,

,

Senin, 25 Agustus 2014

Syeikh Ali al-Khawwash, Sang Wali Qutub, Guru Al-Imam Abdul Wahab Asy-Sya'roni (Bag. II)


[Dok. Ziarah Bab Nashr; 22 Aug '14 ]
Makam Waliyullah; Ali al-Khawwash.
____________________________
Lanjutan kisah dari postingan sebelumnya..

Syeikh Sya'rani, murid kesayangannya, pernah bercerita, "Syeikh Ali al-Khawwash menyapu masjid, membersihkan kamar kecil, dan menyapu sentral pengatur air (sungai Nil di pulau Raudhah) setiap tahunnya. Pada hari itu, ia banyak membagikan rezeki pada fakir miskin. Ia membagi-bagikan gula dan manisan pada setiap penjaga sentral pengatur air dan orang-orang di sekitarnya.
Setelah itu, ia turun, melepas tutup kepala dan berwudu dengan air tersebut sambil menangis dan meratap bagaikan pohon bambu yang diombang-ambingkan angin.
Ia memerintahkan para muridnya untuk turun ke bawah membersihkan tangga sentral pengatur air, sedangkan ia sendiri mengangkat tanah liat yang ada di bawah tangga itu tanpa mau dibantu. Ia mempunyai satu jubah dan satu peci kecil, setahun sekali dicucinya. 'Semua ini untuk menghemat sabun untuk orang miskin', kata guruku ini suatu waktu."
KEILMUAN Waliyullah Al-Khawwash
Ali al-Khawwash bukanlah orang yang mengenyam bangku sekolah. Ia bahkan tidak bisa membaca dan menulis. Kendati demikian, para ulama heran dan takjub dengan keilmuan yang ia miliki. Ia mahir mengupas Alquran dan Hadits. Ulasan-ulasan yang ia sampaikan bisa disaksikan dalam kitab karangan muridnya, Syeikh Abdul Wahhab Sya'rani.

Syeikh Abdul Wahhab Sya'rani mencatat, "Banyak sekali kami menulis jawaban-jawaban Syeikh Ali- al-Khawwash dalam kitab al-Jawahir wa al-Durar. Para ulama besar saat itu banyak yang kesulitan menjawabnya sehingga hal itu membuat kagum para ulama seperti Syeikh Syihabuddin al-Futuhi al-Hanbali, Syeikh Syihabuddin bin al-Syalabi al-Hanafi, Syeikh Nashiruddin al-Laqani al-Maliki, Syeikh Syihabuddin ar-Ramli as-Syafii."
Lebih jauh, Syeikh al-Futuhi mengatakan, "Saya telah bergelut dengan ilmu selama 70 tahun, tidak terlintas dalam hatiku --bukan pertanyaan, bukan pula jawaban-- masalah-masalah seperti yang ada di al-Jawahir wa al-Durar."
Tentang keilmuan, Syeikh Ali al-Khawwash mempunyai pendapat yang berbeda dengan kebanyakan ulama, "Seseorang tidak bisa dikatakan berilmu ('alim), jikalau ilmunya itu masih didapat dari orang lain. Orang yang berilmu ialah orang yang tidak pernah mengambil ilmu dari orang lain, melainkan asli; langsung dari Allah Swt.
Orang yang mendapatkan ilmu dari orang lain hakikatnya hanyalah menceritakan atau memindahkan pendapat orang tersebut (naqil bukan 'alim). Meskipun demikian, orang itu akan tetap mendapatkan pahala, yaitu pahala orang yang membawa dan menyebarkan ilmu, bukan pahala orang 'alim... dan Allah Swt. tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan."
Ilmu Syeikh Ali al-Khawwash tidak terbatas hanya pada ilmu syariat saja atau tasawwuf saja. Ia juga dikenal mahir dalam ilmu kedokteran dengan obat herbal (a'syab). Setiap ada orang yang meminta bantuan, ia seolah menjelma apoteker yang memberikan resep obat herbal; tumbuhan ini dan akar itu. Tercatat bukan sekadar penyakit biasa yang ia mampu susunkan resep, bahkan lepra, lumpuh, dan penyakit sukar lainnya semua ada resep herbalnya.
Ada sebuah kisah tentang salah satu karamah beliau yang sampai sekarang bisa kita lihat jika berziarah di makam beliau. Bahkan di foto ini pun sekarang nampak. Apa itu?
Kisah selanjutnya tentang Syeikh Ali al-Khawwash, Sang Sufi Nan Laduni ada di postingan berikutnya..
Shollu ala Sidnannabi!
___________________________
Sahabat sarkubmesir.net yang hendak berziarah, bisa meminta kunci pada kakek tukang laundry di depan masjid. Tak usah ragu, ia baik hati dan ikhlas bahkan menolak saat diberi alawah, seberapapun besarnya.


sumber :




Kalam Penuh Hikmah Sayidina Ali


Dari shahabat Ali bin Abi Thalib Karamallahu wajhah berkata :
"Aku khawatir dengan suatu masa yang rodanya dapat menggilas keimanan keyakinan hanya tinggal pemikiran yang terbekas dalam perbuatan, banyak orang baik tapi tak berakal, ada orang berakal tapi tak beriman, ada lidah fasih tapi berhati lalai, ada yang khusuk tapi sibuk dalam kesendirian, ada ahli ibadah namun mewarisi kesombongan iblis, ada ahli maksiat rendah hati bagai sufi, ada yang banyak tertawa hingga hatinya berkarat, ada yang banyak menangis karena kufur nikmat, ada yang murah senyum namun hatinya mengumpat, ada yang berhati tulus tapi wajahnya cemberut, ada yang berlisan bijak namun tak memberi teladan, ada pezina tampil sebagai figur, ada yang punya ilmu tapi tak paham, ada yang paham tapi tak menjalankan, ada yang pintar tapi membodohi, ada yang bodoh tapi tak tau diri, ada yang beragama tapi tak berakhlak, ada yang berakhlak tapi tak berTuhan, lalu diantara semua itu, Dimana aku berada ?

Sumber :



Sejarah Perkembangan & Peranan Tarekat Syadziliyah di Kabupaten Bekasi (Oleh : Muh. Juni)


Muh. Juni mengupas sejarah perkembangan tarekat syadziliyah di kabupaten Bekasi secara lugas dan cerdas

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19683/1/MUHAMAD%20JUNI-FAH.pdff





Syeikh Ali al-Khawwash, Sang Wali Qutub, Guru Al-Imam Abdul Wahab Asy-Sya'roni (Bag. I)


[Dok. Ziarah Bab Nashr; 22 Aug '14 ]
Bersama Imam Masjid Ali al-Khawwash.
____________________________
Syeikh Ali al-Khawwash merupakan salah satu waliyullah paling tenar dari daerah Burullus, provinsi Kafru Syaikh. Di sekitar pesisir Burullus terdapat banyak kelompok wali yang disebut al-Syurafa' al-Amiriyyah.

Sejarawan Islam Al-Maqrizi mencatat, "Mereka berasal dari suku Quraisy; dari Bani Adiy dan Ka'ab. Sebagian dari mereka memegang dinas rahasia raja-raja Turki (Utsmaniyyah) di Kairo dan Damaskus selama kira-kira seratus tahun."
Syaikh Ali al-Khawwash tumbuh dalam keluarga miskin sehingga ia harus bekerja sejak kecil. Mula-mula, ia keliling menjajakan sabun dan kurma. Sesampainya di Kairo, ia beralih membuka toko minyak untuk beberapa tahun. Kemudian berganti pekerjaan menjadi pengrajin keranjang. Karena pekerjaan inilah ia dijuluki al-Khawwash (si pembuat keranjang).
Dalam kondisi serba kekurangan, Syeikh Ali al-Khawwash sangat dermawan dan rendah hati. Setiap Jumat, ia selalu berkhidmah untuk masjid-masjid, bersedekah pada fakir miskin dan yang membutuhkan tanpa memperhitungkan berapa yang ia keluarkan dan bagaimana nanti makan.
Imam Masjid yang menyambut kami juga bercerita banyak bahkan sampai pada hal-hal yang memang di kitab tidak tertulis; hanya ada turun temurun dari satu guru ke muridnya, dari satu kakek ke cucunya. Syeikh Ali al-Khawwash mewajibkan dirinya mengerjakan hal-hal yang terkait "pengatur air", membersihkannya. Ia mengambil waktu tengah malam guna diam-diam membersihkan WC, dari satu masjid ke masjid lainnya.
Kisah selanjutnya tentang Syeikh Ali al-Khawwash, Sang Sufi Nan Laduni ada di postingan berikutnya..
Shollu ala Sidnannabi!
___________________________
Sahabat sarkubmesir.net yang hendak berziarah, bisa meminta kunci pada kakek tukang laundry di depan masjid. Tak usah ragu, ia baik hati dan ikhlas bahkan menolak saat diberi alawah, seberapapun besarnya.



sumber :




Ayo Perbanyak Solawat

download win hisab versi 2.96 via ziddu

SARKUB TECH MELEK IPTEK

UNIVERSITAS MENYAN INDONESIA

Santri

PISS - KTB

Total tayangan laman

4