,

,

Selasa, 25 Februari 2014

HABIB SYECH PENEBAR SOLAWAT DI INDONESIA


DUKUNGAN HABIB ANIS SOLO
Habib Syech bin Abdul Qodir bin Abdurrahman Assegaf . Beliau adalah tokoh Alim dan Imam Masjid Assegaf yang berada di Pasar Kliwon kota Solo. Berawal dari Pendidikan dari guru besarnya sekaligus Ayahanda, Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf mendalami Ilmu agama berlanjut ke paman beliau Alm. Habib Ahmad bin Abdurrahman Assegaf yang datang dari Hadramaut. Habib Syech juga mendapat pendidikan, dukungan penuh dan perhatian dari Alm. Habib Anis Solo “Imam Masjid Riyadh dan pemegang maqom Al-Habsyi”. Berawal dari dukungan beliau, Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf mensyiarkan sekaligus mengumandangkan Sholawat Nabi yang berawal di kota Solo. Dengan penuh keyakinan dan niat lillahi ta’ala, perkembangan syi’ar sholawat beliau sampai saat ini semakin pesat. Namun hal ini juga tak terlepas dari peran serta Majelis Ahbabul Musthofa.

AHBABUL MUSTOFA
Majelis Ahbabul Musthofa sendiri berdiri sekitar tahun 1998 di kota Solo, tepatnya di kampung Mertodranan. Berawal dari majelis Rotibul Haddad dan Burdah serta maulid Simthut Duror, Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf memulai langkahnya untuk mengajak ummat dan dirinya dalam membesarkan rasa cinta kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW melalui lantunan sholawat.
Perjalanan hidup Habib kelahiran Solo, 20 September 1961, ini cukup berliku. Beliau pernah jaya sebagai pedagang tapi kemudian bangkrut. Di saat sulit itu, justru Sang Habib tampil melakukan dakwah menggunakan “kereta angin” ke pelosok-pelosok untuk melaksanakan tugas dari sang guru, almarhum Habib Anis bin Alwi Alhabsyi, imam masjid Riyadh, Gurawan, Solo. Pada saat itu Habib Syekh bin Abdul Qadir Asseggaf juga sering diejek sebagai orang yang tidak punya pekerjaan dan habib jadi-jadian. Namun Habib Syekh tidak pernah marah atau mendendam kepada orang yang mengejeknya. Justru sebaliknya, beliau tetap tersenyum dan terkadang berderma (memberi sesuatu) kepada orang tersebut.

SOLAWATAN KELILING KAMPUNG
Meski berdakwah dalam kondisi yang serba “pas-pasan”, tidak jarang Sang Habib pun tetap mengusahakan membawa nasi bungkus, untuk dibagi-bagikan kepada jamaahnya di pelosok-pelosok kampung. Taklimnya saat awal-awal adalah dari kampung ke kampung di seputaran Solo dan Jawa Tengah, serta terkadang juga diselenggarakan di daerah Kebagusan. Kini dakwah Sang Habib tidak hanya bisa dinikmati oleh segelintir penduduk kampung saja, tapi sudah meluas ke berbagai daerah di tanah air dan bahkan di luar negeri. Tembang-tembang sholawatnya pun telah beredar luas di dunia maya dan siap untuk diunduh, termasuk NSP (Nada Sambung Pribadi)-nya.

SYI'IRAN JAWA KHAS HABIB SYECH
Selain mencipta sendiri, Habib Syekh juga membawakan (mempopulerkan) kembali qashidah lama yang dikemas sedemikian rupa iramanya sehingga barang “lama”(tradisional) itupun seakan menjadi “baru” dan lebih menggoda telinga (indah) untuk terus mendengarnya, seperti yang berikut ini. (Satu lagi, Sholawat Syiir Jawa “Padang Bulan”, di bagian akhir tulisan ini).

SYI’IR AHBABUL MUSTOFA
Sholli wa sallim daa’iman ‘alahmada
Sholli wa sallim daa’iman ‘alahmada
Wal ali wal ashaa biman qod wahhada
Wal ali wal ashaa biman qod wahhada
Eman lo wong Islam, ninggal Sholat wengi
Sak ben dalu turu, ora gelem tangi
Sholat wengi ngono, disenengi Gusti
Sopo gelem nyuwun, pasti di paringi
Sholat limang waktu, ayo podo njogo
Jama’ah nang masjid, bareng sak kluwargo
Ganjarane slawe, celengan suwargo
Malah biso dadi, pitu likur ugo
Yen Sholat kesusu, ora biso pernah
Rukuk lan sujude, ditoto sing genah
Sing khusyu’ lan khudhur, ugo tumakninah
Ngerteni sing wajib, lan ngerti sing sunah
Yen rumongso sugih, itungen donyone
Bagiane Zakat, ojo dilalekne
Dulur karo tonggo, sing podo miskine
kabeh podo nunggu, zakat bagiane
Yen karo tonggone, Sing apik atine
Yen kahanan longgar, mikiro butuhe
Sajak perlu utang, enggal di peringne
Nanging ojo nganti, njaluk anak ane
Ayo do ngurangi, nonton televisi
Timbang nonton TV, luweh becik ngaji
“Ahbaabul Musthofa” wadah kanggo ngaji
Kumpul poro Habaib lan poro Kyai
Eman lo wong ngaji, campur lanang wadon
Campur lanang wadon, lamun dudu mahrom
Biso biso malah, nglakoni sing harom
Ilmu gak manfa’at, rusak malah klakon
Lanang karo wadon, manggon sepi sepi
Nyanding senggal senggol koyok kebo sapi
Ngunu kuwi duso, nurut poro nabi
Ojo di terusno, yen durung di rabi

SYI’IR PADANG BULAN
(Allohumma Sholli wa Sallim ‘alaa sayyidinaa wa maulanaa Muhammadin) 2X
(‘Adada maa fii ‘ilmillahi Sholatan daaimatan bidawaami mulkillaahi) 2X
(Padang bulan, padange koyo rino.
Rembulane sing ngawe-awe) 2X
Ngelengake, ojo turu sore.
(E… Kene tak critani, kanggo sebo mengko sore) 2X
(Lamun wong tuwo, Lamun wong tuwo keliru mimpine
Ngalamat bakal, Ngalamat bakal getun mburine) 2X
Wong tuwo loro, kundur ing ngarso pengeran
(Anak putune, rame rame rebutan warisan) 2X
(Wong tuwa loro, ing njero kubur anyandang susah
Sebab mirsani, putera puterine ora ngibadah (dho
pecah belah)) 2X
Kang den arep-arep, yoiku turune rahmat
(Jebul kang teka – Jebul kang teka, nambahi fitnah) 2X
(Iki dino, ojo lali lungo ngaji
Takon marang, Kyai Guru kang pinuji) 2X
Enggal siro, ora gampang kebujuk syetan
(Insya Alloh, kito menang lan kabegjan) 2X
(Jaman kepungkur, ono jaman jaman buntutan
Esuk-esuk, rame rame luru ramalan) 2X
Gambar kucing, dikira gambar macan
(Bengi diputer – bengi diputer, metu wong edan) 2X
(Kurang puas kurang puas, luru ramalan
Wong ora waras wong ora waras, dadi takonan) 2X
Kang ditakoni, ngguyu cekaka’an
(Jebul kang takon – jebul kang takon, wis ketularan) 2x

SUMBER : http://pecintahabibana.wordpress.com/2013/03/06/profil-habib-syech-bin-abdul-qodir-assegaf-pengasuh-majelis-ahbabul-musthofa/

MALAM INI HABIB SYECH MAULID AKBAR DI LAPANGAN BARAT KECAMATAN MARGASARI TEGAL




MALAM INI BAKDA ISYA HABIB SYECH MAULID AKBAR DI LAPANGAN BARAT KECAMATAN MARGASARI TEGAL
INSYAALLAH DI HADIRI 

- HABIB SYECH SOLO
- HABIB LUTFI PEKALONGAN
- HABIB BAGIR TALANG TEGAL
- HABIB ABU BAKAR TALANG
- HABIB MUSTOFA MARGASARI
- SEGENAP ALIM ULAMA

- DLL

YANG LUAR KOTA MONGGO DI KLIK PETANYA DI SIMBAH GOOGLE MAP DENGAN KATA KUNCI -7.093696,109.020154

MONGGO RAWUH SEGENAP SYECHER MANIA DAN PARA PECINTA ROSULULLAH SHOLLAALLAHU ALAIHI WASALAM SEMOGA KELAK KITA DIKUMPULKAN BERSAMA ROSULULLAH SHOLLAALLAHU ALAIHI WASALAM DAN MENDAPAT SYAFAATNYA


Minggu, 23 Februari 2014

Wan Ali, Sang Godfather Tanah Betawi


Wan Ali dan Habib Ali Bungur
Ada satu nama di wilayah Kebon Nanas Jakarta Timur yang sangat disegani pada era tahun 1950-an. Wan Ali namanya. Orangnya gagah, tubuh tinggi besar, berdada bidang, berkulit putih bersih dengan wajahnya yang rupawan. Ia lebih memilih kuda berwarna putih sebagai tunggangannya sehari-hari. Kalau sedang menunggang kuda salah-salah orang bisa mengira ia adalah orang Belanda yang tengah patroli keliling kampung. 
Pemerintah RI tidak mengenalnya sebagai pahlawan, namun semua jawara Betawi yang hidup sejaman dengan Wan Ali tahu kalau Wan Ali secara terang-terangan telah seringkali melakukan serangkaian perlawanan kepada pemerintah Belanda dan Jepang, sama seperti yang dilakukan para pahlawan lain.  Bedanya, pemerintah Belanda dan Jepang tidak terlalu berani ambil resiko berhadapan dengan orang satu ini. Dan satu lagi, Wan Ali secara prinsip berseberangan dengan para jawara beraliran hitam. Dunia Betawi saat itu mengenal Wan Ali sebagai pribadi yang pro jawara aliran putih dan berseberangan dengan aliran hitam. Meski sejarah secara akurat bercerita bahwa Wan Ali selama hidupnya nyaris tidak pernah melakukan kekerasan fisik baik terhadap jawara aliran hitam maupun terhadap para penjajah. Namun berurusan sama Wan Ali bisa berabe. Bisa jadi tambah tidak karuan. Bukan masalah takut atau berani, tapi lebih kepada beban moral dari rasa malu untuk melakukan tindak kejahatan. Tidak adanya benturan berarti dengan pihak penjajah disebabkan oleh aktifitas keseharian Wan Ali yang memang jarang bersentuhan dengan bule-bule kulit putih itu. Dan entah kenapa pemerintah penjajah lebih memilih mendiamkan gerakan ekstrimis yang dilakukan Wan Ali dan pura-pura tidak tahu dari pada harus berhadapan langsung dengan Jantung Kekuatan Tiada Tanding..!!  
Ternyata Wan Ali memiliki trik sendiri yang tidak dimiliki orang kebanyakan untuk menaklukkan penjajah Jepang dan Belanda. Wan Ali menguasai sebuah ilmu 'sumber intisari bumi' hingga dirinya sanggup menaklukkan manusia, jin, atau siapapun yang diinginkan. Pada sebuah kondisi Wan Ali bukan saja mampu menaklukkan seabreg-abreg jawara yang bertebaran se-Batavia tapi sanggup pula menduduki beberapa wilayah penting yang menjadi pusat kekuatan militer penjajah di Betawi tanpa ada yang berani mengganggu gugat seperti wilayah Meester Cornelis, Senen, Kwitang, Kebon Coklat, Kebon Nanas, dan Bekasi. Centeng-centeng yang menjadi kaki tangan Belanda dan tuan tanah akhirnya secara utuh mengakui ke-godfather-annya seorang Wan Ali yang sangat dikenal sebagai sosok dermawan, relijius, berjiwa sosial dan patriot.

Wan Ali dalam hidupnya memang dikenal sebagai Jawara nomor wahid yang seringkali membantu banyak orang. Siapapun yang membutuhkan uluran tangannya akan dibantu tanpa pandang bulu. Untuk yang tidak mampu Wan Ali biasa membantunya dengan uang, pakaian, dan makanan. Sementara untuk kalangan yang mampu Wan Ali membantunya dengan petuah dan bantuan-bantuan lainnya sesuai yang dibutuhkan.  
Banyak kalangan Ulama dan Kiyai mengenal baik kepribadian Wan Ali bahkan sangat menghormatinya. Intimidasi SARA yang dilakukan pemerintah Jepang terhadap aktifis reliji islam perlahan sudah jarang terjadi karena Wan Ali secara tiba-tiba muncul untuk membela, bukan setengah-setengah, tapi membela secara mati-matian. Kepada para penjajah Wan Ali hanya mengenal 2 kata, membela bangsa ini dan membela agamanya. Keberaniannya dalam membela agama dan bangsa diambang batas nekat. Orang lain masih ada rasa takut mati tapi Wan Ali seolah tidak pernah dilahirkan dengan rasa takut. 
Diusia senjanya, Wan Ali tidak pernah berhenti disambangi banyak tamu yang datang dari mana saja untuk meminta tuntunan hidup atau mengharapkan petuah dan saran dari masalah-masalah yang mereka hadapi. Dan setelah bertemu dengan Wan Ali masalah mereka pun selesai. Entah amalan apa yang dimiliki Wan Ali hingga mampu melakukan hal-hal yang jarang bisa dilakukan orang kebanyakan. Jika kemampuan yang dimiliki Wan Ali bertujuan untuk menggaet pembesar negeri nyatanya Wan Ali justru tidak pernah mau kenal dengan mereka dan tidak menerima sedikitpun pemberian dari mereka. Hidup Wan Ali bersahaja. Tidak rumah mewah, tidak pula mobil mewah. Adanya cuma motor Honda CB 90. Itupun dipakai salah seorang putra Wan Ali, dan sesekali digunakan untuk mengantar Wan Ali jika ada keperluan. 

Wan Ali juga memiliki becak dengan tukang kayuhnya yang setia bernama Sikin. Setiap pagi dan sore, nyaris tidak pernah absen Wan Ali selalu sempatkan diri berkeliling kampung membagi-bagikan uang kepada siapa saja yang ditemuinya, terutama anak-anak kecil. Dirumahnya, di Pasar Sawo, Kebon Nanas, Wan Ali memiliki beberapa buah lemari yang penuh berisi seprei dan sarung. Hampir setiap hari Wan Ali membagi-bagikan uang, sarung dan seprei kepada banyak orang. Jika persediaan sarung dan seprei habis maka Wan Ali akan memerintahkan orang terdekatnya untuk membelinya dan memenuhi lemarinya kembali dengan seprei dan sarung untuk stok persediaan. Di setiap hari Jumat Wan Ali akan mengadakan acara jamuan makan dengan undangan banyak orang untuk mencicipi jamuan makan yang disediakan Wan Ali secara gratis.

Wan Ali wafat di bulan Mei 1997. Ribuan orang dari segala lapisan masyarakat datang untuk melayat. Jalan-jalan di Kebon Nanas dipenuhi oleh lautan manusia. Derai air mata membanjir dan tangisan meledak riuh, menandakan rasa kehilangan dan kesedihan serta duka mendalam...
sumber : http://ibnu-umar-junior.blogspot.com/2013/05/wan-ali-sang-god-father-tanah-betawi.html 


Sabtu, 08 Februari 2014

Kutipan Pengajian Maulid Nabi Muhammad sholallahu alaihi wa salam 7 Februari 2014 di Kebasen, Talang, Kab. Tegal




Perayaan Maulid Nabi Muhammad sholallahu alaihi wa salam yang diadakan di Kebasen, Talang, Kabupaten Tegal tadi malam berjalan khidmat. Di hadiri jajaran pemkab Tegal beserta muspida, alim ulama, para habaib dan masyarakat Tegal

Sambutan 
Bupati Tegal Ki Enthus Susmono 
Penceramah 
Habib Zaid bin Abdurohman bin Yahya dari Tarim Yaman
Al Arif Billah Habib Lutfi Pekalongan

"Perayaan maulid adalah bentuk cinta kita kepada baginda Nabi Muhammad sholallahu alaihi wa salam, dengan adanya cinta akan melahirkan rasa syukur atas hadirnya baginda Nabi Muhammad sholallahu alaihi wa salam"


"Terlalu jauh jika membahas syukur kita atas kelahiran baginda Nabi Muhammad sholallahu alaihi wa salam, coba tengok kedua orang tua kita, apa yang sudah kita perbuat atas kehadiran mereka, jerih payah mereka mengasuh dan menjaga kita, tanpa mereka kita bukan siapa-siapa bahkan kalau mau di tarik lagi ke atas buktikan pula syukur kita kepada lurah, camat, bupati, walikota sampai presiden"

"Di tahun 2014 Jangan sampai terjebak dengan euforia politik yang berusaha memecah keutuhan dan kesatuan kita karena perbedaan partai dan jagalah persatuan kita sebagai bangsa Indonesia, berpolitiklah dengan adab dan etika yang diajarkan oleh Nabi Muhammad sholallahu alaihi wa salam"

"Jangan saling menyalahkan banjir yang datang di tempat kita tapi lakukanlah antisipasi dengan mengeruk kali agar sungai bisa menampung banjir dan rob"

"Ada Jin datang kepada saya untuk minta ijazah ayat kursi karena banyaknya jin yang kesurupan manusia, bahkan setan-setan mengadu pada saya banyaknya pengangguran di bangsa mereka karena tugas dan pekerjaan mereka sudah diambil alih oleh manusia"

"Berbanggalah menggunakan produk Indonesia, jangan sampai ada lagi produk luar seperti Ayam Bangkok tapi berbanggalah dengan produk Indonesia, gula Jawa dan produk Indonesia lainnya"

Selamat Merayakan Maulid Nabi Muhammad sholallahu alaihi wa salam

Ayo Perbanyak Solawat

download win hisab versi 2.96 via ziddu

SARKUB TECH MELEK IPTEK

UNIVERSITAS MENYAN INDONESIA

Santri

PISS - KTB

Total tayangan laman

4