,

,

Kamis, 04 Juli 2013

KONDISI UFUK TEMPAT RUKYATUL HILAL DI CAKUNG

Menanggapi permintaan kawan kami Zaenuri dari Donggala, Sulawesi Tengah, mengenai Lajnah Falakiyah Al Husiniyah Cakung, kami sajikan kutipan yang kiranya bisa sedikit membuka pemahaman mengenai rukyatul hilal di Cakung, Selamat menikmati (sekedar catatan, data sekaligus gambar dibuat medio 2010-an, mungkin akan ada banyak perubahan mengenai kondisi Cakung saat ini) 

Ini alat yang di pake ma Tim LF Al Husiniyah, 
cuma patok kayu, fungsinya mirip gawang lokasi
ada di lantai atas gedung

Klo ini depan rumah KH. A. Syafi'i Abdul Hamid
disebelahnya ada gedung tempat rukyatul hilalnya

 Ini kondisi ufuk disana, cerah pi bnyak gedung2 besar, 

kelebihannya 

- lokasi lebih rendah dri permukaan air laut sehingga bag bawah piringan hilal 
yang terlihat lebih lebar, padahal kt pak thomas dr LAPAN, ketinggian tmpat tdk 
memiliki pngruh terhdap kberhasilan rukyat pi kondisi langitlah yg memiliki pngaruh bagi keberhasilan rukyat

- cerah dan memiliki area pandang yang luas, pi kalo dilihat sana sini banyak gedung
pencakar langit dan polusi cahaya

Klo ini dulunya sawah, tempat rukyat 
alm. KH. Abdul Hamid dan KH. M. Muhajirin Amsar 
sekarang jadi pabrik astra

Semoga bisa menjadi bahan acuan .. kawan




KUTIPAN WAWANCARA DENGAN KH. A. SYAFI'I ABDUL HAMID, KETUA LAJNAH FALAKIYAH AL HUSINIYAH CAKUNG

Menanggapi permintaan kawan kami Zaenuri dari Donggala, Sulawesi Tengah, mengenai Lajnah Falakiyah Al Husiniyah Cakung, kami sajikan kutipan yang kiranya bisa sedikit membuka pemahaman mengenai rukyatul hilal di Cakung, Selamat menikmati (sekedar catatan, data sekaligus gambar dibuat medio 2010-an, mungkin akan ada banyak perubahan mengenai kondisi Cakung saat ini)


  1. Sejak kapan pelaksanaan rukyat di Cakung diadakan?
Pelaksanaan rukyat di Cakung dimulai sejak tahun 1936 yang dipimpin oleh Alm. K.H. Muhammad Muhajirin Amsar dan sejak tahun 1947 diteruskan oleh murid-murid beliau yaitu Alm. K.H. Abdul Hamid, Alm. K.H. Abdul Halim N.H., Alm. K.H. Abdullah azhari, Alm. K.H. Abdus Salam N.H. dan lainnya.

  1. Kapankah Lajnah Falakiyah Al Husiniyah didirikan?
Lajnah Falakiyah Al-Husiniyah, Cakung Barat, Jakarta Timur didirikan oleh K.H. Abdul Hamid, bersama sepupunya K.H. Muhajirin (pendiri Pondok Pesantren An Nida, Bekasi), bersama ulama-ulama lain, seperti K.H. Dzinnun, K.H. Abdullah Azhari, K.H. Abdul Salam, serta K.H. Abdul Halim sekitar lima puluh tahun yang lalu atau akhir tahun 50-an. Sebagian ulama tersebut menguasai ilmu falak (ilmu astronomi).

  1. Apa jabatan pak kiyai di Lajnah Falakiyah Al Husiniyah?
Saya menjadi ketua di Lajnah Falakiyah Al-Husiniyah menggantikan kakak saya yang sudah meninggal KH. Ahmad Taufiq Abdul Hamid

  1. Siapa saja pendiri Lajnah Falakiyah Al Husiniyah?
KH. Abdul Hamid, KH. Dzinnun, KH. Abdullah Azhari, KH. Abdul Salam, KH. Abdul Halim, Alm. KH. Abdul Hamid, Alm. KH. Abdullah azhari, Alm. KH. Abdus Salam N.H. Alm. KH. Abdussalam Husain, Alm. KH. Abdurrahim Husain, Alm. KH. Ahmad Taufiq Abdul Hamid, Alm. KH. Kholil Abdurrahim, Alm. KH. Husain bin H. Naian dan Alm. KH. Ahmad Syafi'I bin Jirin                             

KUTIPAN WAWANCARA DENGAN UST. NURYAZID PENGURUS LAJNAH FALAKIYAH AL HUSINIYAH CAKUNG

Menanggapi permintaan kawan kami Zaenuri dari Donggala, Sulawesi Tengah, mengenai Lajnah Falakiyah Al Husiniyah Cakung, kami sajikan kutipan yang kiranya bisa sedikit membuka pemahaman mengenai rukyatul hilal di Cakung, Selamat menikmati (sekedar catatan, data sekaligus gambar dibuat medio 2010-an, mungkin akan ada banyak perubahan mengenai kondisi Cakung saat ini)


  1. Bisa mohon diterangkan latar belakang pendidikan bapak dan darimana saja bapak belajar falak?
Saya dulu kuliah di IAIN (kini menjadi UIN) Syarif Hidayatullah, Ciputat, Jakarta tapi nggak selesai, kalau ilmu falak saya belajar falak kepada paman saya KH. Ahmad Zainun, BA. Seorang pakar hisab alumnus IAIN (kini menjadi UIN) Sunan Kalijaga, Jogjakarta sekaligus salah satu pendiri LF Al Husiniyah Cakung. Selain hisab Sullam an-Nayyiroin saya juga mempelajari Iqodzun Niyam, Khulashoh al-Wafiyah, Badi’at al-Mitsal, Ittifaq Dzat al-Bain, Irsyad al-Murid, Fath Rouf al-Mannan, Almanak Nautika dan New Comb. Hisab New Comb saya peroleh sewaktu belajar di Sukabumi sedangkan Ittifaq Dzat al-Bain dan Irsyad al-Murid saya peroleh sewaktu belajar di Gresik kepada alm. KH. Hasan Basri Sa’id.

  1. Apa peran ustadz di Lajnah Falakiyah Al Husiniyah?
Saya hanya kebagian jatah perhitungan atau hisab manual sedangkan Ust. Lukman mengurusi masalah pemrograman komputer dan teropong termasuk pembuatan dan penyusunan website atau situs LF Al Husiniyah Cakung karena kebetulan dia programmer alumni fak. Teknik Informatika UIN. Syarif Hidayatullah, Ciputat, Jakarta. Adapun Ust. Rojali yang sekarang menjadi mekanik teropong di Planetarium Jakarta kebagian jatah memprogram teropong dan hisab atau perhitungan manual. Intinya saya gak berani ngeluarin teropong kecuali mereka berdua (ust. Lukman dan Ust. Rojali).

  1. Omong-omong apa Ustadz membuka pengajian juga?
Saya juga ngajar kitab falak Sullamun Nayyiroin dan hadits Sunan Abu Daud hari Minggu, Selasa dan Kamis di rumah saya dan majlis ini (majlis taklim al Husiniyah). 

  1. Disamping rukyatulhilal dengan bantuan patok kayu Apakah Lajnah Falakiyah Al Husiniyah juga menggunakan bantuan alat lain?
Disamping dengan bantuan patok kayu kami juga menggunakan teropong hasil sumbangan dari Depag (sekarang Kemenag) dan laptop untuk memprogram sumbangan dari salah satu calon anggota dewan tapi kedua alat itu jarang digunakan. Kami lebih sering menggunakan patok kayu.

  1. Kenapa jarang menggunakan teropong atau teleskop?
Karena ketinggian hilal 5º di Indonesia tidak bisa dilihat dengan teropong seperti yang saya dengar dari bapak Cecep Nurwendaya sewaktu seminar di Islamic Centre.

  1. Bisa dijelaskan merek dan spesifikasi teropong yang dipakai?
Lebih rincinya saya kurang tahu tapi nanti bisa dilihat di lantai atas (ketiga). (beberapa menit setelah wawancara kurang lebih pukul 16.05.51 WIB pewawancara diajak narasumber Ust. Nuryazid dan ketua LF. Al Husiniyah KH. Ahmad Syafi’i Abdul Hamid ke lantai 3 untuk melihat teropong. Merek teropong tersebut Meade tipe Schmidt – Cassegrain f/10, diameter atau D = 203,2 mm, focal length atau F = 2000 mm dan teropong model lama buatan China tipe Coated Lens 750150, D = 150 mm, F = 750 mm).       

  1. Dimanakah sebenarnya letak geografis dan ketinggian sebenarnya Lajnah Falakiyah Al Husiniyah?
Sebenarnya Lajnah Falakiyah Al Husiniyah Cakung Jakarta Timur terletak dikoordinat -6º 59’ 38” LS dan 106º 56’ 30” BT (setelah pewawancara cek lintangnya agak keliru, koordinat lintangnya terletak di -6º 9’ 36” LS) terletak pada ketinggian -19 (setelah pewawancara cek lintangnya agak keliru, menurut pengukuran yang dilakukan Sriyatin Shodiq -9 meter) dari permukaan laut (dpl) bukan 28 meter dpl seperti yang tertera di situs Lajnah Falakiyah Al Husiniyah Cakung Jakarta Timur. Pencantuman 28 meter dpl semata-mata mengikuti ketinggian rata-rata kota Jakarta. Ketinggian -9 meter dari permukaan laut (dpl) sebenarnya membawa keuntungan tersendiri bagi kami terutama perukyat sebab logikanya semakin rendah posisi seorang pengamat dari permukaan laut maka piringan hilal yang bisa dilihat semakin lebar karena sudut yang terbentuk antara si pengamat dengan penampang piringan hilal semakin lebar.

  1. Tempat rukyat disini tidak seperti lazimnya tempat rukyat karena bertempat di gedung lantai 3 bukan di bibir pantai seperti Pelabuhan Ratu dan lain-lain, apa ada alasan tersendiri kenapa memilih tempat ini?
Banyak orang salah kaprah mengira tempat rukyat di laut lebih mudah daripada di darat padahal tempat rukyat di laut ada potensi terjadinya fatamorgana dan pembiasan cahaya akibat persinggungan sinar matahari dan horison atau ufuk di bibir pantai. Disamping itu posisi ufuk datar yang datar malah menyulitkan perukyat sulit untuk memetakan posisi hilal jika sudah ketahuan. Hal ini justru menyulitkan perukyat dalam menemukan dan memetakan hilal.     

  1. Dimana lokasi rukyat Lajnah Falakiyah Al Husiniyah selain di gedung ini?
Dulu sekitar tahun 50-an (belakangan penulis ketahui dari sumber lain yaitu buku berjudul Mengkompromikan Hisab dan Rukyat karangan prof. Dr. Susiknan Azhari sekitar tahun 1956) lokasi rukyat berada di areal persawahan yang sekarang menjadi pabrik milik PT. Astra (seraya menunjuk ke arah selatan gedung LF. Al Husiniyah sekitar 400 m). Mulai tahun 1999 lokasi dipindahkan di lantai 3 kediaman KH. Ahmad Syafi’i Abdul Hamid.

  1. Apa kitab yang dijadikan acuan dalam perhitungan atau perhitungan Lajnah Falakiyah Al Husiniyah?
Kami menggunakan perhitungan atau hisab Sullam an-Nayyiroin sebagai perhitungan dan mengkomparasikan dengan kitab falak dan hisab modern lainnya seperti Khulashoh al-Wafiyah, Badi’at al-Mitsal, Ittifaq Dzat al-Bain, Irsyad al-Murid, Fath Rouf al-Mannan, Almanak Nautika dan New Comb.

  1. Sewaktu melewati jalan-jalan di area ini saya melihat banyak pabrik dan rumah penduduk dan mendung yang sedikit banyak pasti punya pengaruh terhadap kelancaran rukyat, bisa dijelaskan komentar ustadz terhadap masalah ini?
Alhamdulillah selama kita rukyat disini nggak ada masalah selama ketinggian hilal diatas 2º. Kadang cuaca amat panas dan terik sehingga mengganggu pandangan mata dan mengaburkan hilal, kadang juga mendung awan tebal biasa yang warnanya putih tapi malah lebih enak dan mudah dilihat syaratnya bukan awan tebal yang hitam, soalnya kalau awal tebak hitam tetap susah untuk dilihat. malahan di itulah tadi saya bilang merukyat itu anugrah gak sembarangan orang bisa merukyat .Di Indonesia pakar-pakar hisab banyak tapi jarang yang bisa rukyat kecuali di Jawa Timur semisal alm. KH. Hasan Basri Sa’id dari Gresik. 

  1. Kalau di Cakung sendiri, sekarang siapa pakar rukyatnya?
Pertama Ust. H. Muhammad Labib dan kakaknya yaitu Ust. Musfih Wujdi. Kalau mereka nggak bisa lihat kita semua gak bisa lihat tapi kalo mereka lihat kita semua bisa liat. Bukannya mengikuti tapi kita semua dipandu oleh mereka yang udah lihat Kalau mereka berdua melihat pasti kita mengikuti, soalnya biasanya mereka duluan yang melihat hilal, caranya mereka mengukur posisi hilal dengan patok kayu lalu kita dituntun untuk mengikuti arah atau posisi hilal itu. Kalau bukan mereka biasanya sulit sekalipun mencoba mengukur dengan menggunakan patok kecuali jika ketinggian hilal sudah mencapai 8º. Disamping itu ada juga saat kondisi ’benter’ (panas sekali) malah menyulitkan proses rukyatulhilal. Karena pembiasan dari matahari sangat tinggi ini sangat menyulitkan proses pelaksanaan rukyatul hilal.

  1. Selain mereka berdua siapa lagi?
Ust. Fikhan dan Ust. Ahmad Zaim. Mereka merupakan tim rukyat di Lajnah Falakiyah Al Husiniyah.

  1. Kalau pakar hisabnya siapa?
Saya sendiri dan Ust. Rojali.

  1. Kalau dulu pakar hisab dan rukyatnya siapa?
Pertama alm. KH. Ahmad Taufik Abdul Hamid adiknya KH. Ahmad Syafi’i Abdul Hamid dan kedua alm. KH. Muhammad Muhajirin Amsar Ad Dariy tapi beliau pintar rukyat dan juga hisab tapi hanya hisab Sullam an-Nayyiroin.

  1. Pakar rukyatnya siapa?
Alm. KH. Abdullah Azhari ayah dari Ust. Hilmy Abdullah Azhari, alm. KH.          Abdul Hamid Husain, alm. KH. Abdussalam Husain dan alm. KH. Badruddin Asmat ayah dari Ahmad Hifdzillah Badruddin Asmat salah satu Humas LFNU Pusat. 
 
  1. Pada tahun 1427 H Cakung sempat mengklaim melihat hilal padahal menurut hisab kontemporer hilal sangat sulit untuk dilihat karena berada pada ketinggian 0º sampai dengan 1º?
Waktu itu bukan hanya Cakung tapi juga Bangkalan. Tahun 1427 H ada dua tempat yang mengklaim melihat hilal yaitu Cakung sebanyak 4 orang yang melihat dan Bangkalan 7 orang. Sayang ada isu berhembus Bangkalan nggak disumpah oleh pengadilan setempat tapi ada yang bilang Bangkalan sudah disumpah, mana yang benar saya nggak tahu pasti. Kalau di Cakung waktu itu yang menyumpah kalau tidak salah wakil ketua Pengadilan Agama Jakarta Utara bapak Drs. Damanhuri, SH. Kalau tahun 1428 H yang mengklaim melihat hilal adalah Cakung dan pantai Anyer. Pada saat tahun 1427 dan 1428 hilal berada diatas ufuk nggak ada yang dibawah ufuk menurut perhitungan kontemporer hilal berada pada ketinggian 0º 30’0” atau 0º 35’0’.  Menurut perhitungan Sullam sendiri ketinggian hilal sudah mencapai 3º. Sedang menurut perhitungan hakiki tahkiki berada pada ketinggian 2º sampai dengan 3º. 

  1. Punya pengalaman rukyat di tempat lain?
Tanggal 3 (tanpa menyebut bulan karena lupa) saya rukyat di Pelabuhan Ratu tapi malah sulit karena ada fatamorgana.

  1. Muncul isu tahun ini (2010 M atau 1431 H) hisab Sullam an-Nayyiroin akan dihapus dari Depag, bagaimana tanggapan ustadz?
Asal tahu aja kitab Sullam an-Nayyiroin sudah ada sebelum perhitungan atau hisab modern muncul.

  1. Apakah Cakung juga bekerjasama dengan lambaga-lembaga lain dalam pelaksanaan rukyatulhilal?
Ya kami juga bekerja sama dengan lembaga lain seperti Depag Jakarta Utara, NU Jakarta Utara, Dewan Dakwah dan MUI. Kami juga kerja sama dengan pakar hisabrukyat dari Jawa Timur seperti KH. Kamil Chayan (Gresik), Ahmad Khotib (Gresik), KH. Hasan Basri Sa’id (Gresik), KH. Jailani Chudari (Bangkalan) dan KH. Soleh Hayat (Pasuruan).

Ayo Perbanyak Solawat

download win hisab versi 2.96 via ziddu

SARKUB TECH MELEK IPTEK

UNIVERSITAS MENYAN INDONESIA

Santri

PISS - KTB

Total tayangan laman

4