,

,

Senin, 24 Desember 2012

Kristen, Agama Terbesar di Dunia



WASHINGTON, KOMPAS.com — Orang Kristen merupakan kelompok agama terbesar di dunia, dengan jumlah sekitar 2,2 miliar orang, demikian menurut sebuah studi yang dirilis Pew Forum tentang Agama dan Kehidupan Publik, Selasa (18/12).

Pew mengumpulkan data jumlah dan distribusi geografis delapan kelompok agama utama, termasuk mereka yang tidak percaya agama apa pun.

Studi itu menemukan, orang Kristen berjumlah sekitar 32 persen dari populasi dunia, diikuti umat Islam yang menjadi kelompok terbesar kedua, dengan 1,6 miliar pengikut.

Hindu merupakan kelompok terbesar ketiga, berjumlah sekitar satu miliar (15 persen), diikuti umat Buddha, berjumlah 500 juta (tujuh persen) dan orang-orang Yahudi, yang berjumlah 14 juta orang (0,2 persen).

Studi demografi seluruh dunia terhadap lebih dari 230 negara dan teritori itu menemukan bahwa lebih dari delapan orang dalam setiap 10 orang, sekitar 5,8 miliar orang, mengidentifikasi diri sebagai orang beragama.

Lebih dari 400 juta orang (enam persen) mempraktikkan berbagai tradisi rakyat, termasuk tradisi Afrika dan agama asli.

Pew Forum mengatakan studi itu, dengan afiliasi agama didasarkan pada identifikasi diri, tidak berusaha untuk mengukur sejauh mana penganut menghayati keyakinan mereka.


copast : 
http://internasional.kompas.com/read/2012/12/18/13105554/Kristen.Agama.Terbesar.di.Dunia
Sumber :
AFP
Editor :
Egidius Patnistik

Minggu, 23 Desember 2012

MELEPASMU - DRIVE





Melepasmu

Tak mungkin menyalahkan waktu
Tak mungkin menyalahkan keadaan
Kau datang di saat ku membutuhkanmu
Dari masalah hidupku bersamanya
Reff:
Semakin ku menyayangimu
Semakin ku harus melepasmu dari hidupku
Tak ingin lukai hatimu lebih dari ini
Kita tak mungkin trus bersama
Satu saat nanti kau kan dapatkan
Seorang yang akan dampingi hidupmu
Biarkan ini menjadi kenangan
Dua hati yang tak pernah menyatu
Repeat reff
Maafkan aku yang membiarkanmu
Masuk ke dalam hidupku ini
Maafkan aku yang harus melepasmu
Walau ku tak ingin
Repeat reff

Sabtu, 15 Desember 2012

RASA SAYANG KANJENG NABI SAW PADA UMATNYA






Nabi s.a.w. bertanya: "Apakah pintu-pintunya bagaikan pintu-pintu rumah kami?" Jawabnya: "Tidak, tetapi selalu terbuka, setengahnya di bawah dari lainnya, dari pintu ke pintu jarak perjalanan 70,000 tahun, tiap pintu lebih panas dari yang lain 70 kali ganda." (nota kefahaman: yaitu yg lebih bawah lebih panas)

Tanya Rasulullah s.a.w.: "Siapakah penduduk masing-masing pintu?" Jawab Jibril:
"Pintu yg terbawah untuk orang-orang munafik, dan orang-orang yg kafir setelah diturunkan hidangan mukjizat nabi Isa a.s. serta keluarga Fir'aun sedang namanya Al-Hawiyah.
Pintu kedua
tempat orang-orang musyrikin bernama Jahim,
Pintu ketiga tempat orang shobi'in bernama Saqar.
Pintu ke empat tempat Iblis dan pengikutnya dari kaum majusi bernama Ladha,
Pintu kelima orang yahudi bernama Huthomah.
Pintu ke enam tempat orang nasara bernama Sa'eir."
Kemudian Jibril diam segan pada Rasulullah s.a.w. sehingga ditanya: "Mengapa tidak kau terangkan penduduk pintu ke tujuh?" Jawabnya: "Di dalamnya orang-orang yg berdosa besar dari ummatmu yg sampai mati belum sempat bertaubat."
Maka nabi s.a.w. jatuh pingsan ketika mendengar keterangan itu, sehingga Jibril meletakkan kepala nabi s.a.w. di pangkuannya sehingga sadar kembali dan sesudah sadar nabi saw bersabda: "Ya Jibril, sungguh besar kerisauanku dan sangat sedihku, apakah ada seorang dari ummat ku yang akan masuk ke dalam neraka?" Jawabnya: "Ya, yaitu orang yg berdosa besar dari ummatmu."
Kemudian nabi s.a.w. menangis, Jibril juga menangis, kemudian nabi s.a.w. masuk ke dalam rumahnya dan tidak keluar kecuali untuk sembahyang kemudian kembali dan tidak berbicara dengan orang dan bila sembahyang selalu menangis dan minta kepada Allah.(dipetik dari kitab "Peringatan Bagi Yg Lalai") 

Itulah rasa sayang Kenjeng Nabi saw kepada umatnya ..... 
Ya Allah jangan sampai kami membuat Kanjeng Nabi saw menangis karena perbuatan kita yang membuat beliau sedih ..

Kunci Untuk Melunasi Hutang


 

Surel Cetak PDF
Orang hidup itu tidak usah malu, kecuali itu aib. Kalau itu aib, maka kita harus malu, harus menyembunyikannya, jangan sampai orang umum tahu. Adapun hutang-piutang itu bukan termasuk aib, jadi jangan malu karena punya hutang. Yang terpenting, sampean punya niat untuk melunasi hutang itu. Karena yang namanya dagang, kalau tidak untung, ya rugi. Adapun kalau itu masalah aib, maka konsutasinya ya pribadi, tidak di depan umum, seperti contoh anaknya menghamili perempuan sebelum nikah, ini merupakan aib, maka jangan kemudian diumbar di depan umum, begitu juga aib-aib yang lainnya. Dalam hutang, yang terpenting adalah diniati ingin membayar hutang itu, lalu ikhtiar untuk melunasinya, membayarnya bagaimana. Modal utamanya adalah pertama, mempunyai persangkaan yang baik kepada Allah, karena banyak orang yang belum apa-apa sudah suu-uzh zhan (berburuk sangka) pada Allah, seperti belum berdoa sudah mengatakan, “doa saya tidak mungkin dikabulkan”, atau mengatakan, “saya ini tidak akan maju, hanya akan begini-begini saja”, itu diantara contoh berburuk sangka kepada Allah Ta’ala. Modal yang kedua adalah, menunjukkan bahwa kita butuh kepada Allah, seperti kita dalam berdoa menggunakan adab, tata karma, penuh tawadlu’ pada Allah, karena begini, bagaimana doa kita mau diijabahi, dikabulkan oleh Allah kalau kita berdoa seakan-akan kita nagih, kayak-kayaknya Allah itu punya hutang pada kita, sehingga berdoa kepada Allah nagih-nagih, nyuruh-nyuruh, memberi target, mentang-mentang punya wiridan ini, amalan itu. Modal yang ketiga adalah meyakini dengan penuh tekad dan keyakinan bahwa tidak ada yg bisa menolong kecuali Allah Ta’ala, hanya Allah lah yang bisa memberi pertolongan kepada kita. Kalau sudah begitu, maka kita tidak akan menggantungkan diri kita, usaha kita, doa kita kepada selain Allah, kita sudah memasrahkan diri pada Allah atas usaha dan doa kita.

Penulis        : Syukron Ma’mun, S.Pd.

Dibalik Diterimanya Doa oleh Allah Ta’ala


Surel Cetak PDF
Allah Ta’ala berfirman: ادعوني أستجب لكم  yang artinya “Berdoalah pada-Ku (Allah) maka Aku (Allah) akan menerima kalian”.
Firman Allah tersebut merupakan dasar atau dalil perintah kepada kita untuk berdoa kepada Allah. Lalu apakah doa yang kita panjatkan itu pasti diterima oleh Allah? Doa kita diterima atau tidak itu hak Allah, tapi kita wajib untuk berdoa kepada Allah. Selanjutnya, yang namanya menerima itu belum tentu mengijabahi. Kita berdoa pasti diterima, akan tetapi belum tentu diijabahi oleh Allah. Tidak semua diberikan atau diijabahi oleh Allah, dan Allah tidak mengijabahi doa itu termasuk bentuk kasih sayang atau rahmat Allah kepada hamba-Nya. Doa pun dalam astajib lakum itu tetap ada syara’nya, sehingga tidak semua doa diijabahi, contohnya kita berdoa menjadi Nabi, itu tidak akan diijabahi.
Doa itu ada yang diterima, tapi untuk memenuhi gudang akhirat, ibaratnya kita menabung, sehingga tidak diijabahi di dunia, ada juga doa yang diijabahi di dunia dan akhirat. Allah Ta’ala itu mengabulkan doa melalui proses syar’an. Seperti begini, Muhammad diangkat menjadi Nabi pada umur 25, lalu umur 40 baru diangkat menjadi Rasul, umur 51 tahun baru diberi perintah shalat melalui isra’ mi’raj, dan ahkamul wudlu’ baru diajarkan di Madinah. Di sini, Nabi Muhammad saja masih diberi proses, tidak langsung.
Kalau kita berdoa lalu Allah tidak mengijabahi doa kita, kita harus bersyukur, berterima kasih pada Allah, karena bisa jadi, Allah tidak mengijabahi doa kita itu karena kita belum siap menerima doa kita diijabahi oleh Allah, karena ada beberapa hal yang kita belum kuat.
Doa, amalan-amalan, hizib, puasa, melek, dan lain-lain itu untuk membersihkan hati dan menyucikan jiwa (tashfiyatul quluub wa tazkiyatun nafs), sehingga ada godaan di dalamnya, yaitu selalu terjadi perang batin, contoh: ada orang yang ngaji ke salah satu kiai yang terkenal ke’alimannya lalu orang tersebut timbul dalam hatinya rasa bangga karena bisa dekat dan ngaji kepada sang kiai sehingga merendahkan orang lain, kalau sudah begitu, itu sebenarnya bala’ atau musibah bagi sang kiai tersebut.
Wal hasil, kita harus bersyukur karena kita disayang oleh Allah Ta’ala dengan tidak diberi secara langsung, namun bertahap, karena kalau diberi langsung kita bisa nggeblag karena tidak kuat. Wallahu a’lam

* Disarikan dari pengajian Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya pada 26 Ramadlan 1433 H di kediaman Beliau, Kota Pekalongan.


Penulis      : Syukron Ma'mun S.Pd.

Senin, 10 Desember 2012

OBRAL NOMOR ANYAR





Sehubungan dengan adanya trouble no ane yang lama di hapus ajah, diganti sama nomor ini

0857 3322 1550
0878 5505 6955


TERIMAKASIH KAWAN

Minggu, 09 Desember 2012

RAHASIA DI BALIK SOLAT SUBUH



Jika kita terjemahkan, akan berarti "Sholat itu lebih baik daripada tidur". Tetapi coba perhatikan baik baik. Mengapa kalimat itu hanya dikumandangkan saat adzan subuh saja?

Dalam kalimat itu Allah SWT ternyata sedang memberikan isyarat kasih sayangnya pada kaum muslimin, sebuah isyarat yang sering kita abaikan maknanya.

Lalu mengapa isyarat itu justru dikumandangkan hanya pada adzan shalat subuh, tatkala kita semua sedang terlelap, dan bukan pada adzan untuk shalat lain?


Penjelasan Ilmiahnya:

Pada studi MILIS, studi GISSI 2 dan studi-studi lain di luar negeri, yang dipercaya sebagai suatu penelitian yang shahih mendapati sebuah kesimpulan jika puncak terjadinya serangan jantung sebagian besar dimulai pada jam 6 pagi sampai jam 12 siang.

Mengapa demikian? Karena pada saat itu sudah terjadi perubahan pada sistem tubuh dimana terjadi kenaikan tegangan saraf simpatis (istilah Cina:Yang) dan penurunan tegangan saraf parasimpatis (YIN). 

Tegangan simpatis yang meningkat akan menyebabkan kita siap tempur, tekanan darah akan meningkat, denyutan jantung lebih kuat dan sebagainya.

Pada tegangan saraf parasimpatis yang meningkat maka terjadi penurunan tekanan darah, denyut jantung kurang kuat dan ritmenya melambat. Terjadi peningkatan aliran darah ke perut untuk menggiling makanan dan berkurangnya aliran darah ke otak sehingga kita merasa mengantuk, pokoknya yang cenderung kepada keadaan istirahat.

Pada pergantian waktu pagi buta (mulai pukul 3 dinihari) sampai siang itulah secara diam-diam tekanan darah berangsur naik, terjadi peningkatan adrenalin yang berefek meningkatkan tekanan darah dan penyempitan pembuluh darah (efek vasokontriksi) dan meningkatkan sifat agregasi trombosit (sifat saling menempel satu sama lain pada sel trombosit agar darah membeku) walaupun kita tertidur.

Aneh bukan? Hal ini terjadi pada semua manusia, setiap hari termasuk Anda dan saya maupun bayi Anda. Hal seperti ini disebut sebagai ritme Circardian / Ritme sehari-hari, yang secara kodrati diberikan Allah SWT kepada manusia.

Furchgott dan Zawadsky pada tahun 1980 dalam penelitiannya mengeluarkan sekelompok sel dinding arteri sebelah dalam pada pembuluh darah yang sedang diselidikinya (dikerok). 

Pembuluh darah yang normal yang tidak dibuang sel-sel yang melapisi dinding bagian dalamnya akan melebar bila ditetesi suatu zat kimia yaitu Asetilkolin.

Pada penelitian ini terjadi keanehan, dengan dikeluarkannya sel-sel dari dinding sebelah dalam pembuluh darah itu, maka pembuluh tadi tidak melebar kalau ditetesi asetilkolin.

Penemuan ini tentu saja menimbulkan kegemparan dalam dunia kedokteran.

"Jadi inilah yang menentukan melebar atau menyempitnya pembuluh darah, suatu penemuan baru yang sudah sekian lama, sekian puluh tahun diteliti tapi tidak ketemu".

Penelitian itu segera diikuti penelitian yang lain diseluruh dunia untuk mengetahui zat apa yang ada didalam sel bagian dalam pembuluh darah yang mampu mengembangkan / melebarkan pembuluh itu. Dari sekian ribu penelitian maka zat tadi ditemukan oleh Ignarro serta Murad dan disebut NO/Nitrik Oksida.

Ketiga peneliti itu Furchgott dan Ignarro serta Murad mendapat hadiah NOBEL tahun 1998.

Zat NO selalu diproduksi, dalam keadaan istirahat tidur pun selalu diproduksi, namun produksi dapat ditingkatkan oleh obat golongan Nifedipin dan nitrat dan lain-lain tetapi juga dapat ditingkatkan dengan bergerak dan olahraga.

Efek Nitrik oksida yang lain adalah mencegah kecenderungan membekunya darah dengan cara mengurangi sifat agregasi / sifat menempel satu sama lain dari trombosit pada darah kita.

Jadi kalau kita kita bangun tidur pada pagi buta dan bergerak, maka hal itu akan memberikan pengaruh baik pada pencegahan gangguan kardiovaskular.

Naiknya kadar NO dalam darah karena exercise, yaitu wudhu dan shalat sunnah dan wajib, apalagi bila disertai berjalan ke mesjid merupakan proteksi bagi pencegahan kejadian kardiovaskular, tanpa manusia menyadarinya. 

Selain itu patut dicatat bahwa pada posisi rukuk dan sujud terjadi proses mengejang, posisi ini meningkatkan tonus parasimpatis (yang melawan efek tonus simpatis).

Dengan exercise, tubuh memproduksi NO untuk melawan peningkatan kadar zat adrenalin di atas yang berefek menyempitkan pembuluh darah dan membuat sel trombosit darah kita jadi bertambah liar dan saling merangkul.


Sejak awal kedatangan Islam, Allah menyerukan shalat subuh. Hanya saja Allah tidak secara jelas menyatakan manfaat akan hal ini karena tingkat ilmu pengetahuan manusia belum sampai dan masih harus mencarinya sendiri walaupun harus melalui rentang waktu ribuan tahun.

Petunjuk bagi kemaslahatan umat adalah tanda kasih-Nya pada hamba-Nya. Bukti manfaat instruksi Allah baru datang 1400 tahun kemudian. Allahu Akbar. 

SURAT UNTUK KANJENG NABI MUHAMMAD (BAG. 5)





Ya Nabi, solawat dan salamku untukmu selalu sebanyak jumlah makhluk Allah di jagat ini

Ya Nabi, setiap hembusan nafas ini menjadi saksi bisu solawat yang kulantunkan padamu

Ya nabi, seluruh manusia bersolawat kepadamu, menyanjungmu dan memberikan penghormatan kepadamu

Ya Nabi, diri ini tenggelam dalam kebisuan dan kehampaan tapi kemudian kau datang dan membawakan secercah cahaya ke dalam relung hati ini dan menggugah batin ini ke hadirat-Nya

Ya Nabi, engkaulah pintu segala rahasia hati, pembuka pintu langit dan segala kebaikan hati, bimbinglah dohir batin umatmu yang kering ini ke dalam kebeningan hati dan akhlakul karimah

Ya Nabi, tak pernah selesai para sejarawan menulis sejarah tentang akhlak luhurmu

Ya Nabi, karuniakan kami futuh dan wushul, bukalah hijab gelap dalam relung hati kami yang penuh dengan nafsu ini

Ya Nabi, jadikan baju kami adalah ketakwaan dan hiasannya adalah akhlakul karimah

Ya Nabi, jadikan tiap tarikan nafas ini selalu bersolawat kepadamu

Ya Nabi, tuntun dohir batin ini agar selalu mencintaimu dan meniru perilaku luhurmu

Ya Nabi, solawat dan salamku untukmu sebanyak jumlah makhluk-Nya di bumi dan langit

Ditulis dalam kerinduan hati Sabtu sore 1 Desember 2012 di
Serambi masjid Jamik Al Mubaarok
Dupak Jaya VII/I, kel. Jepara, kec. Bubutan, Surabaya 

Selasa, 27 November 2012

SYEKHUNA KH. MAHFUDZ ASIRUN

BELIAU YANG MENGAJARKAN PENULIS ILMU ILMU AGAMA ISLAM, TAFSIR, HADITS, TASAWUF DLL. TERMAKASIH PAK KIAI ATAS SEMUA ILMU YANG KAU AJARKAN. BERIKUT PENULIS HADIRKAN POTO-POTO BELIAU BERSAMA ULAMA LAIN

BELIAU SANGAT KERAS DAN MENEKAN MURIDNYA AGAR BISA 'MEMBACA' SERTA MENGAMALKAN ISI KITAB KITAB YANG KAMI BACA DI HADAPAN BELIAU TAK HERAN HAMPIR SEMUA MURID BELIAU PASTI BISA MEMBACA KITAB KUNING. KECINTAAN BELIAU TERHADAP BELAJAR DAN MENGAJAR DIBUKTIKAN DENGAN MUTOLAAHNYA YANG SANGAT INTENS, TERBUKTI BELIAU SEMPATKAN NGAJI MUWATHA KEPADA KH SYARIFUDIN ABDUL GHONI BASMOL DAN MUALLIM SYAFI'I HADZAMI DAN ULAMA ULAMA LAINNYA. BELIAU JUGA MENTAKHRIJ DAN MENULIS KITAB SYEKH MUHAJIRIN SEMISAL MISBAHUZ ZOLAM SYARH BULUGHUL MARAM (8 JILID) DAN KITAB KITAB LAINNYA

KARYA BELIAU
ADDURUL MUNTAKHAB FI MA'RIFATI SYI'RIL ARAB (ILMU ARUDH)

DAN DARI BELIAU PULA KAMI MENGAMBIL IJIN SANAD BERBAGAI KITAB, MENYAMBUNG KE GURU BELIAU SYEKH MUHAMMAD MUHAJIRIN AMSAR BEKASI KE SYEKH YASIN AL FADANI TERUS HINGGA KE ROSULULLAH

Senin, 26 November 2012

SULUK & PENGERTIANNYA


Suluk berarti memperbaiki akhlak, mensucikan amal, dan menjernihkan pengetahuan. Suluk merupakan aktivitas rutin memakmurkan lahir dan batin. Segenap kesibukan hamba hanya ditujukan kepada Sang Rabb, bahkan ia selalu disibukkan dengan usaha-usaha menjernihkan hati sebagai persiapanuntuk sampai kepada-Nya (wusul).


Ada dua perkara yang dapat merusak usaha seorang salik (pelaku suluk), yaitu pertama, mengikuti selera orang-orang yang mengambil aspek-aspek yang ringan dalam penafsiran dan kedua, mengikuti orang-orang sesat yang selalu menurut dengan hawa nafsunya. Barangsiapa yang menyia-siakan waktunya,maka ia termasuk orang bodoh. Dan orang yang terlalu mengekang diri dengan waktu maka ia termasuk orang lalai. Sementara orang yang melalaikannya, dia adalah orang-orang lemah.Keinginan seorang hamba untuk melakukan laku suluk tidak dibenarkan kecuali ketika ia menjadikan Allah Swt. dan Rasul-Nya sebagai pengawas hatinya. Siang hari ia selalu puasa dan bibirnya pun diam terkatup tanpa bicara, sebab terlalu berlebihan dalam hal makan, bicara, dan tidur akan mengakibatkan kerasnya hati. Sementara punggungnya senantiasa terbungkuk rukuk, keningnya pun bersujud, dan matanya sembab berlinangan air mata. Hatinya selalu dirundung kesedihan (karena kehinaan dirinya dihadirat-Nya), dan lisannya tiada henti terus berzikir.

Dengan kata simpul, seluruh anggota tubuh seorang hamba disibukkan demi untuk melakukan suluk. Suluk dalam hal ini adalah segala yang telah dianjurkan oleh Allah Swt. dan Rasul-Nya dan meninggalkan apa yang dibenci olehnya. Melekatkan dirinya dengan sifat wara' meninggalkan segala hawa nafsunya, dan melakukan segala hal yang berkaitan erat dengan perintah-Nya. Semua itu dilakukan dengan segala kesungguhan hanya karena Allah Swt., bukan sekadar untuk meraih balasan pahala, dan juga diniatkan untuk ibadah bukan hanya sekadar ritual kebiasaan. Karena sesungguhnya orang yang Asyiq dengan amaliahnya, tidak lagi memandang bentuk rupa zahir amalan itu, bahkan jiwanya pun telah menjauh dari syahwat keduniaan. Maka satu hal yang benar adalah meninggalkan segala bentuk ikhtiar sekaligus menenangkan diri dalam hilir mudik takdir Tuhan.

Dalam sebuah syair dinyatakan;

Aku ingin menemuinya,
Namun Dia menghendakiku untuk menghindar
Lalu kutanggalkan semua hasratku
Demi apa yang Kaukehendaki

Sirnakan semua makhluk darimu dengan hukum Allah Swt. dan binasakan hawa nafsumu atas perintah-Nya. Demikian halnya, tanggalkan seluruh hasratmu demi perbuatan-perbuatan-Nya (af'al). Dengan demikian, maka kau telah mampu menangkap ilmu Allah Swt.

Kebebasanmu dari ketergantungan dengan makhluk ditandai dengan perpisahanmu dengan mereka, kau tidak akan kembali dengan mereka, dan
kau pun tidak akan menyesali semua yang ada dalam genggaman mereka. Adapun tanda kebebasanmu dari hawa nafsu adalah dengan tidak memasang harapan yang beriebihan dari semua usahamu, dan tidak pula bergantung dengan urusan kausalitas untuk meraih sebuah kemanfaatan ataupun untuk menghindari kebinasaan. Maka kau jangan hanya bergulat dengan dirimu sendiri, jangan terlalu percaya diri, jangan mencelakan atau membahayakan dirimu sendiri. Namun, pertama-tama yang harus kau lakukan adalah menyerahkan semuanya pada Yang Berhak, agar Dia berkenan memberikan kuasa-Nya kepadamu. Seperti kepasrahanmu kepada-Nya saat kau berada dalam rahim ibumu, atau saat kau masih dalam susuan ibumu.

Sementara, tanggalnya seluruh hasrat iradah-mu. lebur dalam iradah-Nya ditandai dengan tidak adanya sifat menghendaki dalam dirimu (murid), dalam hal ini kau hanyalah sebagai obyek yang dikehendaki (murad), bahkan dalam setiap lakumu ada intervensi aktivitas-Nya maka jadilah kau sebagai obyek yang dikehendaki-Nya. Adapun aktivitas-Nya menempati semua anggota ragamu, mententramkan jiwa, melapangkan dada, menyinari wajahmu, dan memeriahkan suasana batinmu. Takdir menjadi nuansa dalam hatimu, azali senantiasa akan menyerumu. Rabb yang Maha Menguasai mengajarimu dengan ilmu-Nya, menyematkan pakaian untukmu dari cahaya
hulul, dan memposisikanmu pada derajat generasi orang terdahulu di antara para ulama yang saleh (ulu al-'ilm).

source : Mi'raj as-Salikin, Imam Al Gazali
Alfalah.or.id

NOSTALGIA KISAH MASA LALU


Mengenang dan bernostalgia tentang dia
dia yang kini telah tergantikan dengan Dia dan panutanku Kanjeng Nabi, 
dia yang kini hanya menjadi secercah sinar yang pernah mengisi kekosongan hati ini ... dia bisa berubah kapanpun tapi Dia tak pernah berubah, cukup, Dia adalah kekasihku paling setia

SURAT UNTUK KANJENG NABI MUHAMMAD (BAG. 4)


Ya Nabi, salawat dan salamku untukmu hingga akhir zaman

Ya Nabi, dalam kerendahan aku memohon bisa hadir di hadapanmu secara batin

Ya Nabi, dengan segala khilaf aku mohon bisa menapaki sunnahmu, mengikuti jejakmu dan akhlak luhurmu

Ya Nabi, bantulah jiwa yang lemah ini, yang sering menuruti nafsu ini untuk selalu taat kepada-Nya

Ya Nabi, ingin sekali bisa menziarahimu di masjid nabawi sana, mendengar petuah-petuahmu dan mengisi relung jiwa hati ini dengan untaian sabdamu

Ya Nabi, pengin banget ku cium tanganmu dan mendekapkan tanganmu ke hati ini agar bisa diisi dengan relung - relung kebaikan, mencintai sesama manusia dan alam

Ya Nabi rekatlah hati ini pada para penerusmu orang-orang yang saleh, terkhusus kepada mursyidku Abah Lutfi dan gurunya Simbah Malik, begitu juga guru guru Simbah Malik

Ya Nabi, matur suwun sudah berkenan rawuh di kalbu yang dirundung rindu ini. Solawat dan salamku untukmu selalu sebanyak tarikan nafas seluruh makhluk Allah di bumi


Dengan kerendahan dan pengharapan bisa bertemu
Kanjeng Nabi Sollallahu 'Alaihi Wasallam
ditulis disamping kantor MA Tarbiyatul Banin, desa Pekalongan, kec. Winong, kab. Pati
Senin malam 26 November 2012 pukul 21.25 WIB
 

PENGAJIAN KITAB AL HIKAM DI RADIO NU



Yang mau ngaji Syarhul Hikam karya Ibnu Athoillah ma KH. Imron Djamil monggo kerso rawuh ke website ini
jadwal pengajiannya jam 16.00 s/d 18.00 WIB

NB :
JADWAL DAPAT BERUBAH SEWAKTU WAKTU TANPA PEMBERITAHUAN

MENJADI MUKMIN YANG SESUNGGUHNYA

“Katakanlah, jika kamu mencintai Allah...”
(Ali Imrân: 31).

Ketika ayat ini turun, seorang sahabat bertanya kepada Baginda Nabi Muhammad (saw), “Mâtta akuunu mu’minan shâdiqan?” atau “Bilamanakah aku menjadi mukmin yang sesungguhnya?” Dijawab oleh Baginda Nabi (saw), “Idza ahbabtallâh,” atau “Apabila engkau mencintai Allah.”

Selanjutnya sahabat itu bertanya lagi, dan dijawab oleh Rasuluflah (saw), “Orang itu mencintal Rasul-Nya. Berikutnya mengikuti sunnah-sunnahnya, dan mencintai orang yang dicintai Allah dan Rasul-Nya”

Dan akhirnya, Nabi Muhammad (saw) bersabda lagi, “Wâyatawaffatuna fil- ‘Imâni qadri tawannutihim fi mahabati,” atau “Dan keimanan mereka bertingkat-tingkat menurut tingkatan kecintaan kepada Allah.” Itu diucapkan sampai tiga kali oleh Rasulullah (saw). Hadits itu melanjutkan bahwa kadar bobot iman seseorang, tergantung pada kecintaannya kepada Nabi Muhammad (saw). Sebaliknya kadar kekafiran seseorang juga tergantung pada kebenciannya kepada beliau (saw). Kalau kecintaannya kepada Rasulullah (saw) bertambah, keimanannya kepada Allah (Swt) pun akan bertambah.

Bertambah dalam arti bersinar, bercahaya, dan semakin menerangi hidupnya. Maka, apabila kita melihat ayat,
“Katakanlah Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampunimu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
(Ali Imrân: 31).
Lalu bagaimanakah cara mencintai Allah dan apa yang terkandung di dalam makna mencintai tersebut? Jawabannya, di antaranya bahwa Allah dan Rasul-Nya jelas tidak bisa dipisah-pisahkan. Kalau seseorang mencintai Allah, pasti dan harus mencintai Nabi-Nya. Dan tentu saja, dia akan menjalankan sunnah serta mencintai orang yang dicintai Rasul-Nya. Di sinilah pengertian tarekat yang sebenarnya, yakni untuk membimbing orang itu mencapai keimanan sempurna.

Keimanan terbentuk secara terbimbing. Di situlah peran para mursyid, sehingga tingkatan tauhid kita, makrifat kita, tidak salah dan tidak sembarangan menempatkan diri, sebab ada bimbingan dari mursyid tersebut. Bagaimana orang yang tidak bertarekat? Saya jelaskan dulu, syaratnya bertarekat itu harus tahu syariat dulu. Artinya, kewajiban-kewajiban yang harus dimengerti oleh individu sudah dipahami. Di antaranya, hak Allah (Swt): wajib, mustahil, dan jaiz (berwenang). Lalu hak para rasul, apa yang wajib, mustahil, dan jaiz bagi mereka.

Setelah kita mengenal Allah dan Rasul-Nya, kita meyakini apa yang disampaikannya. Seperti rukun Islam, yaitu membaca syahadat, mengerjakan shalat, melaksanakan puasa, berzakat bagi yang cukup syaratnya, serta naik haji bagi yang mampu. Begitu juga kita mengetahui rukun iman, serta beberapa tuntunan Islam seperti shalat, wudhu’, dan lainnya
Namun Anda harus bisa membedakan, orang yang menempuh jalan kepada Allah dengàn sendirian, tentu tidak sama dengan orang yang menempuh jalan kepada Allah bersama-sama, yaitu melalui seorang mursyid. Kalau kita mau menuju Mekkah, sebagai satu contoh, seseorang yang belum mengenal Makkah al-Mukarramah dan Madinah al Munawwarah, tentu berbeda dengan orang yang datang ke dua tempat tersebut dengan disertai pembimbing atau mursyid.

Orang yang tidak mengenal sama sekali kedua tempat itu, karena meyakini berdasarkan informasi dan kemampuannya, sah-sah saja. Namun orang yang disertai mursyid akan lebih runtut dan sempurna, karena si pemimbing tadi sudah berpengalaman dan akan mengantar ke rukun zamani, sumur zamzam, makam Ibrahim, dan lainnya. Meski seseorang itu sudah sampai di Ka’bah, namun kalau tidak tahu rukun zamani, dia tidak akan mampu untuk memulal tawaf, karena tidak tahu bagaimana memulainya. Itulah perbedaannya.
posted by Lukman Harun @ 20:01

source :
http://habibluthfi.blogspot.com/2007/12/muslim-bertarekat-dan-tidak-bertarekat.html 

CONTOH HADITS MUSALSAL BIL AWWALIYAH TENTANG KASIH SAYANG & PERDAMAIAN



بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين، ولا عدوان إلا على الظالمين، والصلاة و السّلام على رسولنا محمد وعلى آله و أصحابه أجمعين .

السلام عليكم و رحمة الله و بركاته.
مما من الله عز وجل به علي من سماع حديث رسول الله - صلى الله عليه وسلم - ومن جملة ما سمعت
حديث الرحمة المسلسل بالأولية وقد سمعته عن جماعة من المحدثين منهم
فضيلة الشيخ وحيد بن عبد السلام بن بالي حفظه الله - وهو أول حديث سمعته منه -
قال حدثنا الشيخ حامد بن أحمد بن أكرم بن محمود بن علي الهاشمي البخاري المدني وهو
أول حديث سمعته منه ، قال حدثنا السيد محمد الأمين بو خبزة وَهُوَ أَوَّلُ حَدِيْثٍ
سَمِعْتهُ منْهُ، قال: حدثنا السيد محُمََّدٌ عَبْدُ الحَْيِّ بْنُ عَبْدِ الْكَبِيْرِ الْكَتَّانِيُّ الحَْسَنِيُّ
الإِدْرِيْسِيُّ المَْغْرِبِيُّ الْفَاسِيُّ المَْالِكِيُّ ( 1300 1382 ) ، وَهُوَ أَوَّلُ حَدِيْثٍ سَمِعْتُهُ
مِنْهُ . قَالَ : ثَنا الشِّهَابُ أَحمَْدُ الجَْمَلُ النّهْطِيْهِيُّ المِْصْرِيُّ (تُ نَحْو 1320 ) ،
وَهُوَ أَوَّلُ حَدِيْثٍ سَمِعْتُهُ مِنْهُ . قَالَ : ثَنيِ بِهِ شَيْخَُنا الْبَهِيُّ الطَّنْدَتَائِيُّ هُوَ بَهَاءُ
الدِّيْنِ محَُمَّدٌ عَِليٌّ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ يُوْسُ فَ بْنِ أَحمَْدَ الْبَهِيُّ المُْرْشِدِيُّ المَْالِكِيُّ الطَّنْتَدَائِيُّ
الأَزْهَِريُّ المِْصْرِي ( ت 1260 ) وَهُوَ أَوَّلُ حَدِيْثٍ سَمِعْتُهُ مِنْهُ . قَالَ : ثَنَا الحَْافِظُ
مُرْتَضَى الزَّبِيْدِيُّ هُوَ السَّيِّدُ / أَبُوْ الْفَيْضِ محُمََّ د مُرْتَضَى بْنُ محُمََّدِ بْنِ محُمََّدِ بْنِ
محُمََّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّزَّاقِ الحُْسَيْنيُِّ الْوَاسِطِيُّ الْعِرَاقِيُّ أَصْلاً الهِْنْدِيُّ مَوْلِدًا الزَّبِيْدِيُّ
تَعَلُّمًا وَ شُهْرَةً المِْصْرِيُّ وَفَاةً الحَْنَفِيُّ ( 1145 1205 ) وَ هُوَ أَوَّلُ حَدِيْثٍ سَمِعْتُهُ
مِنْهُ . قَالَ : ثَنِي بِهِ المُْعَمَّرُ دَاوُدُ بْنُ سُلَيْمَانَ الخْربتاوِيُّ هُوَ دَاوُدُ بْنُ سُلَيْمَانَ بْنِ أَحْمَدَ
بْنِ محُمََّدِ بْنِ عُمَرَ بْنِ عَامِرِ بْنِ خِضْرٍ الشَّرْنُوْبِيُّ الْبُرْهَانِيُّ الخْربتاوِيُّ المَْالِكِ ي
1080 1170 ) ، وَ هُوَ أَوَّلُ حَدِيْثٍ سَمِعْتُهُ مِنْهُ . قَالَ : ثَنَا المُْعَمَّرُ شَمْسُ الدِّيْنِ )
الْفَيُّوْمِيُّ، وَهُوَ أَوَّلُ حَدِيْثٍ سَمِعْتُهُ مِنْهُ . قَالَ : ثَنَا السَّيِّدُ / يُوْسُفُ الأَرْمَيُوْنِيُّ هُوَ
جمَالُ الدِّيْنِ يُوْسُ ف بْنُ عَبْدِ اللهَِّ الحَْسَنِيُّ الأرَْمَيُوْنِيُّ الشَّافِعِيُّ ( ت 958 ) ، وَهُوَ
أَوَّلُ حَدِيْثٍ سَمِعْتُهُ مِنْهُ . قَالَ : ثَنا جَلاَلُ الدِّيْنِ السُّيُوْطِيُّ هُوَ أَبُوْ الْفَضْلِ عَبْدُ
الرَّحمَْنِ بْنُ أَبِي بَكْرٍ بْنِ محُمََّدٍ الخُْضَ يريُّ السُّيُوْطِيُّ الِمْصْرِيُّ الشَّافِعِيُّ ( 849 911 )
، وَ هُوَ أَوَّلُ حَدِيْثٍ سَمِعْتُهُ مِنْهُ . قَالَ : ثَنيِ بِهِ أَبُوْ هُرَيْرَةَ ابْنُ المُْلَقِّنِ هُوَ جَلاَلُ
الدِّيْنِ عَبْدُ الرَّحمَْنِ بْنُ نُوْرِ الدِّيْنِ أَبِي الحَْسَنِ عَلِيِّ بْ ن سِرَاجِ الدِّيْنِ أَبِي حَفْصٍ عُمَرَ
بْنِ عَِليِّ ابْنِ المُْلَقِّنِ ( 790 870 ) ، وَهُوَ أَوَّلُ حَدِيْثٍ سَمِعْتُ هُ مِنْهُ . قَالَ : ثَنَا
جَدِّي هُوَ سِرَاجُ الدِّيْنِ أَبُوْ حَفْصٍ عُمَرُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ أَحْمَدَ بْنِ محَُمَّدٍ الأَنْصَارِيُّ
الأنَْدَلُسِيُّ الأصَْلُ ثُمَّ المْصِْرِيُّ نَزِيْلُ الْقَاهِرَِة الشَّافِعِيُّ المُْلَقَّبُ بِابْنِ المُْلَقِّنِ نِسْبَةًِ لزَوْجِ
أُمِّه ( 723 804 ) ، وَ هُوَ أَوَّلُ حَدِيْثٍ سَمِعْتُهُ مِنْهُ . قَالَ : ثَناَ أَبُو الْفَتْحِ المَْيْدُوْمِيُّ
هُوَ صَدرُ الدِّيْنِ أَبُو الْفَتْحِ محُمََّدُ بْنُ محُمََّدِ بْنِ إِبْرَاهِيْمَ بْنِ أَبِي الْقَاسِمِ ابْنِ عَنَانَ
المَْيْدُوْمِيُّ الْبَكْرِيُّ المِْصْرِيُّ ( 664 754 ) ، وَ هُوَ أَوَّلُ حَدِيْثٍ سَمِعْتُهُ مِنْهُ .
{ح} وقال الحافظ الجلال السيوطي في بغية الوعاة في طبقات اللغويين
والنحاة: حدثنا شيخنا الإمام تقي الدين أحمد بن محمد الشمني من لفظه (وهو
أول حديث سمعته منه)حدثنا ناصر الدين سليمان بن عبد الناصر الأبشيطي
(وهو أول حديث سمعته منه) حدثنا أبو الفتح محمد بن محمد بن إبراهيم
الميدومي (وهو أول حديث سمعته منه) قَالَ : ثَناَ أَبُوْ الْفَرَجِ الحَْرَّانِيُّ هُوَ نَجِيْبُ
الدِّيْنِ أَبُوْ الْفَرَجِ عَبْدُ اللَّطِيْفِ بْنُ عَبْدِ المُْنْعِمِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ نَصْرِ بْنِ مَنْصُوْرِ بْنِ
الصَّيْقَلِ الحَْرَّانِيُّ الحَْنْبَلِيُّ التَّاجِرُ ( 587 672 ) ، وَ هُوَ أَوَّلُ حَدِيْثٍ سَمِعْتُهُ مِنْهُ .
قَالَ : ثَنَا أَبُوْ الْفَرَجِ ابْنُ الجَْوْزِيِّ هُوَ جمَالُ الدِّيْنِ أَبُوْ الْفَرَجِ عَبْدُ الرَّحمَْنِ بْ نُ عَِليِّ بْنِ
محُمََّدِ بْنِ عُبَيْدِ اللهَِّ ابْنِ الجَْوْزِيِّ التَّيْمِيُّ الْبَكْرِيُّ الْبَغْدَادِيُّ الحَْنْبَلِيُّ الْوَاعِ ظُ
509 597 ) ، وَ هُوَ أَوَّلُ حَدِيْثٍ سَمِعْتُهُ مِنْهُ . قَالَ : ثَنَا أَبُوْ سَعْدٍ إِسْمَاعِيْلُ بْنُ )
أَبِي صَالِ ح النَّيْسَابُوْرِيُّ المَْشْهُوْرُ بِالْ كرْمَانِيِّ ( 451 532 ) ، وَ هُوَ أَوَّلُ حَدِيْثٍ
سَمِعْتهُ منْهُ . قَالَ : ثَنِي وَالِدِي هُوَ أَبُو صَالِحٍ أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ المَْلِكِ بْنِ عَِليِّ بْنِ أَحْمَدَ
بْنِ عَبْدِ الصَّمَدِ بْنِ بَكْرٍ ا لمؤَذِّنُ النَّيْسَابُوْرِيُّ الحَْافِظُ ( 388 470 ) ، وَهُوَ أَوَّلُ
حَدِْيثٍ سَمِعْتهُ منْهُ . قَالَ : ثَنَا أَبُوْ طَاهِرٍ ابْنُ محُمََّدِ بْنِ محَمِْشٍ الزِّيَادِيُّ هُوَ أَبُوْ
طَاهِرٍ محُمََّدُ بْنُ محُمََّدِ ابْنِ محَمِْشٍ الزِّيَادِيُّ الشَّافِ عيُّ النَّيْسَابُوْرِيُّ الأدَِيْبُ
317 410 ) ، وَ هُوَ أَوَّلُ حَدِيْثٍ سَمِعْتُهُ مِنْهُ . قَالَ : ثَنَا أَبُوْ حَامِدٍ أَحمَْدُ بْنُ محُمََّدِ )
بْنِ يحَْيَى بْنِ بِلاَلٍ الْبَزَّازُ النَّيْسَابُوْرِيُّ المَْعْرُوفُ بِالخَْشَّابِ (ِفي حُدُْوِ د 240 330 )
، وَ هُوَ أَوَّلُ حَدِيْثٍ سَمِعْتُهُ مِنْهُ . قَالَ : ثَناَ عَبْدُ الرَّحمَْنِ بْنُ بِشْرِ بْنِ الحَْكَمِ بْنِ
حَبِيْبٍ الْعَبْدِيُّ النَّيْسَابُوْرِيُّ (بَعْدَ 180 260 ) ، وَ هُوَ أَوَّلُ حَدِيْثٍ سَمِعْتُهُ مِنْهُ .
قَالَ : ثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَ يْنَةَ هُوَ أَبُوْ محُمََّدٍ الهِْلالِيُّ مَوْلاهَُمُ الْكُوْفِيُّ ثُمَّ المَْكِّيُّ
107 198 ) ، وَهُوَ أَوَّلُ حَدِيْثٍ سَمِعْتُهُ مِنْهُ . _ وَ إِلَيْهِ يَنْتَهِي التَّسَلْسُلُ بِالأَوَّلِيَِّة )
عَن عمَْروِ بْن ديِنَْار هُو أبَُو محُمََّدٍ الجُْمَحِيُّ مَوْلاهَُمُ المَْكِّيُّ الأَثْرَمُ
45 أَوْ 46 126 ) ، عَنْ أَبِي قَابُوْسَ مَوْلَى عَبْدِ اللهَِّ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ ، عَنْ عَبْدِ )
( اللهَِّ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهَُّ عَنْهُمَا هُوَ أَبُوْ محُمََّدٍ الْقُرَشِيُّ السَّهْ مِيُّ ( ت 65
أَنَّهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهَِّ صَلى اللهَُّ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ :
" الرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ، اِرْحَمُوْا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْ حمكُمْ مَنْ فِي السَّماِء "
قلت : وقد صح السماع لي - أيضا من طرق أخرى للحديث فقد سمعته من الشيخ إسماعيل الشرقاوي حفظه الله - وهو أول حديث سمعته منه- بالإسناد المتصل
كما سمعته من الشيخ محمد الديب وهو أول حديث سمعته منه قال : ثنا الشيخ حسن بن محمد مرعي وهو أول حديث سمعته منه قال ثنا الشيخ أحمد بن عبد الفتاح غنيم وهو أول حديث سمعته منه قال ثنا الشيخ وحيد عبد السلام بالي وهو أول حديث سمعته منه قال حدثني الشيخ أسامة بن السيد عبيد - وهو أول حديث سمعته منه - بالسند المتصل ...
وأرويه بالسماع أيضا من الشيخ أسامة بن السيد بن عبيد حفظه الله تعالى - وهو أول حديث سمعته منه بإسناده المتصل .
كما أرويه بالإجازة العامة عن الشيخ أبو الحجاج يوسف آل علاوي ...بسنده

.................................................. .

أكثر الروايات برفع يرحمكم على أنه جملة دعائية ، وفي بعضها بالجزم على أنه جواب الأمر .
تخريج الحديث
والحديث أَخَْرجَهُ أَحْمَدُ ( ج 11 /ص 33 /ح 6494 ط 1 مُ ؤَسَّسَةُ الرِّسَالَةِ ) ،
وَأَبُوْ دَاوُدَ : كِتَابُ الأدَ ب، بَابٌ فِي الرَّحمَْةِ ( ص 740 /ح 4941 ط 1 مَكْتَبَةُ
المَْعَارِفِ بِالرِّيَاضِ ) ، وَ التِّرْمِذِيُّ وَ اللَّفْظُ لَهُ : كِتَابُ الْبِرِّ وَ الصِّلَةِ عَنْ رَسُوْلِ اللهَِّ
صَلَّى اللهَُّ عَلَْي هِ وَ سَلَّ م، بَابُ مَا جَاءَ فِي رَحمَْةِ النَّاسِ ( ص 439 /ح 1924 ط 1
مَكْتَبَةُ المَْعَارِ ف بِالرِّيَاضِ ) ، وَ غَيْرُهُمْ ، وَ قَالَ التِّرْمِذِيُّ : هَذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ
صَحِيْحٌ .
* وَصَحَّحَهُ الحَْاكِمُ وَالذَّهَبِيُّ وَالْعِرَاقِيُّ وَابْنُ نَاصِرِ الدِّيْنِ الدِّمَشْقِيُّ وَابْنُ حَجَرٍ
وَالسَّخَاوِيُّ وَغَيْرُهُمْ ، وَلَهُ شَوَاهِدُ كَثِيَْرةٌ .
وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
sumber
http://forum.kooora.com/f.aspx?t=27689160

Minggu, 25 November 2012

Nafsu Nyata Nafsu Tersembunyi


Bahwa nafsu itu memiliki kecenderungan maksiat dan melakukan tindak maksiat itu sangat nyata dan jelas, karena naluri nafsu memang demikian. Namun ketika nafsu menyelinap di balik aktivitas taat, kebajikan, amaliah, sangat tersembunyi. Alur nafsu dalam konteks ini memiliki tiga karakter:
Takut pada sesama makhluk,
Ambisi rizki,
Rela pada kemauan nafsu itu sendiri.
Munculnya ketiga karakter itu bersamaan dengan selera nafsu.
Sedangkan perselingkuhan nafsu dibalik taat dan ibadah kita begitu tersembunyi. Tiba-tiba ia merasa lebih tinggi dibanding orang lain, lebih suci, kemudian muncul rekayasa untuk manipulasi, dengan tujuan tertentu atau imbalan tertentu, yang menyebabkan riya’.
Mari kita bertanya pada diri sendiri dibalik nafsu yang tersembunyi ini. Apakah ketika kita beribadah, melakukan aktivitas kebajikan dan amaliyah lainnya, agar kita disebut berperan? Agar disebut lebih dibanding yang lain? Mendapat pujian  dan kehormatan orang lain? Anda sendiri dan orang-orang sholeh yang memiliki matahatilah yang mengenal karakter itu.
Karena itu nafsu sering bersembunyi dibalik bendera agama, dibalik aktivitas ibadah dan gerakan massa keagamaan, bahkan nafsu merangsek ornamen penampilan orang-orang saleh, agar disebut saleh.
Disnilah Ibnu Athaillah juga mengingatkan berikutnya: “Kadang-kadang riya’ itu masuk padamu, ketika orang lain tidak memandangmu.”
Kenapa demikian? Karena riya’ itu bertumpu pada pandangan makhluk. Ketika anda bersembunyi atau makhluk lain tidak mengenal anda, lalu anda diam-diam merasa ikhlas, karena makhluk lain tidak melihatmu, itu pun disebut riya’. Sebab unsur makhluk masih tersisa di hatimu.
Al-Fudhail bin ‘Iyadh, ra,  menegaskan, “Beramal demi pandangan manusia itu adalah syirik. Sedangkan tidak melakukan amaliah karena agar dipandang manusia, adalah riya’. Meninggalkan amal demi manusia adalah syirik. Ikhlas, adalah Allah jika anda diampuni (lalu meninggalkan) kedua faktor di atas.”
Ketika seseorang berlaku riya’, dalam kondisi khalwat, secara diam-diam pula ia ingin disebut lebih utama dibanding yang lain. “Wah saya sudah suluk, saya sudah baiat, saya sudah khalwat… Sedangkan kalian kan belum… Jelas saya lebih baik dibanding anda…”. Bisikan lembut ini adalah bentuk ketakaburan dan riya’.
Inilah mengapa Ibnu Athaillah melanjutkan: “Upayamu untuk meraih kemuliaan agar makhluk mengetahui keistemewaanmu, menunjukkan bahwa ubudiyahmu sama sekali tidak benar.”
Karena, menurut Syeikh Zarruq, ra, manakala anda benar dalam ubudiyah pada Tuhanmu, pasti anda tidak senang jika yang lainNya tahu amalmu.
Sebagian Sufi mengatakan, “Tak seorang pun benar pada Allah Swt, sama sekali, kecuali jika ia senang bila cintanya tidak dikenal oleh yang lain.”
Ahmad bin Abul Hawary ra, mengatakan, “Siapa pun bila senang kebaikannya dipandang orang lain atau disebut-sebut, ia benar-benar musyrik dalam ibadahnya. Karena orang yang berbakti pada cinta, tidak senang bila baktinya dipandang oleh selain yang dijabdi.”
Sahl bin Abdullah ra, mengatakan, “Siapa yang senang pamer amalnya pada orang lain ia telah riya’. Dan siapa yang ingin dikenal  kondisi ruhaninya oleh orang lain, ia adalah pendusta.”
Ibrahim bin Adham nengatakan, “Tidak benar bagi Allah orang yang senang dengan keterkenalan (popularitas).”
Dan menghapus riya’ dan membersihkannya, sudah seharusnya dilakukan dengan memandang kepada Allah Swt dan menolak selain DiriNya.

source: http://sufinews.com/index.php/Al-Hikam/nafsu-nyata-nafsu-tersembunyi.sufi

Sabtu, 24 November 2012

5 Kelakuan bejat para pangeran Arab

 

1. Mabuk minuman keras

Juli lalu, seorang pangeran asal Bahrain dicokok polisi sektor Bandara Internasional Heathrow, Ibu Kota London, Inggris. Dia digelandang lantaran mengamuk dalam pesawat karena mabuk.

Pangeran tidak disebut namanya itu mulai bikin onar tidak lama setelah naik ke pesawat Boeing 777 dari London menuju Doha, Qatar. Si pangeran itu, berdasarkan keterangan saksi, bau alkohol. Dia menolak memakai sabuk pengaman sebelum lepas landas.

Dia disinyalir masih saudara Raja Bahrain Hamid bin Isa Al Khalifa.

2. Sewa pelacur

Penampilan mereka yang tertutup nampak bertolak belakang dengan sisi liar para pangeran Arab ini. Mereka hobi menyewa jasa pelacur untuk sekedar menemani pesta, sampai melayani seks.

Baru-baru ini seorang warga Libanon bernama Elie Nahas, mengaku sebagai pencari dan pemasok model-model cantik untuk menemani orang-orang kaya dari negara Timur Tengah seperti pangeran dan putra presiden, diciduk kepolisian Prancis. Dia diadili atas keterlibatannya dalam jaringan prostitusi.

Nahas merupakan satu dari delapan tersangka. Tiga orang tersangka hadir dalam pengadilan dan lima lainnya tidak datang. Dia menggunakan jaringan agen modelnya di Ibu Kota Beirut untuk menyamarkan aktivitas bisnisnya mempekerjakan perempuan-perempuan muda dan cantik dari Amerika Selatan, Prancis, dan Eropa Timur.

Nahas memasok model-model dan ratu kecantikan untuk melayani kalangan kaya Arab di hotel-hotel mewah, villa, dan kapal pesiar selama Festival Film Cannes di Prancis. Kabarnya dia juga pernah meawarkan Carla Bruni, istri mantan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, pada petinggi Arab.

3. Boros

Para pangeran Arab gemar menghambur-hamburkan uang untuk membeli semua kesenangan dunia mulai dari mobil berharga miliaran rupiah sampai barang-barang bermerek mahal.

Jelang Lebaran kemarin misalnya, Ibu Kota London, Inggris, dipadati mobil-mobil mewah bersliweran di jalan raya. Bahkan butik-butik mahal menangguk omset hingga Rp 1,8 triliun seminggu sebelum lebaran.

4. Doyan pamer kekayaan

Pangeran Al Walid, salah satu anggota kerajaan Saudi dan termasuk orang terkaya di dunia pernah memamerkan mobilnya bertahta berlian di sebuah pameran kendaraan.

Mobil bermerek Marcedes itu juga menggunakan dudukan dari bulu asli beruang kutub super lembut. Harga kendaraan itu mencapai Rp 46 miliar dan Anda yang menyentuhnya saat pameran dikenakan biaya Rp 9 juta.

5. Konsumsi narkoba




SURAT UNTUK KANJENG NABI MUHAMMAD (BAG. 3)



Ya Nabi, kusampaikan solawat dan salamku untukmu sebanyak buih air di lautan dan sebanyak pasir di bumi

Ya Nabi, ijinkanku menapaki sunnahmu dan mengikuti jejakmu 

Ya Nabi, setiap ku sebut namamu dan riwayatmu terbayang akan ketinggian budimu dan kemuliaan akhlakmu

Ya Nabi, aku rindu ingin berjumpa denganmu meski hanya lewat mimpi

Ya Nabi, tiap huruf dalam puisi ini menjadi saksi kerinduanku padamu

Ya Nabi, tiap tetes air mata kerinduan ini semoga menjadi pengobat rinduku untuk berjumpa denganmu

Ya Nabi, tiap malam dan siang amalan umatmu dibawa kehadapanmu, engkau tersenyum dan 
mengucap syukur jika umatmu berbuat baik dan bersedih serta memohon ampun ketika umatmu berbuat dosa

Ya Nabi, kulo nggeh tiang katah duso, kulo nderek njenengan mawon, aku ingin mengikutimu secara penuh tapi aku tak bisa aku hanya ingin mencintai dan mengikutimu secara tulus

Ya Nabi, tuntun aku menjadi pengikutmu yang setia

Ya Nabi, jadikan tiap gerak tubuh ini membuatmu tersenyum

Ya Nabi, Salam dan solawatku untukmu 

Ya Nabi, engkaulah panutanku, tujuan hidupku, penawar rasa rinduku dan pengobat kalbuku tuntun aku, jadikan aku hamba Allah yang selalu membersihkan dan menyucikan hati, yang bertakwa, yang ikhlas, yang ihsan dan khusyu


Ditulis di serambi masjid Darussalam, desa Mintomulyo, kecamatan Juwana, kabuaten Pati
Jam 14.00 WIB
Dirundung sedih dan rindu bertemu kamu

Ayo Perbanyak Solawat

download win hisab versi 2.96 via ziddu

SARKUB TECH MELEK IPTEK

UNIVERSITAS MENYAN INDONESIA

Santri

PISS - KTB

Total tayangan laman

4