Oleh: Hasan Husen Assagaf
TIDAK
ada orang mau miskin. Semua mau kaya, mau rizkinya makmur, mau hidupnya
mewah, mau urusan duniawinya dimudahkan. Tidak ada yang mau miskin,
kekurangan, apalagi melarat. Semua mau hidup senang di dunia, mewah dan
berlebihan tanpa memikirkan apa yang menimpa terhadap dirinya dari
kekayaan yang diberikan kepadanya. Bahkan sebagian dari mereka berusaha
agar bisa kaya dengan cara apapun. Dengan cara halal atau dengan cara
haram. Semua cara dilakukan, yang penting bisa kaya dan berhasil.
Banyak
sekali do’a-do’a yang diajarkan Nabi kita Muahammad saw agar bisa kaya,
banyak rizki dan hidup senang. Ajaran Rasulallah saw untuk berdo’a
dengan do’a-do’a tersebut tidak sedikit didapatkan dalam hadist.
Ayat-ayat al Quran yang turun kepada beliau pun banyak mengajak agar
hidup senang, makmur dan bahagia di dunia dahulu baru setelah itu di
akhirat. Allah berfirman: “ Dan di antara mereka ada orang yang
berdo’a Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat dan peliharalah kami dari siksa nereka“.
Abu Abdullah Muhammad al Qurtubi dalam tafsirnya menulis bahwa kebaikan
di dunia sangat luas mencakup diantaranya: kesehatan, istri yang soleh,
anak dan keturunan, ilmu, ibadah dan pula harta benda dan kekayaan. Ini
semua termasuk dalam katagori kenikmatan duniawiah. Di lain ayat Allah
berfirman “dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi”. Alqashash 77
Untuk
mencari kebaikan dan kebajikan dalam hal yang berurusan dengan dunia
dan akhirat, kita dianjurkan agar bersaing yang bisa mendorong untuk
mencari keunggulan. “maka berlomba lombalah berbuat kebajikan” al
Maaidah 48. Kalau itu yang diajarkan untuk mecari kebaikan agar
bersaing, maka tidak bedanya dengan mencari harta benda dan kekayaan
pula harus bersaing
Dalam
bersaing untuk mencari kebaikan apapun termasuk mencari nafkah, agama
menganjurkan untuk gigih, tekun dan dan ulet seolah olah kita hidup di
dunia langgeng tidak bakal mati. Sesuai dengan sabda Rasulallah saw “Berjuanglah
kamu di dunia seolah olah kamu bakal hidup selama lamanya dan
beribadatlah kamu kepada Allah seolah olah kamu akan mati besok”.
Di
samping do’a-do’a yang diajarkan untuk rizki makmur, ada pula do’a-do’a
yang tak poluler di zaman ini yang diajarkan Rasulallah saw agar
meminta kepada Allah kemiskinan “Ya Allah, hidupkan aku miskin. Matikan aku miskin. Dan kumpulkan aku kelak di Padang Mahsyar ke dalam kelompok kaum miskin”. Doa ini jarang sekali dibaca tapi memang itu kenyataan doa yang diajarkan Rasulallah saw agar meminta kepada Allah kemiskinan.
Suatu
ketika Rasulallah pernah ditanya tentang surga dan ahlinya, beliau
menjelaskan bahwa penghuni yang paling banyak di surga adalah orang
miskin. Yang dimaksud disini bukan semua orang miskin masuk surga. Akan
tetapi kebanyakan penghuni surga adalah orang miskin yang sabar, soleh,
taat ke pada Allah dan banyak beribadah.
Miskin.
Siapa suka miskin? Semua lari dari kemiskinan dan takut miskin. Ini
kenyataan hidup sekarang ini. Tidak ada orang ingin hidup miskin.
Boro-boro ingin jadi miskin, bermimpi jadi orang miskin atau bertemu
dengan kemiskinan atau kesusahan sama sekali tidak diharapkan.
Tapi
kalau kita teliti dengan seksama memang itulah kenyataan sebagian
falsafah hidup yang diajarkan Rasulallah saw kepada kita. Dan Beliau
sendiri ternyata hidup dalam kondisi miskin. Ketika beliau wafat, tak
ada harta yang diwariskan untuk keluarganya. Begitu pula para sahabat
nabi mayoritasnya mereka hidup dalam kekurangan dan kemiskinan. Hidup
berlebihan atau kaya sangat jarang kita dapatkan dalam kisah kehidupan
para sahabat Rasulallah. Ada diantara mereka yang kaya seperti misalnya
Ustman bin Affan dan Abdurahman bin Auf, tapi mereka pun berusaha
menginfakan dan rela mengeluarkan hartanya ke jalan Allah agar jadi
miskin.
Imam
besar Ali ra hidup miskin dan serba kekurangan. Bahkan setelah menikah
dengan Fatimah binti Rasullah beliau tidak mampu mengambil seorang
pembantu. Ketika istrinya, Fatimah, datang kepada Ayahnya minta kepada
beliau seorang pembantu. Rasulallah pun berkata “Wahai anakku bersabarlah. Sesungguhnya sebaik baiknya wanita adalah yang bermangfaat bagi keluarganya”
Contoh
lainnya, pernah satu ketika Rasulallah saw datang melancong ke rumah
anaknya, Fatimah. Ketika beliau melihat anaknya mengenakan giwang dan
rantai terbuat dari perak, begitu pula beliau melihat selot pintu
rumahnya terbuat dari bahan sejenis perak, Rasulallah segera keluar dari
rumahnya dan kelihatan tanda tanda kemarahan di wajah beliau. Beliau
naik ke atas mimbar. Fatimah pun mengetahui maksud kemarahan ayahnya.
Maka dicopotilah giwang, rantai dan selot pintu yang terbuat dari perak
dan segera diserahkannya kepada Nabi di atas mimbar seraya berkata “Jadikanlah semua ini di jalan Allah, ya abati”. Rasulallah sangat terharu dan bergembira atas tindakan putrinya yang sangat diciantainya. Beliau pun berkata “Sungguh
kamu telah melakukanya wahai anakku. Ketahuilah bahwa dunia itu bukan
untuk Muhammad dan keluarganya. Seandainya dunia ini bernilai di sisi
Allah sebesar sayap nyamuk, maka tidak ada satu orang kafir diberi minum
setetes pun”
Demikianlah
contoh yang kita dapatkan dari pemimpin besar umat, Rasulallah saw dan
Imam besar, Ali bin Abi Thalib yang sepanjang hidupnya selalu dalam
kekurangan dan kemiskinan. Akan tetapi di lain pihak Imam Ali pun pernah
menegaskan “kemungkinan kemiskinan itu bisa membawa kekufuran”. Begitu pula beliau pernah berkata: “seandainya kemiskinan itu menjelma berbentuk manusia maka saya akan bunuh”.
Assayyid
Sabiq dalam fiqih sunnah mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan
miskin adalah mereka yang mendapatkan problem kehidupan akibat kesulitan
ekonomi. Adapun arti miskin menurut pandanganya adalah mereka yang
berpenghasilan kurang dan tidak mencukupi untuk menutupi kebutuhan hidup
sehari hari.
Ketika
salah seorang kepala suku badwi dari gunung diundang raja Saudi, Faisal
bin Abdul Aziz, dia sadar bahwa masyarakatnya di gurun sahara miskin.
Menyaksikan kota Riyadh yang serba indah, mobil berseliweran di atas
jalan beraspal, gedung tinggi, hotel tempat dia menginap terang
menderang dengan cahaya lampu yang beraneka warna, beralas tikar
permadani empuk, full ac, dan mengasyikan. Dia lalu bertanya kepada
dirinya, mengapa ini semua tak ada di desanya? Kalo begitu masyarakat
badwi miskin!
Begitulah
hidup di ibu kota yang masyarakatnya selalu berlomba merebut peluang.
Siapa yang paling banyak memperoleh kesempatan dan dapat mengelola
dengan baik, merekalah yang menguasai, jadi kaya. Dan yang kalah
bersaing tak kebagian apa pun, jatuh miskin.
Lalu,
mengapa Rasulallah saw mengajarkan doa jadi miskin? Yang dimasud disini
beliau bukan mengajarkan umatnya jadi miskin akan tetapi beliau
mengajarkan keserhanaan, kehidupan bersama, toleransi, ke-tidakegois-an
dan tidak hanya memikirkan diri sendiri, sehingga tidak menimbulkan
kedengkian, kebencian antara sesama. Itulah yang diajarkan Rasulallah
saw.
Orang
kaya yang hanya memikirkan diri sediri, serakah, tamak, dan kikir,
orang semacam ini dikatagorikan orang kaya tapi berjiwa miskin.
Sebaliknya orang miskin yang menerima nasib, bersabar, tabah dengan
segala musibah yang menimpah dirinya, dan ridho serta bersyukur dengan
apa yang telah diberikan Allah, ia adalah orang miskin yang berjiwa
kaya.
Orang-orang
badwi yang hidup di gurun sahara, terutama yang hidup di kemah kemah
yang tak pernah menikmati listrik, tak ada tv atau radio, sanggup
berjalan kaki memikul beban naik turun gunung dengan untanya , mereka
miskin tapi tak terasa miskin. Karena kehidupan bersama yang mereka
jalani, senasib dan sederajat, tak menimbulkan kedengkian antara mereka,
ini yang membuat mereka senang, bahagia menikmati kehidupan yang serba
kekurangan.
Berapa
banyak orang miskin di seluruh pelosok negeri, baik di sahara, di
lereng lereng gunung, maupun di desa desa mereka ini mungkin siang malam
bersandar dan bertawakal kepada Allah, bahkan boleh jadi kedudukan
mereka lebih tinggi disini Allah dibandingkan dengan orang kaya yang
hidupnya digenangi serba kemegahan akan tetapi sehari harinya lebih
banyak memuaskan diri sendiri ketimbang memikirkan orang lain dan
melupakan perintah Allah, sampai sekarang mereka belum pernah merasakan
nikmatnya jamuan harta yang diberikan Allah kepadanya.
Demi
Allah, sekali lagi saya katakan demi Allah, harta dan kekayaan adalah
milik Allah. Allah lah yang memberi orang menjadi miskin dan Allah pula
yang membuat orang jadi kaya. Jika Allah menginginkan si kaya menjadi
miskin, dengan sekejap mata saja orang itu mejadi miskin. Jika Allah
berkehendak si miskin menjadi kaya, dengan sekejap mata orang miskin itu
menjadi kaya. “Katakanlah: Ya Allah yang mempunyai kerajaan, Engkau
berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engaku cabut
kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang
Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di
tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau maha kuasa atas
segala sesuatau. Engkau masukkan malam kedalam siang dan Engkau masukan
siang kedalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan
Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rizki siapa
yang Engkau kehendaki tampa batas “ al-Quran
Itulah
istilah kehidupan kita sehari hari, dunia ini ibarat roda yang
berputar. Sebentar berada diatas dan sebentar lagi berada di wabah. Di
saat berada di atas, jangan sekali kali merasa bangga tapi harus
menengok kepada yang di bawah agar bisa mengimbangi jarak dengan yang
dibawah. Dan bagi yang di bawah jangan tinggal diam atau putus asa.
Sebab, itulah satu-satunya modal agar yang di bawah dapat berputar
kembali, sementara yang di atas tidak rakus, tidak tamak, tidak sombong
dan tidak serakah. Itulah yang di ajarkan agama kita agar kehidupan
bersama atara si kaya dan si mikin bisa terjalin dengan baik sehingga
jarak antara mereka tidak terpaut jauh.
Dalam
hal ini, doa yang diajarkan Nabi patut dijadikan bahan renungan. Bahwa
doa minta jadi miskin bukan berarti minta serba kekurangan. Akan tetapi
yang dimaksud disini minta jadi miskin adalah minta kepada Allah agar
memiliki sikap hidup yang selalu memberi perhatian kepada yang miskin,
yang lemah dan yang dibawah. Biarpun kita jadi kaya dan memiliki harta
berlimpah-limpah, semua itu tak berarti sedikit pun jika tak memiliki
sifat perhatian untuk mengangkat yang di bawah dan menolong yang miskin.
Nah,
kalau begitu, bacalah doa untuk jadi miskin seperti yang diajarkan Nabi
agar tetap memiliki rasa kesederhanaan dan tak rakus yang bisa
menimbulkan iri dan dengki terhadap kelompok miskin.
sumber: http://hasanalsaggaf.wordpress.com/category/doa-minta-jadi-miskin/
Postingan Terkait
Widget dari [ Mukelujauh.blogspot.com ]