Metode penelitiannya sebagai berikut:
Wiseman merekrut sekelompok orang yang merasa hidupnya selalu
untung, dan sekelompok lain yang hidupnya selalu sial. Memang kesannya
seperti main-main, bagaimana mungkin keberuntungan bisa diteliti. Namun
ternyata memang orang yang beruntung bertindak berbeda dengan mereka
yang sial.
Dalam salah satu sesi The Luck Project ini, Wiseman
memberikan tugas untuk menghitung berapa jumlah foto dalam koran yang
dibagikan kepada 2 kelompok tadi. Orang-orang dari kelompok sial
memerlukan waktu rata-rata 2 menit untuk menyelesaikan tugas ini.
Sementara mereka dari kelompok si Untung hanya perlu beberapa detik
saja! Lho kok bisa?
Ya, karena sebelumnya pada halaman ke-2, Wiseman telah
meletakkan tulisan yang tidak kecil berbunyi "Berhenti menghitung
sekarang! ada 43 gambar di koran ini". Kelompol sial melewatkan tulisan
ini ketika asyik menghitung gambar.
Bahkan, lebih iseng lagi, di tengah-tengah koran, Wiseman
menaruh pesan lain yang bunyinya: "Berhenti menghitung sekarang dan
beritahu ke peneliti Anda menemukan ini, dan menangkan $250!". Lagi-lagi
kelompok sial melewatkan pesan tadi! Memang benar-benar sial.
Singkatnya, dari penelitian yang diklaimnya "scientific" ini,
Wiseman menemukan 4 faktor yang membedakan mereka yang beruntung dari
yang sial:
1. Sikap terhadap peluang
Orang beruntung ternyata memang lebih terbuka terhadap
peluang. Mereka lebih peka terhadap adanya peluang, pandai menciptakan
peluang, dan bertindak ketika peluang datang.
Ternyata orang-orang yang beruntung memiliki sikap yang lebih
rileks dan terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru. Mereka lebih
terbuka terhadap interaksi dengan orang-orang yang baru dikenal, dan
menciptakan jaringan-jaringan sosial baru. Orang yang sial lebih tegang
sehingga tertutup terhadap kemungkinan-kemungkinan baru.
Warren Buffet/apollokidz.com
Sebagai contoh, ketika Barnett Helzberg seorang pemilik toko
permata di New York hendak menjual toko permatanya, tanpa disengaja
sewaktu berjalan di depan Plaza Hotel, dia mendengar seorang wanita
memanggil pria di sebelahnya: "Mr. Buffet!" Hanya kejadian sekilas yang
mungkin akan dilewatkan kebanyakan orang yang kurang beruntung. Tapi
Helzber berpikir lain, ia berpikir jika pria di sebelahnya ternyata
adalah Warren Buffet, salah seorang investor terbesar di Amerika, maka
dia berpeluang menawarkan jaringan toko permatanya.
Maka Helzberg segera menyapa pria di sebelahnya, dan betul
ternyata dia adalah Warren Buffet. Perkenalan pun terjadi dan Helzberg
yang sebelumnya sama sekali tidak mengenal Warren Buffet, berhasil
menawarkan bisnisnya secara langsung kepada Buffet, face to face.
Setahun kemudian, Buffet setuju membeli jaringan toko permata milik
Helzberg. Betul-betul beruntung.
2. Menggunakan intuisi dalam membuat keputusan
Orang yang beruntung ternyata lebih mengandalkan intuisi
daripada logika. Keputusan-keputusan penting yang dilakukan oleh orang
beruntung ternyata sebagian besar dilakukan atas dasar bisikan "hati
nurani" (intuisi) daripada hasil otak-atik angka yang canggih.
Angka-angka akan sangat membantu, tapi final decision umumnya
dari "gut feeling". Yang barangkali sulit bagi orang yang sial adalah,
bisikan hati nurani tadi akan sulit kita dengar jika otak kita pusing
dengan penalaran yang tak berkesudahan.
Makanya orang beruntung umumnya memiliki metoda untuk
mempertajam intuisi mereka, misalnya melalui meditasi yang teratur. Pada
kondisi mental yang tenang, dan pikiran yang jernih, intuisi akan lebih
mudah diakses. Dan makin sering digunakan, intuisi kita juga akan
semakin tajam.
3. Selalu berharap kebaikan akan datang
Orang yang beruntung ternyata selalu ge-er terhadap
kehidupan. Selalu berprasangka baik bahwa kebaikan akan datang
kepadanya. Dengan sikap mental yang demikian, mereka lebih tahan
terhadap ujian yang menimpa mereka, dan akan lebih positif dalam
berinteraksi dengan orang lain.
Coba saja lakukan tes sendiri secara sederhana. Tanya orang
sukses yang kamu kenal, bagaimana prospek bisnis ke depan. Pasti mereka
akan menceritakan optimisme dan harapan.
4. Mengubah hal yang buruk menjadi baik
Orang-orang beruntung sangat pandai menghadapi situasi buruk
dan merubahnya menjadi kebaikan. Bagi mereka, setiap situasi selalu ada
sisi baiknya.
Dalam salah satu tesnya Prof Wiseman meminta para relawan
untuk membayangkan sedang pergi ke bank, dan tiba-tiba bank tersebut
diserbu kawanan perampok bersenjata.
Reaksi orang dari kelompok sial umunya adalah: "Wah sial
bener ada di tengah-tengah perampokan begitu". Sementara reaksi orang
beruntung, misalnya adalah: "Untung saya ada di sana, saya bisa
menuliskan pengalaman saya untuk media dan dapat duit".
Apapun situasinya, orang yang beruntung pokoknya untung
terus. Mereka dengan cepat mampu beradaptasi dengan situasi buruk dan
merubahnya menjadi keberuntungan.
Sekarang, bagaimana kita menyikapi kesimpulan Richard
Wiseman? 4 faktor di atas adalah kunci untuk mendapatkan keberuntungan.
Intinya adalah: memiliki rasa syukur dan selalu berpikir positif.
Dengan terus memupuk rasa syukur dan berpikir positif, hati kita menjadi "ringan" dan hasilnya: memancarkan aura positif yang mendatangkan banyak kebaikan bagi kita.
Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung...