,

,

Jumat, 05 September 2014

Siapa Yang Ngisi Kursi Menteri ???


Ada Penumpang Gelap di Kabinet 'Rakyat' ???


ASAP, TKI, NARKOBA, APA LAGI YANG BELOM ???


Pengin Jadi Wagub DKI


BBM NAIK ATAU TIDAK PAK SBY ???




KH. Muhammad Muhajirin Amsar Ad-Dariy, Penulis Misbah Azh-Zhulam syarah Bulughul Marom dari Tanah Bekasi

Syech Muhammad Muhajirin Amsar Ad-Dariy
(1924 - 2003)

TRIO BEKASI

Ulama yang satu ini produktif menulis. Ia telah menghasilkan karya tulis lebih dari 38 kitab, semuanya berbahasa Arab. Yang paling terkenal, Mishbah azh-Zhulam, delapan jilid, merupakan syarah (penjelasan) kitab Bulugul Maram karya Ibnu Hajar al-Asqolani.

Ia adalah direktur dan pendiri Ma'had An-nida Al-Islamy Bekasi Jawa Barat yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda 124 A Bekasi 17113. Jalan K.H. Mas Mansur 20 Bekasi 17112. Telepon : (021) 880 4963 - 880 1394 - 880 5228 Fax: 880 3125.

Jika disebut trio pendekar ilmu agama di bekasi pada era 60-an, nama Syaikh Muhammad Muhajirin Amsar Ad-dary adalah salah satunya. Lainnya , K.H. Noer Ali dan K.H. Abdurahman Sodri. Di pondok pesantren pertama di Bekasi, yang berada di daerah Bulan-Bulan, dekat alun-alun di jantung kota Bekasi, ketiga ulama itu bahu-membahu menegakkan ajaran Islam di Bekasi dan sekitarnya. Pada tahun 1963 tak jauh dari tempat pondok pesantren bahagia, Syaikh Muhammad Muhajirin Amsar Ad-dary mendirikan pondok pesantren An-Nida Al-Islami.


BELAJAR DARI PARA KYAI DI JAKARTA

Syaikh Muhammad Muhajirin Amsar Ad-dary lahir pada tanggal 10 November 1924 / versi lain 24 November 1924, di Kampung Baru, Cakung sebuah daerah di pinggiran kota Jakarta. Ayahnya seorang pedagang, H. Amsar, sedangkan ibunya Hj. Zuhriah. Syaikh Muhajirin kecil mendapat pendidikan agama dari kedua orang tuanya dan kerabatnya.

Ia belajar membaca Al-quran mu'alim Sa'iran, selesai menghatamkan Al-quran, orang tuanya mengadakan tasyakuran dan beberapa waktu kemudian mereka mengirimkannya kepada beberapa mu’allim agar dapat mempelajari dasar-dasar ilmu agama dan ilmu-ilmu lainnya.

Mu’allim pertama yang ia kunjungi adalah Guru Asmat. Ia belajar kepada guru Asmat kurang lebih 6 tahun, kepadanya Syaikh Muhajirin kecil belajar berbagai disiplin ilmu, di antaranya nahwu, sharaf, fiqih, mantiq, ushul fiqh, ilmu kalam, dan tasawuf. Di pertengahan masa belajar dengan Guru Asmat, ia juga menyempatkan diri untuk menuntut ilmu kepada H. Mukhoyar, mempelajari ilmu al-quran tajwid.

Mu’allim kedua adalah K.H. Ahmad Marzuki. selama empat tahun ia belajar ilmu darinya diantaranya ialah nahwu, arudh (ilmu tentang syair), fiqih dan hadist. Kemudian ia menuntut ilmu selama tiga tahun kepada K.H. Hasbiyallah (pendiri yayasan al- Wathoniyah, Klender Jakarta Timur). Lalu ia belajar kepada K.H. Anwar (nahwu dan fiqih) K.H. Ahmad Mursyidi (mantiq dan balaghah) K.H. Hasan Murtaha, cawang mempelajari nahwu, ballaghah, muthalah hadist - ilmu tentang peristilahan hadist -, ushul fiqih, adabul-bahts wal-munazharah - ilmu tentang adab diskusi -. Selanjutnya Muhajirin berguru kepada syaikh Muhammad Tohir Muara. Kali itu ini cukup lama, sembilan tahun, mempelajari nahwu, fiqih, tafsir, mantiq, balaghah, tasawuf, hadist, adabul-bahts wal-munazharah, dan falak. Lalu beliau juga sempat belajar Tajwid Al-Qur'an kepada K.H. Soleh Ma'mun Banten dan sempat pula mengaji kepada K.H. Abdul Majid.

Ia juga belajar ilmu falak, cara menentukan awal bulan, gerhana bulan dan matahari kepada Ahmad bin Muhammad, murid syaikh Mansyur al-falaqy. Dan gurunya yang terakhir di Jakarta adalah sayid Ali bin Abdurahman Al-Habsyi, Kwitang, Jakpus. Kepadanya ia mempelajari kitab Al-Hikam (tasawuf). Dapat dikatakan, dari para gurunya itu ia telah memiliki bekal yang cukup banyak, minimal sebagai seorang calon kiai. Namun tidak berarti ia merasa puas dengan ilmu yang telah dimilikinya. Justru ia semakin haus ilmu, dan itulah yang akhirnya memantapkan niatnya untuk menuntut ilmu di tanah suci Makkah dan Madinah.


Tegas & disiplin dalam mengajar


MENUNTUT ILMU DI TANAH SUCI

Tanggal 4 dzulqa'dah tahun 1366 H. bertempatan dengan bulan Agustus 1947, berangkatlah syaikh Muhajirin menuju Jeddah, Akhir bulan dzhulqaidah tibalah ia di Jeddah. Selanjutnya ia melakukan umrah ke Makkah. Selama di Makkah ia tinggal di rumah Syaikh Abdul Ghoni Jamal. Di sana ia banyak mendapatkan ilmu pengetahuan. Setelah beberapa lama ia menetap di rumah Syaikh Abdul Ghoni Jamal, ia pindah ke asrama jailani. Di sana, pertama kali ia belajar kepada 
  1. Syaikh Muhammad Ahyad, yang mengajar di masjid al-haram menggantikan Syekh Mukhtar Athorid Al-Bogory. Kitab-kitab yang ia pelajari darinya adalah : Fath Al-Wahab, Al-Iqna’fi hilli Alfazh Abi syuja, Al-Mahalli ‘Ala Al-Qalyubi, Riyadhash-Shalihin, Minhaj al-Abidin, Umdah al-Abrar, Dan Fath Al-Qadir Fi Nusu Al-Ajir
  2. Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath, kitab-kitab yang ia pelajari darinya adalah : Sohih Bukhori dan Muslim di Masjidil Harom
  3. Syaikh Zaini Bawean, beliau mengaji Ihya Ulumidin di rumahnya
  4. Syaikh Muhammad Ali bin Husain Al-Maliki, kepada beliau Muhajirin mengaji kitab Tuhfah
  5. Syaikh Mukhtar Ampetan, kepadanya beliau mengaji Sohih Bukhori dan Al-Itqon Fi Ulumil Qur'an
  6. Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliki, ngaji Mugni Labib, Jauhar Maknun, Al-Hikam dan Al-Aqdul Ma'alam di rumahnya daerah Babus Salam 
  7. Syekh Muhamad Al-Arobi At-Tubani As-Sutoyfi Al-Jaza'iri, bakda subuh ngaji kitab Al-Asymuni, Mugni Labib, Tafsir Ibnu Katsir, bakda ashar ngaji Sohih Bukhori dan Sunan Ibnu Majah, bakda magrib ngaji At-Targhib wat Tarhib dan Riyadhussolihin. 
  8. Syaikh Ibrahim Fathani, ngaji tafsir Jalalain di bulan ramadlan
  9. Syaikh Muhammad Amin Al-Khutbi, Bukhori, Jam'ul Jawami', Minhaj Dzawin Nadzar dan Fiqh Hanafi.
  10. Syaikh Ismail Fathani, ngaji Syarh Ibnu Aqil, Al-Bulbudiy dan Hasyiat Ats-Tsaniyat
Syekh Muhammad Yasin Al-Fadaniy

Dua tahun kemudian ia melanjutkan studinya dengan di Darul Ulum Ad-Diniyah. Selama belajar di sana, kurang lebih dua tahun. Kitab-kitab yang ia pelajari antara lain : Syarh Ibnu ‘Aqil ‘Ala AlfiyahMukhtashar Ma’ani ’Ala at-Talkhish (Nahwu) Al-Mahalli ‘Ala Al-Qalyubi (Fiqih), Muwaththa’ Malik, Sunnan Abi Daud (Hadist) Jam’ul-Jawami’ (ushul fiqih), Tafsir Ibnu KastsirAt-Thahbiq Baina al- Madzahib al-mudawwanah (Kitab tentang persesuaian antara beberapa mazhab).ulama yang paling berpengaruh dengan keilmuannya adalah di Darul Ulum : 
  1. Syekh Ahmad Mansyuri direktur Darul Ulum Ad-Diniyah
  2. Syaikh Muhammmad Yasin Al-Fadani wakilnya. 
Di luar Darul Ulum sempat pula Syekh Muhajirin mengaji Faroid pada Syekh Abdul Hamid Amin Banjar. Dahaganya tentang ilmu pengetahuan membuat Syaikh Muhajirin tetap saja rendah hati dan selalu merasa ada ilmu yang selalu mersa belum dipahaminya dengan baik dan benar. Beliau juga sempat ke Madinah. Selama di sana 2 guru yang memberikan pengaruh pada Syekh Muhajirin yaitu :
  1. Syekh Muhammad Amin Asy-Syinqitiy
  2. Syekh Abdurrohman Al-Ifriqiy
Akhirnya di penghujung bulan Dzulqaidah tahun 1370 H, bertepan dengan 28 agustus 1951, Shaikh Muhajirin berhasil menyelesaikan pendidikannya di Darul Ulum merupakan lulusan terbaik dalam angkatannya. Tak lama berselang iapun diminta untuk mengajar di almamaternya, meskipun menyandang predikat lulus, Syaikh Muhajirin tetap belajar kepada Syaikh Muhammad Yasin baik di rumah maupunnya di sekolah tempatnya mengajar. Akhirnya, Syaikh Muhammad Yasin memberikan Ijazah kepadanya yang dinamakan Maslak al-jali fi Asanid asy-Min Asanid asy-Syaikh Umar Hamdan. Syaikh Muhajirin juga mendapatkan ijazah dari guru lainnya, yakni Syaikh Muhammad Abdul Baqi, setelah selesai membaca Al-Manahil as-Silsilah fi Al-Ahadits al-Musalsalah, baik secara fi’liyah (perbuatan) maupun qauliyah (ucapan).

Pada hari kamis tanggal 6 Agustus 1955 atau bertepatan dengan tanggal 19 Safar 1375 H. beliau tiba di tanah air Indonesia, atas permintaan ibundanya. Dalam usaha mengamalkan dan menyebarkan ilmu, beliau mendirikan Ma'had An-nida Al-Islamy pada tanggal 3 April 1963, terdiri atas Pondok Pesantren, Almarhalah Al-Ulya, Madrasah Tsanawiyah, Aliyah, Majlis Taklim dan Poliklinik. Saat ini ada sekitar 1.600 siswa menuntut ilmu di sini.


KARYA TULIS

  1. Misbah Az-Zhulam Fi Syarhi Al Bulugh Al-Maram, 8 Jilid (fiqih hadist)
  2. Idhoh Al-Maurud, 2 Jilid (ushul fiqih)
  3. Muhammad Rasulullah (tarikh)
  4. Mir'ah Al-Muslmin Fi Siroh Khulafa Al-Rasyidin (tarikh)
  5. Al-Muntakhab Min Tarikh Daulah Umayah (tarikh)
  6. Qowaid Al-Khoms Al-Bahiyyah (qowaid fiqih)
  7. Al-Istidzkar (mustholah hadist/ushul hadits)
  8. Ta’liqot Ala Matni Al-Jauharoh, 2 Jilid (tauhid)
  9. Mukhtaroh Al-Balaghoh, 2 Jilid (balaghah)
  10. Qowaid Al-Nahwiyah, 2 Jilid (nahwu/tata bahasa Arab)
  11. Al-Qoul Al-Hatsis Fi Mustholah Al-Hadits (ushul fiqih)
  12. Taysir Al-Ushul Fi Ilmi Al-Ushul  (ushul fiqih)
  13. Qowaid Al-Mantiq, 2 Jilid (mantiq)
  14. Mutholaah Mahfudzot
  15. Takhrij Al-Furu’ Ala Al-Ushul
  16. Tathbiq Al-Ayat Bi Al-Hadist
  17. Al-Faidh Fi Ilmi Al-Faroid (faroid) Selain itu adalah mushaf yang belum sempat dicetak.
  18. Dan lain-lain

MISBAH AZH-ZHULAM SYARH BULUGHUL MARAM

Dalam konteks Misbah azh-Zhulam sebagai kitab syarah hadis, corak dan nuansa fikih amat mendominasi. Hal ini terbukti dengan fokus perbahasan dalam pensyarahannya merujuk kepada berbagai pendapat ulama mazhab fikih. Syeikh Muhajirin sendiri dalam mukadimah kitabnya menceritakan tentang sumber referensi utama dalam penggarapan Misbah azh-Zhulam adalah semua kitab syarah Kutub al-Sittah dan kitab-kitab fikih terkenal beserta kitab usul fikihnya. Selain itu juga menggunakan ayat-ayat al-Qur’an dan kitab-kitab tafsir dalam menguatkan lagi perbahasan dalam kitabnya. 


Kitab Syarh Bulughul Marom Pertama
karya Ulama Asli Bekasi

Langkah-langkah metodologi yang dilakukan oleh
Syeikh Muhajirin dalam menyusun kitab Misbah azh-Zhulam adalah sebagai berikut:
  1. Tanqil, secara bahasa artinya memindahkan, yaitu mengambil kutipan daripada pelbagai pendapat ulama dan literatur yang berbeda-beda sesuai dengan tema perbahasan secara keseluruhan kedalam suatu naskah. 
  2. Tabyid, secara bahasa artinya pemutihan, yaitu menjadikan naskah yang sudah tersusun untuk kemudian dipilah dan dipilih pendapat dan pandangan ulama yang memang benar-benar sesuai dan relevan dengan tema perbahasan. 
  3. Tahqiq, secara bahasa artinya menguatkan, iaitu suatu upaya terakhir yang ditempuh oleh Syekh Muhajirin dalam menyusun karyanya dengan memeriksa ulang secara keseluruhan naskah yang sudah dipilah-pilah tersebut sambil ditambahkan dan dilengkapi kembali jika memang dirasa perlu demi kesempurnaan sebuah karya tulis. 
Kemudian ketika mulai menjelaskan sebuah hadis, Syekh Muhajirin sepertinya tidak mempunyai sistematika perbahasan yang baku. Terkadang ia memulai perbahasan hadis dengan membahas terlebih dahulu aspek asbab al-wurud hadisnya, di tempat yang lain ia memulai dengan membahas aspek-aspek lainnya seperti kebahasaan, usul fikih, atau sanad. Kendati demikian secara umum syarah yang dilakukan Syekh Muhajirin sudah mencakup sanad dan matan, walaupun dalam hal sanad perbahasannya sangat sederhana. Menurut Syeikh Muhajirin kerana perbahasan sanad bukan menjadi fokus utama perbahasan dalam kitab Misbah azh-Zhulam. Sebaliknya Syekh Muhajirin lebih banyak menumpukan pembahasannnya pada hukum Islam. 


MELAHIRKAN ULAMA BESAR 

Setibanya di tanah air, dua tahun setelah kembali ke tanah air ia menikah dengan Hj. Hannah, salah seorang putri K.H. Abdurahman Sodri. Dari pernikahan ini ia di anugerahi delapan anak empat putra dan empat putri. Mereka inilah yang yang meneruskan perjuangan beliau dalam mengembangkan pondok pesantren An-Nida Al-Islamy. Semasa hidupnya beliau hanya mengabiskan waktunya dengan mengajar santri-santrinya di pondok pesantren Syaikh Muhajirin juga dikenal sebagai ulama yang alim dan ahli dalam berbagai bidang ilmu, khususnya ilmu falak. Menurut salah seorang santrinya beliau adalah ulama yang pertama kali mengemukakan pendapat bahwa bulan (baca: hilal) dalam ilmu falak dapat dilihat dengan ukuran 2 ½ derajat dengan langsung mengunakan mata kepala dan bantuan alat tradisional.

Dalam hal ini tidak sembarangan orang dapat melihat hilal pada derajat tertentu, semua itu memerlukan tahapan tahapan dalam waktu yang tidak sebentar.

K.H. Mahfuz Asirun An-Nadawiy

Muridnya antara lain K.H. Mahfudz Asirun An-Nadawi, Duri Kosambi, Cengkareng, Jakbar pengasuh ponpes Al-Itqon, K.H. A. Syafi'i Abdul Hamid, pimp. Lajnah Falakiyah Al-Husiniyah Cakung, Jaktim, K.H. Abdul Hamid, dll.

Kegigihan, ketegasan dan kesabaran beliau dalam mendidik santri, telah banyak melahirkan ulama besar, yang juga mumpuni dalam membaca kitab dan mengamalkan kitab-kitab yang beliau ajarkan.

Syaikh Muhajirin Wafat Jum'at tanggal 30 Januari 2003 jam 19.38 wib di rumah beliau dan dimakamkan pada hari Sabtu tanggal 31 Januari 2003 setelah sholat dzuhur di halaman Madrasah yang selama ini Beliau asuh setelah lama menderita sakit dan sempat dirawat di rumah sakit tanggal sejak tanggal 14 Januari 2003 di ruang ICCU. Beliau meninggalkan seorang istri serta berapa putra/putri yaitu 8 (delapan) orang yaitu 4 putra (H.M. Ihsan, H.A. Zufar, H.M. Aiz, H. Dhiya Al-Maqdisi) dan 4 putri (Hj. Faiqoh, Hj. Badi'ah, Hj. Farhah, Hj. Rufaida).

sumber:
https://www.facebook.com/note.php?note_id=406037776226 
http://generasisalaf.wordpress.com/2013/10/29/kh-muhajirin-ulama-aswaja-bekasi-pejuang-kemerdekaan-ri/ 
http://ahmadhaitami.blogspot.com/2014/01/ketokohan-sheikh-muhammad-muhajirin.html 
http://mtsalitqondurikosambi.blogspot.com/2012/03/profil-pondok-pesantren-al-itqon-duri.html
https://groups.yahoo.com/neo/groups/kmnu2000/conversations/topics/7657
http://almarhalah.ac.id/wordpress/biografi-pendiri/

Ayo Perbanyak Solawat

download win hisab versi 2.96 via ziddu

SARKUB TECH MELEK IPTEK

UNIVERSITAS MENYAN INDONESIA

Santri

PISS - KTB

Total tayangan laman

4