,

,

Selasa, 31 Mei 2016

Abah Lutfi Di Haul Agung Kanjeng Sunan Ampel Ke-567




Daftar Lokasi Pelaksanaan Pengamatan Hilal Ramadlan 1437 H


  1. Aceh: POB Tgk. Chiek Kuta Karang Lhoknga, Gunung Cring Crang, Pantai Krueng Geukuh, Pantai Suak Geudeubang, Pantai Lhok Keutapang, dan Pantai Teluk Dalam.
  2. Sumatera Utara: Atap Kantor Gubernur Sumut, Sorkam Tapanuli Tengah, dan Hotel Grand Marriot;
  3. Sumatera Barat: Menara Suar Navigasi Bukit Lampu Kec. Tlk Kabung Padang.
  4. Riau: Teluk RHU Kec. Rupat Utara Kab. Bengkalis.
  5. Kepulauan Riau: Bukit Cermin Kota Tanjung Pinang.
  6. Jambi: Novita Hotel (Jl. Gatot Subroto Jambi), JOB Pertamina Jambi, Abadi Suite & Tower Hotel (Jl Gatot Subroto).
  7. Sumatera Selatan: Kampus IGM.
  8. Bangka Belitung: Pantai Tanjung Kalian Kec. Mento Kab. Bangka Barat.
  9. Bengkulu: Mess Pemda Jl. Pantai Teluk Segara Kota Bengkulu. 
  10. Lampung: POB Bukit Canti Kalianda Lampung dan Pantai Lemong (Krui Lampung Barat).
  11. DKI Jakarta: Masjid Al-Musyari’in Basmol Jakarta Barat, Pulau Karya Kepulauan Seribu, Gedung Kanwil Kemenag Provinsi DKI Jakarta (Lantai 7), dan Seasson City Tower A Lt. 32 Jakarta Barat.
  12. Jawa Barat: Pantai Gebang Kab. Cirebon, Gunung Babakan Banjar Tower Pertamina, POB Pelabuhanratu Pantai Loji, Asthahannas Binong Subang, Pantai Cipatujah Tasikmalaya, Bosscah ITB Lembang, dan Pantai Santolo LAPAN.
  13. Banten: Pantai Anyer Carita.
  14. Jawa Tengah: Menara Al Husna Masjid Agung Jawa Tengah, Pantai Binangun (Kab. Rembang), Kab. Banyumas, Pantai Cigandu (Kab. Batang), Ponpes Assalam (Surakarta), Pantai Kartini (Kab. Jepara), Pantai Alam Indah (Kota Tegal), Pantai Larung (Kab/Kota Pekalongan), dan Pantai Ayah (Kab. Kebumen).
  15. DIY: POB Syekh Bela Belu (Bantul Parang Tritis), Pantai Trisik (Kab. Kulon Progo), Bukit Brambang (Gunung Kidul).
  16. Jawa Timur: Pantai Sunan Drajat /Tanjung Kodok Paciran Lamongan, Bukit Banyu Urip Desa Banyu Urip Kec. Senori Kab. Tuban, Bukit Perahu Lapan Kab. Pasuruan, Menara Masjid Agung Surabaya, Helipad AURI Ngliyep Kab. Malang, Pantai Serang Kab. Blitar, Pantai Srau Pacitan, Bukit Wonotirto Blitar, Pantai Nyamplong Kobong Jember, Gunung Sadeng Jember, Pantai Pecinan Situbonco, Pantai Pancur Alas Purwo Banyuwangi, Pantai Ambat Tlanakan Pamekasan, Bukit Condrodipo Gresik, Pantai Gebbang Bangkalan, Bukit Wonocolo Bojonegoro, Pulau Gili Kab. Probolinggo, Pantai Pasongsongan Sumenep, Pantai Kalisangka Kangean Sumenep, Pantai Bawean Kab. Gresik, dan satuan Radar 222 Ploso di Kaboh Kab. Jombang.
  17. Kalimantan Barat: Pantai Indah Kakap, Kec. Sungai Kakap, Kab. Kubu Raya.
  18. Kalimantan Tengah: Di atas Hotel Aquarius.
  19. Kalimantan Timur: Hotel Mitra Lantai, Kota Samarinda
  20. Kalimantan Selatan: Bank Kalsel Jl. Lambung Mangkurat, Pantai Kanggisung (Pelahari Kab. Tanah Laut), Pantai Kotabaru (Kab. Kotabaru), Amuntai (Kab. Hulu Sungai Utara); Marabahan (Kab. Barito Kuala).
  21. Bali: Hotel Patra Jasa Pantai Kute, Bali.
  22. NTB: Taman Rekreasi Loang Baloq Ampenan (Kota Mataram).
  23. NTT: Masjid Al Hidayah Kota Kupang, Kec. Amfoang Tengah Kab. Kupang, Kec. Mamboro, dan Kec. Katiku Tnh Sel Kab. Sumba Tengah.
  24. Sulawesi Selatan: Tanjung Butung Kab. Barru.
  25. Sulawesi Barat: Tanjung Ranga Kec. Simboro (Kab. Mamuju), Desa Mosso Kec Sendana (Kab. Majene).
  26. Sulawesi Tenggara: Pantai Buhari Tanggetada, Kab. Kolaka.
  27. Sulawesi Utara: Apartemen Manado Trade Center (MTC).
  28. Gorontalo: Menara Keagungan Limboto.
  29. Sulawesi Tengah: Desa Merana Kec. Sundue Kab. Donggala.
  30. Maluku: Pantai Latuhalat Kes. Nusanile, Kota Ambon.
  31. Maluku Utara: Kel. RUA/Pantai Utara, ota Ternate dan Kantor Kemenag Tidore.
  32. Papua: Kab. Bika Numfor Lampu Tiga.
  33. Papua Barat: Tanjung Saoka Kota Sorong, Menara Masjid Agung Fak-Fak, dan Pantai Sidai Kab. Manokwari.

'Umdat As-Salik Fi Khoir Al-Masalik Menggali Adab & Etika Para Salik


'Umdat As-Salik Fi Khoir Al-Masalik, salah satu karya mursyid thoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) KH. Muslih bin Abdurrohman bin Qoshidilhaq Mranggen Demak -Allah yarham- (1908 - 1981 M) yang dijuluki Abu Al-Masyayikh dan Syeikh Al-Mursyidin memuat berbagai adab dan etika murid thoriqoh (baca: salik). Menggunakan bahasa Arab fushah dikemas dengan ringkas dan jelas dengan terjemah jawa pegon. Bahasanya mengalir bak air, siapapun yang membaca seolah akan berhadapan langsung dengan Mbah Muslih terlebih jika membacanya diawali dengan membaca fatihah dengan niat dihadiahkan pahalanya kepada Mbah Muslih dan seluruh guru-gurunya. 


Satu hal yang menarik diawal-awal kitab ini Mbah Muslih menjelaskan ada beberapa perbuatan ataupun perkataan yang dilontarkan oleh para arifin (orang-orang yang sudah ma'rifat kepada Allah) terkadang dohirnya menyalahi syariat namun inti dibalik perbuatan itu justru sesuai dengan Al-Qur'an maupun As-Sunnah. Statement beliau di awal tulisan ini menyiratkan bahwa dalam perjalanan sang salik akan menemui berbagai hal yang sepintas jika dipandang secara dohir tampak menyalahi Al-Qur'an maupun As-Sunnah padahal tidak, mirip dengan kisah nabi Musa kala berguru kepada nabi Khidir.


Penulis memang bukan penganut TQN tapi penelusuran kami selama ini thariqoh yang asli produk ulama nusantara ini berkembang pesat di Jawa, Sumatra dan Kalimantan dengan ciri atau karakter khas dzikir nafi dan itsbat yakni Lailahaillallah dan Allah Allah Allah.

Semoga kita semua baik yang membaca ataupun tidak kitab ini, bisa mengikuti jejak langkah beliau, beretika sesuai dengan tuntunan beliau dan dikumpulkan di padang mahsyar dengan beliau, guru-gurunya, syekh Abdul Qodir Al-Jilani, syekh Bahauddin An-Naqsyabandi dan baginda kita penghulu para nabi dan rasul, Muhammad shollallahu alaihi wasallam. Waallahu yahdi ila shirothil mustaqim


Biografi KH. Muhammad Ilyas Noor Kedungparuk Purwokerto (20 Agustus 1954 - 20 Mei 2016)


Murah Senyum

KH. Muhammad Ilyas Noor lahir di Kedungparuk Purwokerto 20 Agustus 1954 M. Beliau adalah khalifah ketiga thoriqoh Naqsyabandiyah Kholidiyah setelah wafatnya kedua kakak beliau, KH. Said Ilyas Noor tanggal 3 Juli tahun 2004 dan KH. Abdul Qodir Ilyas Noor pada tanggal 19 Maret 2002, keduanya dimakamkan di belakang masjid Bahaul Haq Wadhiyauddin Kedungparuk.

Ibunya Nyai Hj. Siti Khoiriyah adalah isteri KH. Ilyas Noor sekaligus putri Nyai Hj. Siti Chasanah isteri ke tiga KH. Abdul Malik bin Muhammad Ilyas Kedungparuk. Secara genealogis dari ketiga istri Mbah Malik yakni Nyai Hj. Warsiti, Mbah Mrenek dan Nyai Hj. Siti Chasanah hanya Nyai Hj. siti Chasanah lah yang putra-putrinya melanjutkan perjuangan Mbah Malik, adapun putra Nyai Hj. Warsiti yakni Busyeiri wafat di usia 30-an sedang Mbah Mrenek tidak meninggalkan keturunan.

Menimba ilmu dari kakeknya KH. Abdul Malik bin Muhammad Ilyas berbagai disiplin ilmu baik ilmu dohir maupun batin. Kakeknya kerap kali mengajaknya silaturahim ke berbagai pesantren dan majlis taklim mengunjungi para ulama dan habaib.

Beliau juga menimba ilmu di Madrasah diniyah asuhan pamannya KH. Ahmad Ma'shum bin KH. Abdul Jamil di dekat masjid Mersi Purwokerto. Selesai mengeyam pendidikan dasar beliau melanjutkan studinya di PGAN Purwokerto kemudian merantau kuliah di IKIP Jakarta.

Tahun 1978 pada usia 23 beliau berbaiat thoriqoh Qodiriyah wan Naqsyabandiyah kepada Abah Anom di Tasikmalaya, beliau juga berbaiat kepada Abah Qodirun Yahya di Sawangan Bogor. Di usia 27 tahun bertepatan tahun 1981 beliau menikah dengan wanita berdarah betawi Hj. Aminah binti H. Abdul Karim kerabat isteri habib Husein bin Muhsin al-Attas dikaruniai lima anak satu laki dan empat perempuan.


Pasca wafat KH. Said Ilyas Noor beliau dipanggil ke Kedungparuk oleh Maulana Habib Luthfi Pekaloingan diangkat menjadi mursyid thoriqoh Naqsyabandiyah Kholidiyah tanggal 1 Rajab 1425 H atau 18 Agustus 2004.  

Karomah 

Penulis kali pertama menemui beliau tahun 2012-an saat subuh sudah diberi tahu via mimpi wajah beliau mengenakan peci putih dan saat pertama bertemu beliau di waktu solat jamaah dhuhur mengenakan peci putih persis seperti waktu bertemu dengan penulis di mimpi padahal penulis belum pernah sekalipun mengenal beliau atau bertatap muka sebelumnya.

Solawat Rahmat 

Satu hal yang juga penulis ingat adalah kala kami memohon dijadikan murid beliau. Beliau dawuh syaratnya cuma satu yakni membaca salawat rahmat "shollaallahu ala muhammad" seribu kali setiap hari dan beliau juga mewasiatkan nasihat yang sering diwasiatkan kakeknya, Mbah Malik jangan lupa untuk menjaga salat 5 waktu berjamaah, membaca solawat dan al quran setiap hari.

Hari Jumat 20 Mei 2016 kemarin tepat pada waktu subuh mursyid thoriqoh yang murah senyum itu telah wafat meninggalkan kita semua, Ya Allah kumpulkan kami bersama orang-orang solih kelak di yaumil hisab.

* Disarikan dari buku biografi Mbah Malik karya Muhdor Segaf dan pengalaman penulis kala bertemu Abah Muhammad Ilyas Noor


Ayo Perbanyak Solawat

download win hisab versi 2.96 via ziddu

SARKUB TECH MELEK IPTEK

UNIVERSITAS MENYAN INDONESIA

Santri

PISS - KTB

Total tayangan laman

4