,

,

Senin, 01 September 2014

NEW : Pengajian Jumat Kliwon 29 Agustus 2014 / 3 Dzulqa'dah 1435 H Oleh Al Arif Billah Maulana Habib Lutfi (Sumber : Syukron Ma'mun Ahmad Cirebon)


Ad Dunyaa itu ada dua, ada yang menjadi Haqq Allaah dan ada yang diberikan pada kita.
Yang dimaksud Ad-Dunyaa Haqiirah oleh Mushannif Kitab (Shaykh Ahmad Al-Kumusykhanawi An-Naqsybandiy), kalau kita memandang dunia hina, bukanlah berarti kita menghina ciptaan Allah. Tetapi melihat ciptaan Allah untuk kembali melihat diri kita yang hina ini. Semisal, melihat pohon mangga, kita bertanya-tanya kapan pohon itu berjalan? Kok dari dulu pohon diam saja tidak pernah berjalan? Tapi akar pohon yang berjalan dan mencari makan.

Nah orang tua kita itu dulu melarang memetik daun pisang atau daun sirih menjelang Maghrib. Dulu orang tua cukup berkata tidak boleh, itu anak sudah nurut, tidak perlu dijelaskan alasannya kenapa. Ketika kita teliti lagi kenapa para orang tua kita dulu melarang kita memetik daun menjelang maghrib, ternyata ketika pergantian siang dan malam, daun pohon itu bergeser seperti halnya bejana atau panci yang baru diturunkan dari kompor. Bejana kan masih panas meski sudah diangkat karena baru saja diangkat dari kompor atau api. Nah pohon-pohon itu pun dalam kondisi yang sama ketika menjelang maghrib. Jika dipetik daunnya akan berakibat fatal bagi pohon, pohonnya bisa menjadi layu. Untuk tanaman obat, malah nanti jadi racun, bukan jadi obat lagi, menjadi Madlarat. juga karena daunnya itu masih kotor. maka dipetiknya itu tengah malam.

Begitu juga kita kalau mandi malam, mulai maghrib sampai tengah malam, itu jangan siram kepala, cukup badan yang disiram. Kalau kepala disiram malah bisa bikin pusing. Bagusnya mandi malam hari itu pakai air hangat. kalau pakai air dingin, kuatirnya airnya mengembun dan masuk paru-paru, nanti paru-paru penuh dengan air atau yang biasa disebut paru-paru basah.

Pohon itu diam saja, tidak bergeser atau berjalan, tapi pohon bisa memberi manfaat kepada kita manusia dan hewan yang lain melalui buahnya. Kita bisa berfikir seperti itu tidak? Lalu (berfikir itu) menembus pada Allah Ta'ala, timbul rasa hina dan lemah kita. Menyadari bahwa makhluq terikat ruang dan waktu, sedangkan Allah tidak terikat oleh apapun.

Apa Tawakkal kita kalah sama pohon? Pohon berikhtiar mencari makan, tapi hanya akar yang mencari makan. Kita coba lihat lagi pohon pisang. Pisang itu tidak mudah menyerah. Pisang tidak akan mati sebelum berbuah. Meski daunnya habis, batangnya dipotong, pisang akan tumbuh lagi sebelum berbuah. Kalau sudah berbuah, baru pisang akan mati.

Allah menunjukkan kelebihan makhluq untuk menunjukkan kelemahan makhluq atau hamba. Ketika sadar akan itu, itu yang dinamakan tembus pada Allah. Apalagi makhluq itu mempunyai sifat yang berubah-ubah, seperti surga dan neraka. Surga dan neraka itu diberi sifat yang berubah-ubah untuk menunjukkan bahwa surga dan neraka itu makhluq sehingga kita tidak ta'alluq (bergantung) pada surga dan neraka.

Semua itu tidak ada artinya di hadapan Allah Ta'ala, itulah yang dimaksud Ad-Dunyaa Haqiirah. Ada atau tidak adanya dunia, makhluq, kita semua tidak berpengaruh atas kemulyaan Allah Ta'ala. Allah tidak butuh kepada kita semua, Allah tidak butuh kepada makhluq, Allah tidak butuh kepada dunia.

Dunia, harta, dan jabatan jangan tinggal di hati, karena bisa merusak hati jika hati tidak ta'alluq (bergantung) pada Allah.

Hati ta'alluq pada dunia bisa merusak hati karena mendekatkan hati, bahkan menyebabkan hati, pada kesyirikan. Semisal, kita memakai jubah agar dihormati, agar dianggap 'alim, jadi ke'aliman itu disandarkan pada jubahnya, bukan pada Allah. Contoh lagi, kita bertamu ke pejabat, pakai mobil mewah, biar kita dianggap kaya dan terhormat. Hati ta'alluq pada mobil mewah. Padahal yang mendatangkan 'alim, kehormatan, kekayaan itu Allah Ta'ala. Kalau mau bicara syirik, itu saja contohnya, tidak usah membahas ziarah kubur, dan lain-lain.

Jika hati kita ta'alluq pada Allah, maka hati kita akan aman dan terhindar dari syirik. Semisal dalam makan, lidah kita ini bisa merasakan rasa manis, asem, asin, pahit. Jika tiba-tiba Allah mencabut fungsi lidah itu, sehingga kita tidak bisa merasakan rasa makanan, kita harus berobat, jutaan bahkan milyaran uang buat berobat agar lidah bisa merasakan rasa manis, pahit, asin, asem. Kalau hati ta'alluq pada dokter dan obat, maka akan menganggap dokter dan obat itu segala-galanya, padahal meski dokter paling hebat bisa jadi tidak bisa menyembuhkan jika Allah berkuasa untuk tidak sembuh. Jika ta'alluq pada Allah, malah bisa semakin cepat sembuh.

Contoh lain, kita tiap malam shalat tahajud, dan berdoa. Tapi Allah Ta'ala belum mengabulkan doa kita, kemudian dalam hati kita muncul begini, "saya ini sudah tiap malam shalat sunnah, wirid-wirid saya baca, ribuan shalawat tiap malam saya baca, doa pun tak ketinggalan, tapi kenapa tidak dikabulkan doa saya?". Itu ta'alluqnya pada doa, tidak pada Allah. Hanya mengandalkan doanya.

Itulah mengapa pentingnya belajar thariqah, supaya hati bersih, tidak ta'alluq pada makhluq. Agar hanya ta'alluq pada Allah Ta'ala, Ilaahii Anta Maqshuudii, wa Ridlaaka Mathluubii.

Makna Zuhud itu ya ini, ta'alluq hatinya pada Allah begitu kuat, bukan pada harta dunia, dengan cara mengenal Sang Maha Pemberi, Allah Ta'ala. Jadi Zuhud itu bukan faqir. Ibadah pun perlu sangu, untuk zakat, haji, umrah, dan ibadah-ibadah lainnya.

Rasulullah SAW mengajarkan kita faqir di hadapan Allah supaya hati kita besar ketika berhadapan dengan makhluq, karena kesempurnaan hanya milik Allah Ta'ala. Sedangkan kita punya apa?

Kalau merasa semua milik Allah, maka ibadah kepada Allah karena merasa butuh, berdoa karena merasa butuh. Jadi nantinya berdoa dikabulkan atau tidak itu urusan Allah, hak Allah. Allah itu Maha Mulia, Pemilik kemulyaan. Kalau kita mendekati Yang Maha Mulia, nanti kita juga ikut mulia. Seperti tukang minyak wangi yang berbau busuk karena duduk di samping comberan. Wallaahu A'lam.

Disarikan dari pengajian rutinan Mawlana al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya pada Jum'at Kliwon pagi 3 Dzulqa'dah 1435 H/ 29 Agustus 2014 M di Gedung Kanzus Sholawat Kota Pekalongan.
* Jika ada kekurangan mohon ditambahi, jika ada kekeliruan mohon dibetulkan. Barangkali apa yang saya dengan dan catat di buku tulis ini ada yang keliru.

Syukron

Sumber :


Hari Ini 31 Agustus 2014 Konfercab NU Kotamadya Jakarta Barat


Hari Ini 
Ahad 31 Agustus 2014 
Konfercab NU Kotamadya Jakarta Barat Ke-VII
di Ponpes Al Itqon
"Meneguhkan Komitmen Ke-NU-an dalam Mengosong Faham Ahlussunah Wal Jamaah dan
Islam Rahmatan Lil'alamin"

Hasil Konfercab:
Hasil Konfercab NU ke-VII Kota Administrasi Jakarta Barat, masa khidmat 2014-2019. Rois Syuriah: KH.Abdurahman Shoheh. Tanfidiziyah: KH. Abdurahman Mahmud (OO Suyitno).

Semoga Sukses & Barokah

Sumber:
Afnan Outsider


Ayo Perbanyak Solawat

download win hisab versi 2.96 via ziddu

SARKUB TECH MELEK IPTEK

UNIVERSITAS MENYAN INDONESIA

Santri

PISS - KTB

Total tayangan laman

4