Orang hidup itu tidak usah malu, kecuali
itu aib. Kalau itu aib, maka kita harus malu, harus menyembunyikannya,
jangan sampai orang umum tahu. Adapun hutang-piutang itu bukan termasuk
aib, jadi jangan malu karena punya hutang. Yang terpenting, sampean
punya niat untuk melunasi hutang itu. Karena yang namanya dagang, kalau
tidak untung, ya rugi. Adapun kalau itu masalah aib, maka konsutasinya
ya pribadi, tidak di depan umum, seperti contoh anaknya menghamili
perempuan sebelum nikah, ini merupakan aib, maka jangan kemudian diumbar
di depan umum, begitu juga aib-aib yang lainnya.
Dalam hutang, yang terpenting adalah diniati ingin membayar hutang itu,
lalu ikhtiar untuk melunasinya, membayarnya bagaimana. Modal utamanya
adalah pertama, mempunyai persangkaan yang baik kepada Allah, karena
banyak orang yang belum apa-apa sudah suu-uzh zhan (berburuk sangka)
pada Allah, seperti belum berdoa sudah mengatakan, “doa saya tidak
mungkin dikabulkan”, atau mengatakan, “saya ini tidak akan maju, hanya
akan begini-begini saja”, itu diantara contoh berburuk sangka kepada
Allah Ta’ala. Modal yang kedua adalah, menunjukkan bahwa kita butuh
kepada Allah, seperti kita dalam berdoa menggunakan adab, tata karma,
penuh tawadlu’ pada Allah, karena begini, bagaimana doa kita mau
diijabahi, dikabulkan oleh Allah kalau kita berdoa seakan-akan kita
nagih, kayak-kayaknya Allah itu punya hutang pada kita, sehingga berdoa
kepada Allah nagih-nagih, nyuruh-nyuruh, memberi target, mentang-mentang
punya wiridan ini, amalan itu. Modal yang ketiga adalah meyakini dengan
penuh tekad dan keyakinan bahwa tidak ada yg bisa menolong kecuali
Allah Ta’ala, hanya Allah lah yang bisa memberi pertolongan kepada kita.
Kalau sudah begitu, maka kita tidak akan menggantungkan diri kita,
usaha kita, doa kita kepada selain Allah, kita sudah memasrahkan diri
pada Allah atas usaha dan doa kita.
Penulis : Syukron Ma’mun, S.Pd.
Penulis : Syukron Ma’mun, S.Pd.
Postingan Terkait
Widget dari [ Mukelujauh.blogspot.com ]