,

,

Sabtu, 15 Desember 2012

RASA SAYANG KANJENG NABI SAW PADA UMATNYA






Nabi s.a.w. bertanya: "Apakah pintu-pintunya bagaikan pintu-pintu rumah kami?" Jawabnya: "Tidak, tetapi selalu terbuka, setengahnya di bawah dari lainnya, dari pintu ke pintu jarak perjalanan 70,000 tahun, tiap pintu lebih panas dari yang lain 70 kali ganda." (nota kefahaman: yaitu yg lebih bawah lebih panas)

Tanya Rasulullah s.a.w.: "Siapakah penduduk masing-masing pintu?" Jawab Jibril:
"Pintu yg terbawah untuk orang-orang munafik, dan orang-orang yg kafir setelah diturunkan hidangan mukjizat nabi Isa a.s. serta keluarga Fir'aun sedang namanya Al-Hawiyah.
Pintu kedua
tempat orang-orang musyrikin bernama Jahim,
Pintu ketiga tempat orang shobi'in bernama Saqar.
Pintu ke empat tempat Iblis dan pengikutnya dari kaum majusi bernama Ladha,
Pintu kelima orang yahudi bernama Huthomah.
Pintu ke enam tempat orang nasara bernama Sa'eir."
Kemudian Jibril diam segan pada Rasulullah s.a.w. sehingga ditanya: "Mengapa tidak kau terangkan penduduk pintu ke tujuh?" Jawabnya: "Di dalamnya orang-orang yg berdosa besar dari ummatmu yg sampai mati belum sempat bertaubat."
Maka nabi s.a.w. jatuh pingsan ketika mendengar keterangan itu, sehingga Jibril meletakkan kepala nabi s.a.w. di pangkuannya sehingga sadar kembali dan sesudah sadar nabi saw bersabda: "Ya Jibril, sungguh besar kerisauanku dan sangat sedihku, apakah ada seorang dari ummat ku yang akan masuk ke dalam neraka?" Jawabnya: "Ya, yaitu orang yg berdosa besar dari ummatmu."
Kemudian nabi s.a.w. menangis, Jibril juga menangis, kemudian nabi s.a.w. masuk ke dalam rumahnya dan tidak keluar kecuali untuk sembahyang kemudian kembali dan tidak berbicara dengan orang dan bila sembahyang selalu menangis dan minta kepada Allah.(dipetik dari kitab "Peringatan Bagi Yg Lalai") 

Itulah rasa sayang Kenjeng Nabi saw kepada umatnya ..... 
Ya Allah jangan sampai kami membuat Kanjeng Nabi saw menangis karena perbuatan kita yang membuat beliau sedih ..

Kunci Untuk Melunasi Hutang


 

Surel Cetak PDF
Orang hidup itu tidak usah malu, kecuali itu aib. Kalau itu aib, maka kita harus malu, harus menyembunyikannya, jangan sampai orang umum tahu. Adapun hutang-piutang itu bukan termasuk aib, jadi jangan malu karena punya hutang. Yang terpenting, sampean punya niat untuk melunasi hutang itu. Karena yang namanya dagang, kalau tidak untung, ya rugi. Adapun kalau itu masalah aib, maka konsutasinya ya pribadi, tidak di depan umum, seperti contoh anaknya menghamili perempuan sebelum nikah, ini merupakan aib, maka jangan kemudian diumbar di depan umum, begitu juga aib-aib yang lainnya. Dalam hutang, yang terpenting adalah diniati ingin membayar hutang itu, lalu ikhtiar untuk melunasinya, membayarnya bagaimana. Modal utamanya adalah pertama, mempunyai persangkaan yang baik kepada Allah, karena banyak orang yang belum apa-apa sudah suu-uzh zhan (berburuk sangka) pada Allah, seperti belum berdoa sudah mengatakan, “doa saya tidak mungkin dikabulkan”, atau mengatakan, “saya ini tidak akan maju, hanya akan begini-begini saja”, itu diantara contoh berburuk sangka kepada Allah Ta’ala. Modal yang kedua adalah, menunjukkan bahwa kita butuh kepada Allah, seperti kita dalam berdoa menggunakan adab, tata karma, penuh tawadlu’ pada Allah, karena begini, bagaimana doa kita mau diijabahi, dikabulkan oleh Allah kalau kita berdoa seakan-akan kita nagih, kayak-kayaknya Allah itu punya hutang pada kita, sehingga berdoa kepada Allah nagih-nagih, nyuruh-nyuruh, memberi target, mentang-mentang punya wiridan ini, amalan itu. Modal yang ketiga adalah meyakini dengan penuh tekad dan keyakinan bahwa tidak ada yg bisa menolong kecuali Allah Ta’ala, hanya Allah lah yang bisa memberi pertolongan kepada kita. Kalau sudah begitu, maka kita tidak akan menggantungkan diri kita, usaha kita, doa kita kepada selain Allah, kita sudah memasrahkan diri pada Allah atas usaha dan doa kita.

Penulis        : Syukron Ma’mun, S.Pd.

Dibalik Diterimanya Doa oleh Allah Ta’ala


Surel Cetak PDF
Allah Ta’ala berfirman: ادعوني أستجب لكم  yang artinya “Berdoalah pada-Ku (Allah) maka Aku (Allah) akan menerima kalian”.
Firman Allah tersebut merupakan dasar atau dalil perintah kepada kita untuk berdoa kepada Allah. Lalu apakah doa yang kita panjatkan itu pasti diterima oleh Allah? Doa kita diterima atau tidak itu hak Allah, tapi kita wajib untuk berdoa kepada Allah. Selanjutnya, yang namanya menerima itu belum tentu mengijabahi. Kita berdoa pasti diterima, akan tetapi belum tentu diijabahi oleh Allah. Tidak semua diberikan atau diijabahi oleh Allah, dan Allah tidak mengijabahi doa itu termasuk bentuk kasih sayang atau rahmat Allah kepada hamba-Nya. Doa pun dalam astajib lakum itu tetap ada syara’nya, sehingga tidak semua doa diijabahi, contohnya kita berdoa menjadi Nabi, itu tidak akan diijabahi.
Doa itu ada yang diterima, tapi untuk memenuhi gudang akhirat, ibaratnya kita menabung, sehingga tidak diijabahi di dunia, ada juga doa yang diijabahi di dunia dan akhirat. Allah Ta’ala itu mengabulkan doa melalui proses syar’an. Seperti begini, Muhammad diangkat menjadi Nabi pada umur 25, lalu umur 40 baru diangkat menjadi Rasul, umur 51 tahun baru diberi perintah shalat melalui isra’ mi’raj, dan ahkamul wudlu’ baru diajarkan di Madinah. Di sini, Nabi Muhammad saja masih diberi proses, tidak langsung.
Kalau kita berdoa lalu Allah tidak mengijabahi doa kita, kita harus bersyukur, berterima kasih pada Allah, karena bisa jadi, Allah tidak mengijabahi doa kita itu karena kita belum siap menerima doa kita diijabahi oleh Allah, karena ada beberapa hal yang kita belum kuat.
Doa, amalan-amalan, hizib, puasa, melek, dan lain-lain itu untuk membersihkan hati dan menyucikan jiwa (tashfiyatul quluub wa tazkiyatun nafs), sehingga ada godaan di dalamnya, yaitu selalu terjadi perang batin, contoh: ada orang yang ngaji ke salah satu kiai yang terkenal ke’alimannya lalu orang tersebut timbul dalam hatinya rasa bangga karena bisa dekat dan ngaji kepada sang kiai sehingga merendahkan orang lain, kalau sudah begitu, itu sebenarnya bala’ atau musibah bagi sang kiai tersebut.
Wal hasil, kita harus bersyukur karena kita disayang oleh Allah Ta’ala dengan tidak diberi secara langsung, namun bertahap, karena kalau diberi langsung kita bisa nggeblag karena tidak kuat. Wallahu a’lam

* Disarikan dari pengajian Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya pada 26 Ramadlan 1433 H di kediaman Beliau, Kota Pekalongan.


Penulis      : Syukron Ma'mun S.Pd.

Ayo Perbanyak Solawat

download win hisab versi 2.96 via ziddu

SARKUB TECH MELEK IPTEK

UNIVERSITAS MENYAN INDONESIA

Santri

PISS - KTB

Total tayangan laman

4