,

,

Kamis, 04 September 2014

Memahami Nuklir


Belajar Nuklir Untuk Pemula
via 

Ternyata, selain gaya listrik di dalam inti atom juga ada yang namanyagaya nuklir kuat yang saling tarik-menarik. Gaya ini kuat sekali, tetapi jangkauannya sangat pendek, yaitu sekitar 1 fm (femtometer) atau 1/1000000000000000 meter. Antara proton yang satu dengan proton yang lain akan saling tarik-menarik karena gaya nuklir kuat ini. Uniknya, kalau jarak antar proton kurang dari 0,7 fm, maka proton akan saling tolak menolak. Kalau jaraknya lebih dari 0,7 fm akan tarik-menarik. Kalau jaraknya di atas 2 fm, gaya nuklir kuat ini akan berkurang kekuatannya secara drastis. Pada jarak di bawah 1,7 fm, gaya nuklir kuat lebih besar daripada gaya listrik (gaya Coulomb, gaya tolak-menolak).



Teori Mekanika Kuantum


Walaupun teori Bohr telah melukiskan struktur atom cukup detil, namun masih ada sesuatu yang hilang. Untuk ini perlu kiranya ditinjau kembali mengenai sifat cahaya. Para ilmuwan selalu saja mendapat kesulitan dalam melukiskan sifat karakteristik cahaya. Banyak percobaan dengan jelas menunjukkan bahwa cahaya bersifat gelombang, tetapi pada percobaan lain menunjukkan bahwa cahaya bersifat sebagai partikel (yang nantinya dikenal sebagai aliran foton yang membawa paket-paket energi atau sejumlah energi diskret terkuantisasi), sebagaimana terjadi pada berbagai jenis gejala.

Dari perbandingan gejala-gejala tersebut dapat dipertimbangkan bahwa sifat cahaya atau energi radiasi secara umum berhubungan dengan sifat gelombang dan sifat partikel atau sering dikenal sebagai dualisme cahaya yaitu sifat gelombang partikel. Dalam hal seperti ini, sejumlah asumsi kemudian merupakan dasar pengembangan teori kuantum dapat dirumuskan sebagai berikut:
  1. Atom-atom berkelakuan sebagai osilator, menghasilkan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi gelombang yang karakteristik bagi atom yang bersangkutan.
  2. Energi tidak dibawa oleh gelombang itu sendiri melainkan oleh foton yang kecepatan alirnya diberikan oleh intensitas gelombang yang bersangkutan.
  3. Kecepatan pancaran gelombang oleh osilator-osilator menentukan peluang pancaran foton oleh sumbernya.
Ketiga asumsi tersebut dapat diringkas dalam bentuk kuantum asli seperti yang diusulkan oleh Max Planck, yaitu bahwa osilator-osilator memancarkan energi dalam bentuk kelipatan integral dari paket energi basis (yaitu foton) sebagai:

E = nhv
dengan:
n = bilngan kuantum atau diskret
v = frekuensi osilator).

Sumber:
http://www.ilmukimia.org/2013/04/teori-mekanika-kuantum.html


Tangan Kanan Bisa Ungkap Tingkat Kesuburan Pria?


Tangan merupakan bagian penting bagi tubuh kita. Tangan merupakan alat peraba yang kegunaannya sangat beragam. Setiap yang akan kita lakukan, maka tangan yang akan melakukannya. Banyak juga mitos seputar tangan kita ini.

Tetapi dalam penelitian yang dilakukan di Korea Selatan memperlihatkan, jika tangan kanan bisa mengungkapkan tingkat kesuburan seorang pria? Tapi bagaimana cara melihatnya? Berikut penjelasannya yang mungkin bisa bermanfaat bagi Anda.

Penelitian ini memperlihatkan dari sekitar 172 pria dewasa, dengan rentang umur antara 20 hingga 69 tahun. Bahwa ukuran tangan kanan memperlihatkan besarnyaskrotum (tempat di mana semen disimpan). Caranya dengan melihat panjang dari jari manis dan telunjuk.

Di mana panjang jari manis yang lebih panjang dari jari telunjuk memperlihatkan, jika ukuran skrotum akan lebih besar. Dan ini tentu akan meningkatkan volume penyimpanan semen di dalam skrotum, yang bisa menjadi indikator bahwa pria tersebut sangat subur.

Penelitian ini juga sudah dibawa ke dua rumah sakit di Korea Selatan, untuk lebih meyakinkan kembali akan tingkat kesuburan pria, di antaranya rumah sakit Gil di Gachon dan rumah sakit nasional Seoul. Mungkin ini bisa menjadi indikator bagi Anda, untuk mulai melihat tangan kanan Anda, semoga bermanfaat.


sumber:
http://balabal10.blogspot.com/2014/09/tangan-kanan-bisa-ungkap-tingkat.html#.VAiRXeN_tmM


Menentukan Posisi Kiblat dengan Azimuth Bintang dan Planet Oleh: A. Syekhu

Perhatikan bintang Arcturus yang di-tracking berada pada azimuth 289.38°.
Untuk mengarahkan teodolit ke titik utara sejati geser teodolit sejauh 70.62°.
Selanjutnya arahkan teodolit ke posisi kiblat di azimuth 292° 51' 57"
  • Di tulis 21 / 08 / 2014 pukul 05.56
  • Oleh: Datu Akhmad Syaikhu
  • "Dan dengan bintang-bintang mereka dapat petunjuk (jalan)." (QS.An-Nahl:16)
Dalam catatan terdahulu saya menulis "Menentukan Posisi Kiblat dengan NOAA Solar Calculator", intinya adalah menentukan posisi kiblat mengacu pada azimuth matahari. Dalam catatan kali ini saya akan menguraikan teknik pengukuran arah kiblat menggunakan azimuth bintang dan Planet. Keduanya adalah teknik baru yang dapat digunakan di samping teknik-teknik pengukuran konvensional yang sudah banyak diketahui. Saya terinspirasi dengan teknik ini setelah memperhatikan beberapa software astronomi yang disediakan ANDROID memungkinkan kita melakukan pengukuran kiblat dengan acuan benda langit apa saja, seperti  azimuth bintang-bintang, azimuth bulan, dan azimuth planet-planet. Peralatan utama yang diperlukan untuk teknik pengukuran ini adalah: Teodolit, Telepon Genggam Android, dan Laser. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
  1. Pasang Night Sky Tools -Astronomy  (Smoky Cogh) pada Android. 
  2. Buka Night Sky Tools, pilih General, pilih Sky Map, sentuh ikon perangkat sehingga muncul Location Setting.
  3. Sesuaikan nilai Latitude (lintang), Longitude (bujur) dan Timezone dengan lokasi pengukuran dilaksanakan. Untuk mengetahui nilai lintang dan bujur tempat pada android dapat diinstall fasilitas GPS, salah satunya adalah aplikasi "My GPS Koordinat"
  4. Buka kembali Sky Map, cari dan tentukan sembarang objek langit yang terang dan arahkan android ke langit. Android akan melakukan scanning terhadap langit dan memberikan informasi tentang objek langit (bintang dan planet) dilihat dari titik observasi. Informasi yang diberikan antara lain: Altitude, Azimuth, Apparent Right Ascension (ARA) dan Declination. Dalam tracking (pelacakan), bintang atau planet yang dipilih harus berada di titik silang dalam lingkaran. Catat nilai azimuth benda langit tersebut, dalam image di bawah misalnya tertera : Bintang ARCTURUS, azimuth: 289.38°
  5. Arahkan teodolit yang telah disiapkan sebelumnya pada objek langit yang dipilih, yaitu ARCTURUS. Setelah objek langit berhasil dilacak, teodolit dikunci dan angkanya di nol kan.
  6. Teodolit yang semula mengarah pada azimuth 289.38° diputar searah jarum jam sejauh 70.62° (360°-289.38° = 70.62° ) agar mengarah ke utara sejati (True North). Setelah itu teodolit kembali dikunci dan di-nol-kan. 
  7. Hitung azimut kiblat tempat dengan rumus segitiga bola: Cotg B= (cotg b.sin a: sin C) - cos a.cotg C atau dapat menggunakan software aplikasi falakiyah. Untuk tempat di Kota Banjarmasin yang terletak pada titik koordinat -3.33° dan 114.61° azimuth kiblatnya adalah 292° 51' 57". Putar horizon teodolit sesuai arah jarum jam sejauh 292° 51' 57", azimuth kiblat tempat ditemukan dan selanjutnya teodolit dikunci kembali.
  8. Gunakan laser (merah atau hijau) yang disinarkan pada lensa teodolit untuk memberikan tanda arah azimuth kiblat. Salah seorang dari pengukur membantu memberikan tanda sesuai arah sinar laser. Teknik penentuan arah kiblat dengan azimuth bintang tentu dilaksanakan malam hari, oleh karena itu laser akan sangat berguna untuk memberikan tanda arah.
  9. Pengukuran selesai.
Sumber:

MELAGUKAN AL-QUR'AN Oleh: KH. Deden M. Makhyaruddin. M.A.



Menurut Imam Asy-Syafii dalam Al-'Umm (6/227), Tidak apa-apa membaca Al-Qur'an menggunakan lagu serta memperindah suara saat membacannya bagaimana pun tekniknya. Lagu pavorit Imam Asy-Syafii, sebagaimana diakuinya dalam Al-Umm, adalah nada yang mengalir membawa rasa sedih karena ingat dosa (melo).

Imam Al-Mawardi dalam Al-Hawi (18/196) menyebutkan, memperindah suara dalam membaca Al-Qur'an dengan mengalir, syahdu, dan menyentuh hati hukumnya sunat.

Bagaimana apabila lagu-lagu (nada dan irama) yang dipergunakan dalam membaca Al-Qur'an itu biasanya diperuntukan untuk selain Al-Qur'an? Maka kata Imam Asy-Syafii sebagaimana disyarahkan oleh Imam Al-Mawardi (17/196), hukumnya mubah selagi tidak merusak lafazh-lafazh Al-Qur'an, seperti menambah atau mengurangi harakat karena terbawa irama, memanjangkan yang pendek, memendekan yang panjang, atau ngajadikan kalimat, kata, dan huruf-hurufnya tidak jelas. Apabila demikian, maka dilarang, yakni haram. Yang membacanya fasiq, dan yang mendengarkannya berdosa.

Imam Abu Ishaq Asy-Syirazi dalam Al-Muhadzdzab (3/444)menambahkan, termasuk melagukan yang haram itu, manjangkan mad melebihi aturan yang baku (riwayat talaqi).

Menurut Imam Nawawi dalam kitab Ar-Raudhah (11/227), termasuk melagukan Al-Qur'an yang haram itu apabila menyebabkan tawallud. Begitu pula menurut Syekh Zakariya Al-Anshari dalam Asnal Mathalib (4/344).

Imam Ibn Hajar Al-Haitami dalam Tuhfah (10/219), membuat standar umum haramnya melagukan Al-Qur'an, yaitu apabila menimbulkan bacaan yang keluar dari qira'at mutawatirah.

Jadi, melagukan Al-Qur'an itu halal, bahkan "sunnat," bagaimanapun tekniknya, yakni meski, hemat saya, dengan lagu kontemporer sekalipun, selama benar cara bacanya sebagaimana diatur dalam ilmu Tajwid dan Qira'at.

Legalitas melagukan Al-Qur'an dari fuqaha melahirkan ilmu seni baca Al-Qur'an yang disebut nagham. Para pelantun Al-Qur'an kemudian tak asing dengan sebutan Bayyati, Rast, Shaba, Sikah, Nahawand, Jiharkah, dan Hijaz, beserta cabang-cabangnya. Namun, sayangnya tak banyak diketahui sejak kapan lagu-lagu itu masuk ke-dalam bacaan Al-Qur'an? Apakah lagu-lagu itu khusus dicipta untuk Al-Qur'an?

Pada awal kemunculannya, lagu-lagu Al-Qur'an tumbuh beriringan dengan perkembangan lagu tradisional Arab. Al-Jahizh (w. 255 H.) dalam Al-Rasa'il Al-Adabiyah (1 : 218) mengatakan, ulama yang pertama kali merumuskan lagu-lagu Arab menjadi sebuah kajian ilmiah adalah Imam Khalil Al-Farahidi (w. 170 H.) dalam kitab Al-Naghm, yang disempurnakan musisi Islam terkemuka Ibrahim Al-Maushili (w. 188 H.).

Ilmu nagham berkembang pesat seiring dengan gerakan penerjemahan buku-buku filsafat Yunani kedalam bahasa Arab di masa Abasiah. Nagham pun, atas prakarsa Al-Farabi (w. 339 H.), berganti nama menjadi Al-Musiq, sebuah kata bahasa Yunani Kuno ciptaan Pytagoras setelah konon katanya belajar kepada Nabi Sulaiman (Raudh Al-Akhyar, 1 : 31).

Abu Al-Faraj Al-Ashfahani (w. 356 H.) melakukan kajian khusus tentang musik Arab dalam Al-Aghani. Menurut risetnya, lagu Arab yang berkembang di Hijaz banyak dipengaruhi unsur Persia, Syam, Iraq, Turki, Romawi, Yunani, dan Suryani melalui musisi-musisi yang berkelana ke negeri-negeri itu, atau budak-budak yang berasal dari sana. Biasanya, lagu-lagu itu dinyanyikan dengan petikan alat musik oad (al-'uud).

Harun Al-Rasyid (w. 193 H.), sebagaimana dilaporkan Abu Al-Faraj, memerintahkan kepada tiga musisi kenamaan Baghdad untuk mengumpulkan irama-irama musik Arab, salah satunya Ibrahim Al-Maushili. Riset mereka menyimpulkan, jumlah lagu Arab itu mencapai seratus (100) lagu (irama). Kemudian terseleksi sepuluh lagu terindah yang kemudian terseleksi lagi tiga lagu yang lebih indah.

Riset-riset berikutnya menemukan jumlah lagu Arab lebih banyak dibanding hasil riset zaman Al-Rasyid. Jumlahnya mencapai 200, bahkan sebagian peneliti menyebutkan ada sekira 350 lagu (irama). Hingga abad kedelapan Hijrah, sebagaimana dalam pengantar Masalik Al-Abshar karya Syihabuddin Al-'Umari (w. 749 H.), ratusan musisi besar Islam terlahir untuk memberikan kontribusi terhadap musik dunia. Terminologi-terminologi seputar musik pun semakin variatif. Termasuk seiring dengan ditemukannya solmisasi (do-re-mi-fa-sol-la-si-do).

Notasi musik, pada mulanya mereka sebut dengan Maqamat, kemudian berganti menjadi Awazah (bahasa Persia), kemudian berganti lagi menjadi Syu'bah seiring ditemukannya rumusan-rumusan baru tentang musik.
Meski semua irama dan notasi musik itu tak berbeda, para musisi Islam berbeda dalam merumuskan notasi dasar (ushul) dan cabang (furu'). Yakni irama mana yang ushul, dan irama mana yang furu', apalagi setelah dikalikan kepada nada asli, rendah, sedang, dan tinggi. Demikian pula, mereka berbeda dalam membuat nama atau sebutan untuk lagu-lagu dan nada-nada itu. Namun apapun namanya, bahasa Persia lebih dominan.

Pada abad kesembilan Hijrah, Ibn Al-Jazari (w. 833 H.) dalam Al-Tamhid (1 : 44) mencatat beberapa penyimpangan membaca Al-Qur'an yang terpengaruh liberalisasi musik, seperti Tathriib, yaitu melagukan Al-Qur'an dengan irama musikis hingga kepanjangan membaca mad atau sebaliknya. Bahkan, dua Abad sebelumnya, dikenal pula sebutan talhiin, yakni melagukan Al-Qur'an secara bebas hingga kehilangan unsur Arabnya (Al-Iqna', 1 : 278).

Teguran ulama Qira'at muta'khkhirin itu menjadi catatan penting bagi para aktivis musik Islam berikutnya agar lagu dapat pergunakan dalam membaca Al-Qur'an. Meski banyak pula yang menolak mentah-mentah dipergunakan dalam Al-Qur'an.

Dari sekian banyak irama Arab ditetapkan beberapa irama dasar yang benar-benar Arabi, fasih dan mengalir apa adanya, hingga hampir tak bisa diukur dengan solmisasi (do-re-mi-fa-sol-la-si-do) karena frekuensinya yang terlalu rumit. Kemudian mereka mengambil konsep Ibn Al-Badisy (w. 540 H.) tentang martabat bacaan TAJWID atau disebut MUJAWWAD, yakni bacaan berirama dengan tempo lambat serta tetap memprioritaskan kaidah bacaan yang benar (Tajwid). Mereka kembali menyebutnya dengan Al-Naghm, bukan Al-Musiq, karena tidak qur'ani.

Ibn Badisy (w. 540 H.) menyinggung, bahwa lagu Arab masa itu berjumlah tujuh. Namun tidak disebutkan nama-namanya. Yang jelas, lagu-lagu itu masih sangat kental dengan unsur non Arab. Hingga menurutnya, irama Al-Qur'an itu adalah irama Arab yang kedelapannya.

Hingga awal abad ke-20 Masehi, lagu-lagu Arab yang menjadi dasar Mujawwad itu memang tujuh, kemudian dibagi berdasarkan thabaqat al-ashwat, yaitu dasar/(ashli), rendah (qarar), sedang (jawab), dan tinggi (jawabul jawab). Karena, mungkin hanya tujuh lagu itu yang bisa dijadikan dasar melagukan Al-Qur'an secara Mujawwad, meski idak jauh kemungkinan akan ditemukan maqaamat tambahan yang lebih 'arabi, atau bahkan berkurang, mengingat pengaruh non Arab yang kian mendominasi. Namun, secara umum, ke-araban Al-Qur'an, dilagukan dengan irama apapun, akan terjaga selama tajwid-nya tidak dilanggar.

Meski ketujuh lagu itu bersifat arabi, tapi nama-nama farisi-nya lebih dominan, karena bisa jadi nama-nama itu terlanjur melekat sejak dahulu, meski sebutan umumnya sudah diubah menjadi Arab, yaitu maqaamat, bukan awaz lagi (Persia).

Nama-nama itu (saya susun tidak berurutan) adalah:
  1. Shaba (shad-ba'- alif), berasal dari bahasa Suryani "Saabaa" (sin-alif-ba'-alif). Artinya, lebih kurang, suara kesedihan.
  2. Nahawand, berasal dari nama sebuah kota di Persia, Nahawand. Orang Barat menyebutnya Minor.
  3. Bayyati, berasal dari bahasa Aramik atau Suryani. Artinya suka cita.
  4. Sikah, barasal dari bahasa Persia. Artinya nada ketiga.
  5. Hijaz, berasal dari bahasa Arab, sebutan untuk wilayah Mekah, Madinah, dan sekitarnya.
  6. Rast, berasal dari bahasa Persia atau Kurdi. Artinya benar dan lurus.
  7. Jiharkah, berasal dari sebuah nama Persia.
Selain itu, terdapat irama selingan (cabang) dari ketujuh lagu itu. Seperti Banjaka, Syuri, 'Ajami, Mahur, Bastanjar, Kard, Karkurd, Naqrisy, Kurd, Murakkab, Mishri, Turki, Raml, 'Iraq, 'Usyaq, Zanjiran (Zinjiran), Syabir 'Alarrast, Kurdi, 'Asyiran, dan lain sebagainya.

Tampak sebagian besar nama di atas merujuk kepada bahasa non Arab atau wilayah luar Arab. Bahkan saya sendiri banyak yang belum tahu artinya. Kitab Masalik Al-Absyar, misalnya, hanya menyebutkan asal bahasanya, bukan pengertiannya, kecuali sedikit. Namun, bagi yang bergelut di bidang nagham, tentu akan menemukan padanan katanya dalam bahasa Eropa seputar musik dengan mudah.

Pada pertengahan abad ke-20 Masehi, di Mesir khususnya, lagu-lagu tradisional Arab itu banyak dikuasai para syeikh Al-Qur'an. Bahkan, penyanyi terkenal Umi Kaltsum pun menguasai irama-irama Arab Tradisional dari guru-guru qira'at. Bukan dari guru-guru musik. Artinya, para musisi Arab berhutang budi kepada seni baca Al-Qur'an yang telah menjaga kemurnian lagu-lagu itu.

Sekira tahun 50-an, Malaysia menjadi negara pertama yang menyelenggarakan kompetisi tilawah Al-Qur'an tingkat Internasional, atau di Indonesia disebut MTQ. Kemudian seni baca Al-Qur'an mengalami lonjakan, termasuk Indonesia. Bahkan menjadi disiplin ilmu tersendiri. Banyak berdiri pesantren takhashush bidang lagu Al-Qur'an. Di beberapa institut Al-Qur'an Jakarta, misalnya, bahkan nagham sudah menjadi mata kuliah sejak lama. Wallaahu A'lam


42 Formasi Menteri Versi Beritasatu.com



  1. Menteri Pendidikan Nasional: Anies Baswedan (3.032 pemilih)
  2. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral: Poltak Sitanggang (2.753 pemilih)
  3. Menteri Perindustrian: Dahlan Iskan (2.604 pemilih)
  4. Jaksa Agung: Abraham Samad (2.559 pemilih)
  5. Menteri Sekretaris Negara: Maruarar Sirait (2.534 pemilih)
  6. Menteri Kesehatan: Ribka Tjibtaning (2.379 pemilih)
  7. Menteri Lingkungan Hidup: Erwin Usman (2.369 pemilih)
  8. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif: Najwa Shihab (2.346 pemilih)
  9. Menteri Luar Negeri: Hikmahanto Juwana (2.195 pemilih)
  10. Kepala BNP2TKI: Anis Hidayah (2.155 pemilih)
  11. Menteri Sosial: Khofifah Indar Parawansa (2.127 pemilih)
  12. Menteri Agama: Komarudin Hidayat (2.111 pemilih)
  13. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi: Rieke Diah Pitaloka (2.109 pemilih)
  14. Menteri Perumahan Rakyat: Mohammad Jehansyah Siregar (2.102 pemilih)
  15. Menteri Dalam Negeri: Basuki Tjahaja Purnama (2.091 pemilih)
  16. Menteri Perhubungan: Ignasius Jonan (2.087 pemilih)
  17. Menteri Riset dan Teknologi: Yohanes Surya (2.067 pemilih)
  18. Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakya : Tri Rismaharini (2.035 pemilih)
  19. Menteri Pemuda dan Olahraga: Adian Napitupulu (1.966 pemilih)
  20. Menteri Komunikasi dan Informatika: Onno W Purba (1.966 pemilih)
  21. Menteri Koordinator Perekonomian: Faisal Basri (1.897 pemilih)
  22. Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal: Indra J Piliang (1.894 pemilih)
  23. Menteri Pertanian: Dwi Adreas Santosa (1.888 pemilih)
  24. Kepala Badan Pertanahan Negara (BPN): Usep Setiawan (1.880 pemilih)
  25. Menteri Hukum dan HAM: Zainal Arifin Muchtar (1.863 pemilih)
  26. Menteri Kelautan dan Perikanan: Hugua (1.859 pemilih)
  27. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas: Agus Suhartono (1.830 pemilih)
  28. Menteri Perdagangan: Mari Elka Pangestu (1.822 pemilih)
  29. Menteri Keuangan: Hendrawan Supratikno (1.777 pemilih)
  30. Menteri Pekerjaan Umum: Marwan Jafar (1.762 pemilih)
  31. Menteri Pertahanan: TB Hasanuddin (1.759 pemilih)
  32. Kepala Badan Intelijen Negara: As'ad Said Ali (1.747)
  33. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah: Budiman Sudjatmiko (1.743 pemilih)
  34. Kepala BKPM : Ichsanuddin Noorsy (1.634 pemilih)
  35. Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan: Luhut Binsar Panjaitan (1.624 pemilih)
  36. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak: Wanda Hamidah (1.584 pemilih)
  37. Menteri Badan Usaha Milik Negara: Edwin H Sukowati (1.567 pemilih)
  38. Menteri Kehutanan: Chalid Muhammad (1.493 pemilih)
  39. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi: Komarudin Watubun (1.315 pemilih)
  40. Sekretaris Kabinet: Pramono Anung Wibowo (1.152 pemilih)
  41. Ketua Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan: Budi Arie Setiadi (928 pemilih)
  42. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB): Eko Teguh Paripurno (720 pemilih)
  43. Menteri Pemberdayaan Para Pria yang tak laku-laku (MELAKU): Oki Yosi (100000 Pemilih, nolnya hilang semua)


sumber:

Ayo Perbanyak Solawat

download win hisab versi 2.96 via ziddu

SARKUB TECH MELEK IPTEK

UNIVERSITAS MENYAN INDONESIA

Santri

PISS - KTB

Total tayangan laman

4