,

,

Rabu, 27 Mei 2015

Gambar Geser-Geser [Part 6]

Drag and drop around the image in this page.



Window Alert Lucu [Part 5]

JavaScript Example 2

Window Alert Lucu [Part 4]

Jangan klik link ini!

Window Alert [Part 3]

Cool JavaScripts

Click Button + Window Alert [Part 2]



Window Alert [Part 1]

JavaScript

JavaScript adalah bahasa pemograman web yang bersifat Client Side Programming Language. Client Side Programming Language adalah tipe bahasa pemograman yang pemrosesannya dilakukan oleh client. Aplikasi client yang dimaksud merujuk kepada web browser seperti Google Chrome dan Mozilla Firefox.

Jenis bahasa pemograman Client Side berbeda dengan bahasa pemograman Server Side seperti PHP, dimana untuk server side seluruh kode program dijalankan di sisi server.

Untuk menjalankan JavaScript, kita hanya membutuhkan aplikasi text editor, dan web browser. JavaScript memiliki fitur: high-level programming language, client-side, loosely tiped, dan berorientasi objek.


Tarekat Idrisiyah

Mbah KH. Abdul Fatah (oleh : KH. Bunyamin Hasan)


Simbah KH Abdul Fatah berasal dari Desa Sawangan Madukara, pada saat Beliau berumur 15 tahun Beliau pernah menjadi penjaga kursi yang khusus hanya diduduki oleh orang Belanda, di suatu malam Beliau penasaran apakah hanya orang Belanda saja yang bisa duduk di atasnya, kemudian Beliau menduduki kursi tersebut hingga patah, karena kejadian tersebut Beliau sangat ketakutan dan melarikan diri jauh hingga ke Jawa Timur.

Sesampainya di sana Beliau menuntut ilmu ( nyantri ) Di Desa Mangunsari Kecamatan Nganjuk, Jawa Timur kurang lebih 15 tahun. Beliau adalah sosok yang sangat Prihatin, selama nyantri Beliau makan dengan cara mencampurkan kerikil ke nasinya.

Setelah bertahun-tahun nyantri Beliau pulang ke Desa kelahirannya. Setelah beberapa lama di rumah Beliau ingin pergi ke Kota Banjarnegara hingga sampai di Desa Parakancanggah, ketika itu hari sudah sore dan Beliau ingin sholat maghrib. Kemudian Beliau mencari mushola namun tidak menemukannya, kemudian Beliau Singgah di rumah Mbah Danurejo Lurah Desa setempat untuk menjalankan sholat maghrib. Setelah selesai, Beliau ditannya tentang asal usulnya oleh Mbah Danurejo, setelah lama Beliau berbincang-bincang dengan Mbah Danurejo, Mbah daburejo tertarik dan mengagumi sosok Beliau, tentang apa yang telah Beliau ceritakan. Setelah itu Mbah danurejo menawarkan untuk menjodohkan putrinya yang bernama Ny.Sinnun dengan  Mbah Abdul Fatah, dan waktu itupun juga Mbah Danurejo memperkenalkan putrinya dengan Mbah Abdul Fatah. 

Setelah Mbah Abdul Fatah dan Nyai sinnun saling menperkenalkan dirinya masing masing,merekapun terlihat saling mempunyai  ketertarikan di dalam perkenalan itu,dan dengan perkenalan itupun mbah Abdul Fatah menerima permintaan mbah Danurejo untuk menikahkannya dengan Nyai Sinnun.tidak lama dari pertemuan itu mbah Abdul Fatah dan Nyai Sinnun pun menikah,dan di beri tanah oleh Mbah Danurejo untuk dikelola.

Tanah itupun di jadikan tempat tinggal,dan sebagian tanah itu untuk mendirikan mushola.Musola itu di dirikan untuk tempat peribadahan dan mengaji oleh penduduk setempat.Tidak lama kemudian Mbah Abdul Fatah mendirikan Pondok Pesantren yang diberi nama TAHFIDZUL QUR'AN ,dan beliau sendiri yang menjadi pengajar di Pondok Pesantren TAHFIDZUL QUR'AN. Dari pernikahan tersebut dengan Nyai Sinnun beliau di karuniai 4 putra putri yaitu (Nyai Damanhuri, Nyai Hamzah, Kyai Hasan, Kyai Ridlo).

sumber :

Masjid Nabawi


Masjid Nabawi

Habib Lutfi Saat Pengajian



Habib Lutfi Bersama Abah Muhammad Kedungparuk


K.H.R. Muhammad Ilyas Sokaraja Lor Banyumas (oleh : Bambang Aroeng Binang)


Sudah sangat lama saya tidak datang berziarah ke makam mBah Ilyas, sebutan yang biasa kami pakai untuk menyebut Makam Kyai Haji RM Muhammad Ilyas yang ada di Sokaraja Lor, sebuah kota kecamatan kecil yang terkenal dengan makanan getuk goreng Sokaraja dan Soto Sokaraja, soto ayam dengan kuah berbumbu kacang yang nikmat.

Saat masih kecil saya beberapa kali diajak berziarah ke Makam Kyai Haji Muhammad Ilyas oleh mendiang ibu dan lalu berkunjung ke rumah tua antik di sebelahnya yang dihuni Kyai Rifangi, abang sepupu ibu saya yang juga cucu dan penerus mBah Ilyas sebagai mursyid Tarekat Naqsabandiah Kholidiyah di Sokaraja Lor.

Saya tak pernah mengenal secara pribadi mBah Ilyas, karena mbah buyut saya ini wafat pada 1916, jauh sebelum saya lahir. Sebagai anak kesembilan, saya hanya beruntung bisa mengenal nenek dari pihak ibu, yaitu mBah Duljamil (Abdul Jamil) putri yang menjadi puteri kesayangan mBah Ilyas, atau adik mBah DulMalik (Abdul Malik) Kedung Paruk.


Sebelum di Sokaraja ia berdiam di Kedung Paruk, tempat kelahirannya, sebuah pedukuhan di sebelah timur Desa Mersi, Purwokerto. Sejak awal 1880-an, KH Muhammad Ilyas telah menjadi mursyid (guru tarekat) terkemuka. Ia salah satu khalifah wilayah Jawa dari Syekh Sulaiman Zuhdi, guru tarekat Naqsabandiah Kholidiyah di Mekkah yang asal Turki.

Ada kompleks makam kecil di bagian depan Makam Kyai Haji Muhammad Ilyas. Lokasi makam bisa diakses melewati Jembatan Kali Pelus di Sokaraja lalu belok kiri. Kompleks makam ada di sebelah kanan jalan. Semasa hidupnya Kyai Haji Muhammad Ilyas merupakan tokoh agama yang amat disegani, bahkan sampai di luar daerah Banyumas.

Awalnya mBah Ilyas menyebarkan ajaran tarekat dari langgarnya di Kedungparuk, namun sambutan luas masyarakat membuat pemerintah Belanda gerah, sehingga mBah Ilyas ditahan pada 1888 dengan tuduhan melawan pemerintah. Di penjara Belanda dekat Alun-alun Banyumas, pada malam hari terlihat sinar terang keluar dari sel dimana mBah Ilyas ditahan.


Syekh Abubakar, Penghulu Landraad Banyumas, pun datang ke penjara setelah mendapat laporan. Mengetahui bahwa yang dipenjara bukan orang biasa, akhirnya mBah Ilyas dikeluarkan dari penjara oleh Syekh Abubakar dengan syarat ia bersedia menjadi menantunya. Makam mBah Syekh Abubakar ada persis di depan makam mBah Ilyas.

makam kyai haji muhammad ilyas sokaraja
Makam Kyai Haji Muhammad Ilyas terlihat sederhana. Tembok hijau di belakangnya adalah bagian belakang masjid. Poster di belakang makam berbunyi “Kyai Haji Raden Mas Muhammad Ilyas Bani P. Diponegoro” berdasar layang kakancingan angka 11553 yang dikeluarkan pada 18 September 1960 M oleh Pangageng Tepas Dwarapura Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

mBah Ilyas adalah putera KH Raden Mas Ali Dipawangsa yang kuburnya ada di Kedung Paruk. Kakeknya adalah Kanjeng Pangeran Haryo Diponegoro II (Raden Mas Muhammad Ngarip), putera pertama Pangeran Diponegoro (Ontowiryo, Sultan Abdul Hamid). Sedangkan Makam Pangeran Diponegoro adalah putera Sultan Hamengku Buwono III.

Tengara di bagian depan atas berbunyi “Makam Kyai Haji Muhammad Ilyas, Guru Mursyid, Toriqoh Annaqsyabandiyyah Al Mujaddadiyyah Al Kholidiyyah, Wafat 29 Shafar 1334 H”, atau Senin 4 Januari 1916. Mursyid adalah guru pembimbing tarekat yang telah mendapat ijin dan ijazah dari guru mursyid di atasnya dan bersambung sampai Nabi Muhammad SAW.

Selain tawajuhan, pengikut tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah juga melakukan Khalwat dan Suluk. Dalam tawajuhan seorang mursyid melakukan kontak dengan murid-muridnya sewaktu melakukan wirid, seperti menyentuh kening murid dengan surban, agar murid mendapat luberan barokah serta ilmu darinya serta dari para guru-guru di atasnya.

Khalwat adalah melatih jiwa dan hati untuk selalu ingat kepada Allah dan tetap menghambakan diri kepada-Nya. Sedangkan suluk atau mondok adalah tinggal selama beberapa waktu di pondok mursyid, misalnya selama bulan puasa, untuk melakukan wirid dan meningkatkan ibadah secara intensif. Berbeda dengan suluk, khalwat bisa dilakukan di rumah sendiri.

makam kyai haji muhammad ilyas sokaraja
Dua makam di luar cungkup Makam Kyai Haji Muhammad Ilyas adalah Makam KH Afandi, salah satu putera Kyai Ilyas yang menjadi penerusnya, wafat pada 12 Besar 1348 H (Kamis 10 Mei 1930). Di sebelahnya adalah Makam KHR Achmad Rifangi, putera KH Afandi, yang wafat pada 10 Jumadil Awal 1388 H (Sabtu 4 Agustus 1968).

Setelah bebas dari tahanan Belanda, mBah Ilyas kemudian pindah dan selanjutnya menetap di Sokaraja Lor serta meneruskan kegiatannya dalam mengembangkan ajaran tarekatnya. Alasannya adalah karena ia hanya diijinkan mengajar tarekat dari masjid wakaf mertuanya, yaitu Penghulu Landraat Syekh Abubakar, di Sokaraja Lor ini.

Ada kisah menarik tentang mBah Ilyas. Pada hari ia meninggal dan dikubur di depan pengimaman masjid. Pada saat maghrib tiba, mBah DulJamil putri melihat munculnya berkas sinar terang dari makam mBah Ilyas dan tampak jasadnya melayang ke atas. Para santri yang telah selesai shalat maghrib juga ikut melihat peristiwa langka itu.

Mas Rumani menceritakan bahwa ada habib dari Jawa Timur datang ke makam mBah Ilyas ditemani mBah Dulmalik. Namun pagar makam digemboka. Habib pun membaca qasidah ciptaan Habib Abdullah bin Husein “Salamullah ya saddah minar-rahman yaghsyakum, ‘ibadallah ji’nakum qashadnakum tahalbnakum, dst”. Tiba-tiba “klik”, kunci gembok makam terbuka sendiri.

Beberapa waktu kemudian habib itu datang lagi berziarah, namun makam dibongkar atas perintah mBah Afandi, konon untuk menghindari pengkultusan terhadap ayahnya. Melihat makam sudah berubah, Habib pun berucap “Wah, mBah Ilyas sudah tidak ada lagi di sini”. Kabarnya setelah itu mBah Afandi sempat jatuh sakit karena menyesal.

Ketika tinggal di Makkah, mBah Ilyas hidup prihatin. Ia selalu masak nasi sendiri yang dengan sengaja dicampuri pasir olehnya. Sewaktu hendak makan nasi, pasir itu satu per satu diambilnya dari sela-sela nasi yang ada di piringnya, baru kemudian ia makan. Hal itu dilakukannya untuk melatih kesabaran dan agar tidak rakus terhadap makanan.

Mas Rumani juga bercerita bahwa saat berguru di Makkah, angsa anak kesayangan sang guru jatuh ke dalam jumbleng. Gurunya bingung, murid-murid lain pun bingung tak tahu harus berbuat apa. Adalah mBah Ilyas yang kemudian turun ke jumbleng untuk mengambil angsa itu. Sampai di atas, masih berlumuran tinja, mBah Ilyas dipeluk oleh gurunya.

Ketika pulang dari Makkah, mBah Ilyas tiba di Jawa bersama tiga orang teman seperguruan lainnya, salah satunya adalah mBah Sholeh Darat, Semarang. Namun yang diberi ijazah oleh Syekh Sulaiman Zuhdi (silsilah tarekat ke-32) untuk mengajarkan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah hanyalah mBah Ilyas dan satu orang lagi.

Menurut cerita mBah DulJamil putri, mBah Ilyas sering kedatangan tamu dari Arab dan Maroko. Ketika mBah DulJamil putri tengah memijat kaki mBah Ilyas, mBah Ilya tiba-tiba berbicara sendiri dalam bahasa Arab. Karena takut, mBah Duljamil putri pun lari. Saat dipanggil, mBah Ilyas mengatakan bahwa tadi yang datang adalah Malaikat Jibril…

Sumber :
http://www.thearoengbinangproject.com/makam-kyai-haji-muhammad-ilyas-sokaraja/

Ayo Perbanyak Solawat

download win hisab versi 2.96 via ziddu

SARKUB TECH MELEK IPTEK

UNIVERSITAS MENYAN INDONESIA

Santri

PISS - KTB

Total tayangan laman

4