyah dan mempelajari banyak kitab-kitab falak seperti Hikmatul Wasaid dan Kurotul wafiyah.

Selama di Salatiga, Nur Ahmad belajar kepada Kiai Zubair, pengarang Khulasotul Wafiyah, dan di pesantren Widang Langitan, Nur Ahmad mengaji kepada Kiai Abdul Hadi dan akrab dengan Kiai Faqih Langitan yang merupakan teman satu angkatannya.

Namun selama mengembara ke beberapa Kiai ini, Nur Ahmad selalu menyempatkan diri untuk mengaji kepada guru pertamanya, KH Turaichan di Kudus. Sehingga Nur Ahmad merupakan salah satu santri kesayangan sang maestro falak ini.

Selain belajar secara jasmaniah/teknis, Nur Ahmad juga diperintahkan oleh gurunya, KH Turaichan untuk berguru secara ruhaniah. Cara berguru yang kedua ini berupa perjalanan ziarah kepada para ulama ahli falak yang telah wafat. Nur Ahmad sering mendapat perintah, untuk berziarah ke makam-makam ulama falak. Seperti ke pesarean (makam) Raden Dahlan, Semarang, seorang ulama ahli falak pada zamannya, Kiai Maksum Seblak, Jombang dan Asy’ari Bawean.

”Jika kamu ingin menguasai falak, berziarahlah kepada Kiai Ma’sum Jombang. Ber-hadharah (mengirim doa) kepada banyak Kiai, agar barokah,” kata Kiai Turaichan kepada muridnya ini.

Setelah sekian lama belajar kepada Kia Turaichan, Nur Ahmad pun kemudian muncul sebagai salah satu ulama ahli falak di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Awalnya, sang guru, Kiai Turaichan Adjhuri es-Syarofi Kudus, sebagai ketua Markas penanggalan Jawa Tengah, diminta sebagai anggota Lajnah Falakiyah di PBNU dari perwakilan Jawa Tengah, tetapi tidak berkenan. Lalu Kiai Turaichan diminta untuk menunjuk perwakilannya. Maka sang guru ini pun menunjuk Kiai Nur Ahmad Jepara yang merupakan muridnya, sebagai wakilnya di Lajnah Falakiyah PBNU. Peristiwa ini ini terjadi pada tahun 1969. Maka jadilah KH Nur Ahmad sebagai salah satu pengurus Lajnah Falakiyah PBNU.

Mengubah Haji Akbar

Salah satu alasan, mengapa Nur Ahmad merupakan salah satu di antara para ulama ahli falak yang diperhitungkan adalah prestasinya mengubah keputusan pemerintah Saudi Arabia dalam menentukan waktu wukuf pada tahun 1988.

Waktu itu, pemerintah Saudi Arabia berkeras ingin menentukan hari waktu wukuf haji menurut kehendaknya sendiri. Yakni dipaskan pada hari Jumuah (Jum’at), agar dapat menjadi momentum Haji Akbar. Pemerintah Saudai Arabiyah berusaha merekayasa agar wukuf pada musim haji kali ini dapat dilaksanakan pada hari Jumuah, sehingga dapat dianggap menjadi Haji Akbar.

Melihat gelagat ini, PBNU yang pada waktu itu dipimpin oleh KH Abdurrahman Wahid pun secara resmi mengutus KH Nur Ahmad untuk meluruskan kesalahan pemerintah Saudi Arabia. Maka Nur Ahmad pun berada dalam rombongan haji para pengurus PBNU.

Di Makkah, KH Nur Ahmad kemudian membuat penuturan tertulis dalam bahasa Arab bahwa klaim Saudi Arabiya adalah salah. KH Nur Ahmad menyertakan berbagai pandangan hingga setebal delapan belas lembar. Penuturan KH Nur Ahmad ini kemudian dikirim ke beberapa pihak, termasuk pemerintah kerajaan Saudi Arabia dan Kedutaan Indonesia di sana.

Dalam penuturan tertulisnya ini, Nur Ahmad mendasarkan hitungannya pada perbedaan awal Dzulqo’dah. Yakni dengan menggenapkan bulan Syawal menjadi tiga puluh hari, karena bulan Ramadhan sebelumnya, hanya berjumlah dua puluh sembilan hari. Karena tidaklah mungkin terdapat penanggalan hijriyah dengan 29 hari dalam tiga bulan berturut-turut.

Selain itu, sebagai utusan PBNU, KH Nur Ahmad mengumpulkan orang-orang Indonesia yang bermukim di Makkah, untuk move/pressure politik. Kepada mereka KH Nur Ahmad berpesan, jika benar Kerajaan Saudi Arabia tetap memutuskan dan mengumumkan bahwa wukuf jatuh pada hari Jumuah, maka mereka harus tetap melaksanakan wukuf pada hari Sabtu. ”Tolong pinjami saya mobil dan sopirnya, nanti kalian ikut di dalamnya. Kita tetap akan wukuf pada hari sabtu,” kata Nur Ahmad kepada para mukimin tersebut, yang sebenarnya adalah para tetangganya dari demak, Lasem dan sekitarnya.

Akhirnya, pemerintah Saudi Arabia bersedia merubahnya pendiriannya dan jadilah akhirnya wukuf bersama-sama pada hari Sabtu. Untuk memastikan perubahan sikap pemerintah saudi Arabia ini, Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman Wahid pun menyusul ke Saudi Arabia.

”Dianggapnya pada waktu itu ahli falak di NU hanya Nur Ahmad Jepara saja. Padahal Nur Ahmad hanyalah Murid Kiai Turaichan Kudus saja.” katanya KH Nur Ahmad merendah.

Syamsul Hilal


KH Nur Ahmad ini pulalah yang merupakan ”saksi ahli” dalam kejadian penolakan melihat gerhana matahari secara langsung dengan mata telanjang, yang tetapkan oleh pemerintah. KH Nur Ahmad tentu tidak kaget ketika perintah keluar masjid dan melihat gerhana secara langsung dikeluarkan oleh gurunya dari atas mimbar khutbah gerhana. Bagaimana pun juga Nur Ahmad telah mengetahui sebelumnya, karenya dirinya merupakan orang yang sangat intens diajak berdiskusi oleh gurunya untuk urusan falakiyah.

Untuk mengukur sejauh mana kualitas keilmuan Nur Ahmad, dapatlah diukur dari kedekatannya dengan gurunya. Karena kepercayaan Kiai Turaichan kepada Nur Ahmad, maka ia sering diajak langsung untuk menemui tamu-tamu penting membicarakan urusan falakiyah, atau ketrlibatannya sebagai wakil Kiai Turaichan untuk urusan-urusan falakiyah.

Salah satu yang cukup membuatnya terkesan adalah ketika gurunya, KH Turaichan didatangi oleh seorang tamu bernama Sa’duddin Jambek dari Sumatera Barat. Tamu ini datang ke Kudus, tampaknya ingin mencoba menjajaki, sejauh mana ketinggian ilmu gurunya. Di sini Nur Ahmad adalah murid yang dilibatkan secara langsung untuk menemui sang tamu.

Tamu ini menanyakan, kitab apa yang digunakan untuk menghitung tinggi hilal (bulan sabit penanda awal tanggal baru) dari kaki langit (ufuk) terendah. Mengerti maksud kedatangan tamunya, Kiai Turaichan mulai menjawab dengan menunjukkan kitab falak yang dianggap paling dasar oleh kalangan santri, yakni Sullamun Nayiroin. Ketika sang tamu mengerti, maka Turaichan terus menunjukkan pada tingkat di atasnya. Demikian seterusnya, hingga ketika menunjukkan kitab Syamsul Hilal, sang tamu belum mengenalinya. Maka rupanya sedemikianlah kemampuan sang tamu. Padahal masih banyak kitab-kitab lain yang dianggap lebih tinggi daripada Syamsul Hilal.

Belajar kepada Syeikh Yasin Padang

Salah satu yang membuat KH Nur Ahmad merasa berkesan adalah ketika berguru kepada Syeikh Yasin Padang. KH Nur Ahmad berguru kepada Syeikh Yasin Padang di Makkah ketika sedang menunaikan ibadah haji.

Jika pada umumnya, seseorang membutuhkan waktu lama untuk mempelajari sebuah kitab, dengan Syeikh Yasin Padang, KH Nur Ahmad hanya membutuhkan 3 hari untuk menghatamkan satu kitab. Alhasil, KH Nur Ahmad pun memiliki banyak pengetahuan baru bersama Syeikh Yasin Padang.

Dengan cara belajar sepanjang masa inilah, KH Nur Ahmad menjalani kehidupannya yang sederhana dan bermanfaat. Meski telah memiliki banyak santri di rumahnya, namun KH Nur Ahmad masih tetap belajar kepada banyak guru dan menimba ilmu kepada para ulama lainnya.

KH Nur Ahmad mengabdikan sepanjang hidupnya untuk perjuangan ilmu Islam Ahlussunnah Waljamaah. Mengabdi untuk pada para santrinya, organisasi NU di Lajnah Falakiyah dan kepada masyarakat sekitarnya.


Syaifullah Amin
(Ditulis berdasarkan penuturan KH Nur Ahmad kepada tim NU Online di rumahnya, Jepara, pada Sabtu 7 Maret 2009)

* Diambil dari NU Online 
 source:

Syiiran KH Noor Ahmad

…La ilaha illallah/ almalikul haqul mubin/ muhammadur Rasulullah/ shadiqul wa’dul amin// Allahumma yassirlana/ ziarah makah kakbah madinah/ Allahumma yassirlana/ ziarah makah kakbah madinah// Allahumma innaka afwun karim/ tuhibbul afwa fa’fu anni/ Allahumma innaka afwun karim/ tuhibbul afwa fa’fu anni// amin/ amin/ amin/ amin/ amin/ amin/ amin/ amin/ amin/ amin/ amin/ amin/ amin/ ya rabbal alamin…

Syiir tersebut terselip di Al-Quran saya. Dipenghujungnya tertulis, disusun oleh KH Noor Ahmad SS, Kriyan 16 Ramadhan 1419/ 4 Januari 1999. Ya, salah satu syiiran Yi Noor kerap saya dengarkan bakda Subuh. Beliau memperdengarkan lagu tersebut ke klahayak warga Kriyan, Margoyoso dan sekitarnya. Selain itu ada pula lagu lain yang juga diperdengarkan.

Saben jam 03.00 pagi hari jika kebetulan saya nglilir, adzan makkah juga terdengar sampai di kampungku. Sebuah isyarat dari abah Syaiful Mujab agar sepertiga malam digunakan untuk shalatullail. Begitulah cara Yi Noor kelahiran Jepara Kamis Kliwon 14 Desember 1932/ 19 Rajab 1351 berkomunikasi spiritual dengan warga. 

Kapundut Ila Rahmatillah

Rabu pagi, 20 Juni 2012/ 30 Rajab 1433 saat sejenak berada di warnet seorang teman PC IPNU sms menanyakan Yi Noor. Ia dapat sms dari kakaknya, dosen STAIN Kudus. Isi sms menanyakan apa benar yi Noor sedo?

Karena belum dapat informasi akhirnya buka-buka warta yang diunggah NU Online. Dalam satu wartanya memang memberitakan Yi Noor kapundut ila rahmatillah. Warta ditulis A Khoirul Anam atas kabar dari KH Slamet Hambali, ahli falak dari IAIN Walisongo Semarang.

Sebelum menuju MA Walisongo Pecangaan, saya sengaja lewat dalem beliau. Sejumlah pentakziyah sudah berada di desa Kriyan. Tratak pun sudah terpasang. Sampai di Walisongo saya bertanya pada teman, barangkali tahu jam pemakamannya. Selepas Ashar begitu jawabannya.

Untuk memastikan saya menelpon kepada teman yang kuliah jurusan Falak IAIN Walisongo. Tidak diangkat. Salah satu santri Pesantren ‘Darun Najah’ Jrakah Semarang juga tidak diangkat. Akhirnya saya memberanikan untuk nelpon Gus Syaiful Mujab, putra beliau. Ternyata sanak saudara maupun teman sudah dikabarinya. Pemakaman dilaksanakan jam 16.30 WIB. Saya menelpon pada sejumlah teman agar mengabari teman lain, warta di NU Online juga saya tag di FB saya.

Saat pemakaman ribuan pentakziyah hadir. Bupati, mantan Bupati, pejabat, kyai, warga juga turut hadir pula. Saking banyaknya jamaah shalat jenazah dilaksanakan 3 kali bertempat di Masjid ‘Al-Makmur’ Kriyan . Beliau dikebumikan di ‘Jabang bayi’ Kriyan. Allahummaghfirlahu warhamhu waafihi wa’fu anhu.  Semoga beliau ditempatkan Allah SWT di raudlah min rin riyadlil jinan. Amiin. (Syaiful Mustaqim)
source:

LIRIK LAGU "QOD TAMAMALLAH MAQASIDNA" [Habib Syekh Solo], MARI KITA TIRU NABI MUHAMMAD SAW

قد تمم الله مقاصدنا 

 قد تمم الله مقاصدنا
وزال عنا جميع الهم
ببركة النور شافعنا
جوده وفضله علينا عم
طابت بذكره مشاربنا
وكم مننه علينا كم
وكم تفضل وكم أغنى
وكم تكرم وكم أنعم
.....
ليلة صفا قد صفت معنا
ونورها بيننا يقسم
حاشا الهي يخيبنا
وله مواهب علينا جم
عسى بفضله يعاملنا
من العقاب والغضب نسلم
وعاقبتنا تقع حسنى
بحين ما عمرنا يختم
في جنة الخلد يدخلنا
مع النبي المصطفى الأكرم
صلوا على من به سدنا
على فصيح كذا أعجم

Ternyata lagu ini dipopulerkan oleh Bilal Inad al-Kubaisy, dia adalah penyanyi sekaligus pencipta lagu terkenal di Irak. awalnya dia ikut rombongan penyanyi pimpinan Abu ad-Darda' dan Mustofa Nasir terus dia mulai bersolo karir dan menciptakan dan menyanyikan beberapa lagu, diantaranya:
Al Yaum, Udzri Ilaikum, Aya Biladiy, Rosulullah, Qod Tamamallah dll. di Indonesia lagu ini dinyanyiin Habib Syekh Solo. Yang gue suka dari lirik isinya adalah ungkapan syukur dan pujian atas hadirnya Nabi SAW (ya Allah berikanlah kami syafaatnya)

 Bilal Inad al-Kubaisy

 Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf

Ayo Perbanyak Solawat

download win hisab versi 2.96 via ziddu

SARKUB TECH MELEK IPTEK

UNIVERSITAS MENYAN INDONESIA

Santri

PISS - KTB

Total tayangan laman

4