,

,

Minggu, 09 Oktober 2011

Ilmu-Ilmu Keislaman di Era Syafawi



Perkembangan Ilmu-Ilmu keislaman di Masa Dinasti Safawi

Pendahuluan

Syiah adalah salah satu mazhab yang punya pengaruh besar setelah sunni. Eksistensinya ditanah Persia tidak lepas dari peran penguasa dinasti Safawi. Mazhab ini tersebar luas dari ujung barat persia hingga ke ujung timur. Konon salah satu penguasa dinasti Abbasiyah pernah berinisiatif menjadikan mazhab syiah sebagai salah satu mazhab resmi selain mazhab yang empat.
Hingga saat ini mazhab ini masih tetap eksis dan terus berkembang bahkan Al Azhar salah satu universitas tertua di Mesir kerap mengadakan penelitian dan pengembangan antar mazhab dengan memasukan mazhab syiah sebagai pertimbangan.
Mazhab ini sebenarnya sudah ada jauh sebelum dinasti Safawi di Persia berdiri, namun karena jasa penguasa Safawi mazhab ini bisa bisa berkembang hingga saat ini. Disamping penyebarannya yang sporadis di seantero Persia dan negara tetangga
Ideologi syiah tidak hanya bicara soal agama, teologi dan konsep hukum namun juga bicara tentang politik, sebuah politik yang khas. Konsep ini pula yang melatar belakangi berdirinya Republik Islam Iran. Pasca rezim syah runtuh Iran Khoemini berambisi kembali ke kejayaan Persia di masa lalu dengan mengadopsi kejayaan dinasti Safawi.
Dalam bidang ilmu keislaman, Iran beberapa abad setelah dinasti Safawi kini semakin menunjukkan taringnya. Ilmu-ilmu keislaman mengalami perkembangan luar biasa. Ratusan kitab dan tulisan dibuat. Dari bidang filsafat hingga hukum islam, semua dikaji secara serius dan berkesinambungan. Berdiri pula pusat-pusat ilmu pengetahuan di Qum, Masyhad, Teheran dan kota-kota besar lainnya di Iran.

Pembahasan
1. Syiah Imamiyah
Mazhab syiah sebenarnya terbagi kedalam berbagai macam namun yang masih eksis dan terus mewarnai perkembangan hukum Islam hingga kini hanya 2 yaitu: Syiah Zaidiyah dan Syiah Imamiyah. Namun pembahasan kali akan dikerucutkan hanya mengarah pada mazhab syiah Imamiyah di era kerajaan Safawi meski pada akhirnya nanti akan ada benang yang saling terkait antara kelompok-kelompok dan tokoh-tokoh syiah.1
Syiah Imamiyah adalah sebuah keyakinan syiah bahwa ada 12 imam ma’shum yang telah diberi wewenang oleh Nabi saw untuk memimpin, mereka itu adalah:
1. Ali bin Abu Thalib
2. Al Hasan bin Ali bin Abu Thalib
3. Al Husain bin Ali bin Abu Thalib
4. Ali bin Zainal Abidin
5. Muhammad Al Baqir bin Ali
6. Ja’far Ash Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali
7. Musa Al Kadzim bin Ja’far Ash Shodiq
8. Ali Ar Ridho bin Musa Al Kadzim
9. Muhammad Al Jawwad bin Ali Ar Ridho
10. Ali Al Hadi bin Muhammad Al Jawwad
11. Hasan Al Askariy bin Ali Al Hadi
12. Al Mahdi Al Muntazhar
Embrio hukum mazhab syiah dikembangkan oleh Imam Ja’far Ash Shodiq.2 Beliau orang yang sangat alimdimasanya. Banyak ulama besar yang belajar kepadanya seperti Imam Abu Hanifah dan Imam Malik bin Anas.

2. Dasar Hukum Mazhab Syiah Imamiyah
Mazhab syiah Imamiyah memiliki 4 dasar hukum:
  1. Al Qur’an
  2. Hadits
  3. Ijma
  4. Al ‘Aql, definisi Al ‘Aql (akal) disini adalah keterangan dan argumentasi aqliyah yang diberikan oleh para Imam Syiah yang dua belas seperti tertera dalam kitab Al Ara’ik karya Mahdiy bin Assyekh Muhammad Ali bin Muhammad Baqir, namun beberapa ulama syiah lain memberikan kelonggaran dengan membolehkan qiyas dalam proses ijtihad semisal Al Hilliy dalam karyanya Tadzkiratul Huffadz.3
Mazhab ini tersebar luas di beberapa wilayah semisal Irak, Iran, Pakistan, India, Lebanon, Syria dan lain-lain. Penyebar ajaran syiah Imamiyah di persia atau Iran sekarang adalah Abu Ja’far bin Alhasan bin Faroukh Ash Shoffar Al A’raj Al Qummiy (w. 290 H). salah satu karyanya yang terkenal ialah Basyair ad-Darajah fi Ulum Ali Muhammad wa ma Khoshohumullahu Bihi. Hingga saat ini Iran diidentikkan dengan syiah bahkan menjadi negara dengan ideologi syiah dan mengembangkan kembali pola era kejayaan persia di masa Safawi dengan mengadopsi konsep Wilayatul Faqih, yaitu para imam yang bertugas manjadi naib (pengganti) al-Mahdi al-Muntazhar serta mengawasi pemerintah. Ini terjadi setelah revolusi Iran 1979.

3. Periodisasi Perkembangan Mazhab Syiah
Berikut adalah periodesasi yang diberikan oleh Ayatullah Jannati. Menurutnya Periodisasi mazhab syiah terbagi pada 9 periode:
  1. Era penetapan hukum (13 SH/632 M SH – 13 H/632 M), ini adalah era dimana Rosulullah saw masih hidup.
  2. Era penjelas hukum (13 H/632 M – masa kegaiban besar tahun 329 H/940 M),
  3. Era klasifikasi dan pemurnian (329 H/940 M – masa Ath Thusiy hidup).
  4. Era ekspansi kasus-kasus subordinat (masa Ath Thusiy hidup – masa Ibnu Idris Al Hilliy w. 594 H – 1201 M).
  5. Era intervensi dan penelitian (masa Ibnu Idris Al Hilliy w. 594 H – 1201 M – era Al Allamah bin Muthohar Al Hilliy w. 726 H – 1325 M).
  6. Era perkembangan dan argumentasinya secara rinci (era Al Allamah bin Muthohar Al Hilliy w. 726 H – 1325 M – era Muhammad Baqir bin Muhammad Akmal Al Bihbihaniy).
  7. Era pertumbuhan dan penyempurnaan (era Muhammad Baqir bin Muhammad Akmal Al Bihbihaniy era Murtadha Anshari w. 1281 H/1864 M).
  8. Era penelitian (era Murtadha Anshari w. 1281 H/1864 M – Muhammad Kazim Al Khurasaniy w. 1329 H – 1911 M).
  9. Era peringkasan (Muhammad Kazim Al Khurasaniy w. 1329 H – 1911 M - sekarang)
Beberapa pakar dari Iran seperti Dr. Ahmad Kazemi Mousavi membagi perkembangan mazhab syiah dalam 4 periode:
  1. Periode doktrinal 132 H – 750 M: ditandai dengan perjalanan intelektual Imam Ja’far Ash Shodiq ke Kufah. Saat itulah ajaran-ajarannya mulai dicatat dan tersebar luas.
  2. Periode kodifikasi 408 H/1017 M: ditandai munculnya kaum akhbariy, ulama mulai mengkodifikasikan hukum kedalam bentuk yang simpel seperti kitab hadits. Saat itu pula dikumpulkan 400 hadits ushul dalam mazhab syiah. Muncul Ath Thusi. Kegiatan keilmuwan berpusat di Qum dan Ray, Iran.
  3. Era Muhammad bin Muhammad bin Nu’man (336 - 413 H), beliau pakar ushul fiqh gurunya adalah Ahmad bin Junaid al-Iskafi dan Muhammad bin Aqil, karyanya adalah Al Muqni’ah fil Ushul wal Furu’. Pada masa mulai muncul pakar ushul fiqh syiah dan corak mazhab syiah mulai berbelok dari akhbariy ke ushuliy.
  4. Era Sayid Murtadha (355 – 436 H), beliau hidup dimasa kerajaan Buwaih. Karyanya yang terkenal ialah Adz Dzari’ah ila Ushulis Syari’ah.
  5. Era Muhammad bin Hasan bin Ali Abu Ja’far Ath Thusiy akhir abad ke-6 H/12 M.
  6. Era pengembangan pasca AthThusiy hingga sekarang.4

4. Sumber Sumber Ajaran Syiah
Sumber ajaran syiah sangat banyak baik sebelum era Safawi atau sesudahnya sumber-sumber berikut terutama 4 kitab terakhir kerap dipakai rujukan terutama bagi ulama syiah:5
  1. Syaro’iul Islam karya Ja’far bin Al Hasan Al Muhaqqiq Al Hilliy (w. 676 H), kitab ini disyarahkan oleh Muhammad Hasan An Najafiy dengan nama Jawahirul Kalam.
  2. Tadzkiratul Fuqaha karya Muhammad bin Yusuf Al Hilliy.
  3. Miftahuil karamah syarah Qawaidul Allamah karya Muhammad bin Muhammad Al Husainiy Al ‘Amiliy.
  4. Man La Yahduruhul Faqih karya Muhammad bin Ali bin Al Husain bin Musa bin Musa bin Babawaih yang populer dengan julukan Al Faqih Al Qummiy.
  5. Al Kafi karya Muhammad bin Ya’qub Al Kilyani.
  6. At Tahzib dan Al Istibshar, keduanya adalah karya Al Hasan bin Ali Ath Thusiy (w. 485).
Empat kitab terakhir yang disebut merupakan kitab hadits induk bagi ulama syiah atau semacam ‘kutub as-Sittah’-nya ulama syiah.

4. Tokoh-Tokoh Akhbariy dan Ushuliy Syiah
Sama seperti sunni yang memiliki pembagian ahlul hadits dan ahlur ra’yi dalam mazhab Ja’fari juga terdapat pembagian semacam ini namun dengan istilah berbeda:6
  1. Aliran Ushuliy, dipelopori ulama Hilla sebuah daerah di daratan Lebanon. Tokoh-tokoh yang terkenal diantaranya:
  • Najmuddin Ja’far bin Hasan Al Muhaqiq Al Hilliy (w. 676 H/1272 M) karyanya adalah Mukhtashor An Nafi’, Asy Syaro’iy dan Maraji’.
  • Al Allamah bin Muthohar Al Hilliy penulis Tahzibul Usul ila Ilmil Usul dan Tadzkiratul Fuqaha.
  • Syamsuddin Muhammad bin Al Makkiy Al Amiliy Asy Syahid Al Awal Al Amiliy (734 – 786 H), karyanya adalah Al Luma’ah, Al Qowa’id dan Al Bayan.
  • Ibnu Fahd Al ‘Amiliy (w. 841/1437 M).
  • Zainuddin Al Amiliy Asy Syahid Ats Tsani (966 H/1558 M).
  • Ali bin Husain Al Karakiy (w. 940 H/1534 M).

2. Aliran Akhbariy, tokoh-tokohnya antara lain:\
  • Ibnul Jumhur (akhir abad 9 H/15 M).
  • Muhammad Taqiy Al Majlisiy (w. 1070 H/1660 M).
  • Mirza Muhammad bin Ali Al Astarabadiy (w. 1028 H/1618 M).
  • Muhammad Baqir Al Majlisiy (w. 1110 H/1698 M), karyanya Biharul Anwar.
  • Muhammad bin Hasan Hurr Al ‘Amiliy (w. 1112/1700 M), karyanya Al Wasail.
  • Muhammad Al Faidh Al Kasyani (w. 1091/1680 M), karyanya Al Wafi.
  • Sayyid Hasyim Bahraniy (w. 1107 H/1698 M), karyanya Al Burhan.

Pada masa kerajaan Safawi kerajaan Safawi mentolerir dua aliran ini meski aliran akhbariy menjadi aliran mayoritas dan menjadikannya sebagai ciri khas sekaligus ideologi negara. Ulama ushuliy masih tetap eksis dimasa kerajaan Safawi semisal Syekh Hasan bin Zainuddin Al ‘Amiliy (w. 1011 H/1602 M), Ahmad bin Muhammad Al Ardabiliy (w. 993 H/1585 M) dan Bahauddin Al ‘Amiliy (w. 1030 H/1631 M). setelah dinasti Safawi runtuh corak pemikiran mazhab Syiah kembali ke Ushuliy seperti Yusuf bin Ahmad Al Bahraniy (w. 1184 H/1772 M) penulis kitab Al Hada’iq An Nadiroh bahkan lebih luas lagi melebar ke dalam berbagai bidang disiplin ilmu.

Perkembangan Ilmu-Ilmu Agama di era dinasti Safawi di Persia

1. Ajaran Tarekat Dinasti Safawi
Didirikan secara de jure oleh Syah Ismail (907 H/1501 M - 930 H/1524 M), kerajaan ini berawal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbeijan. Tarekat ini diberi nama tarekat safawiyah didirikan pada waktu yang bersamaan dengan berdirinya kerajaan Utsmani. Nama safawiyah diambil dari nama pendirinya, Safi al-Din Ishaq (650 H/1252 M – 735H/1334 M), nama itu terus dipertahankan hingga tarekat ini menjadi gerakan politik, bahkan nama itu terus berlanjut hingga gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan. Safi ad-Din berasal dari keturunan orang yang berada dan memilih jalan sufi sebagai hidupnya. Ia keturunan dari Musa Al Kadzim salah seorang imam syiah yang ke tujuh, gurunya bernama Syekh Tajuddin Ibrahim Zahidi (1216 – 1301 M) yang dikenal dengan julukan Zahid al- Gilani karena prestasi dan ketekunannya dlam kehidupan tasawuf safi ad-Din diambil menantu oleh gurunya. Safi ad-Din mendirikan tarekat safawiyah setelah ia menggantikan gurunya sekaligus mertuanya yang wafat tahun 1301 M. pada awalnya tarekat ini bertujuan memerangi orang-orang ingkar atau yang mereka sebut sebagai ahli bid’ah. Pengaruh gerakan ini semakin kuat setelah berubah menjadi gerakan politik yang mempunyai pengaruh kuat di wilayah Persia, Anatolia, Mesir, Kaukasus, Oxus dan Syria. Di negeri-negeri diluar Ardabil itu Safi ad-Din menempatkan wakil-wakilnya atau yang biasa disebut khalifah di setiap tempat atau wilayah taklukkan.7
Tak dapat dipungkiri peran Safi ad-Din dalam perkembangan tarekat sangat besar bahkan disegani oleh negara lain. Kekuatannya tidak hanya dalam bidang keagamaan semata namun juga dalam bidang politik dan militer.8
2. Ajaran Syiah Imamiyah & Perkembangannya
Sebenarnya persia semula menganut ajaran sunni dan syiah namun berdirinya Safawi serta ideologi syiah Imamiyah yang dianut oleh Syah Ismail penguasa pertama Safawi memaksa ajaran syiah tersebar luas ke seantero Persia bahkan Syah Ismail tak segan menggunakan kekerasan atas nama agama untuk menumpas sunni. Ulama syiah didatangkan dari Jabal Amil, Lebanon, Irak dan Bahrain. Diantara ulama itu ada nama-nama seperti Qadhi Syam Lahiji (guru Syah Ismail sewaktu belajar agama di Jilani) dan Qadhi Muhammad Kasyani. Dia juga mengangkat Sadr, semacam kementerian agama yang kalaitu bertugas menyebarkan ajaran syiah dan ikut mengontrol kebijakan penguasa.9
Dia mengangkat Nuruddin Ali bin Husain (870 H/1466 M – 940 H/1534 M) sebagai pemegang otoritas Sadr, konsep ini kemudian diadopsi Imam Khoemini pasca revolusi Iran tahun 1979. Seterusnya jabatan ini dipimpin oleh putranya Abdul Ali (w. 922 H/1585 M) pada era Tahmasp lalu dilanjutkan cucunya Mir Sayyid Husain (w. 1001 H/1592 M).
Syah Ismail bahkan memproklamirkan diri sebagai wakil tuhan di bumi bahkan pendukung fanatiknya menganggapnya sebagai tuhan. Ini diperkuat tradisi tarekat yang mengharuskan kepatuhan pengikut pada mursyidnya. Hal ini juga didukung dklaimnya bahwa ia masih keturunan Imam Musa Al Kadzim dan merupakan naib atau pengganti sementara Al Mahdi. Tiga keuntungan memberinya keleluasaan dalam memimpin.
Tahmasp masih melanjutkan dan mengambangkan ajaran syiah. Jabatan Sadr juga masih diadakan. Namun ajaran-ajaran tarekat menyimpang dimasa Syah Ismail di tumpas seperti tarekat Nuqtavi di Kasyan.
Pada masa Abbas I mulai dibangun madrasah teologi Syiah di Isfahan yang kelak menjadi embrio pusat pengkajian intelektual pada era dinasti Qajar dan berpusat di Qum, Najaf dan Masyhad. Ide pendirian ini muncul dilatarbelakangi kunjungannya ke majlis Syekh Abdullah Syusytari (w. 1021 H/1612 M) di Isfahan. Saat kunjungan jumlah muridanya 50 orang namun setelah sang syekh wafat jumlahnya bertambah manjadi 1000 orang. Disamping tinggal pula ulama terkenal lain di isfahan semisal Syekh Bahauddin Muhammad bin Husain Al Amiliy Al Juba’iy. Saat itu juga mulai berkembang ilmu tasawuf falsafi seperti aliran isyraqiy (pencerahan).


Daftar Pustaka

Muhammad Khudhari Bek, Tarikh Tasyri’ Al Islamiy, Indonesia: Al Haramain, tt.

Abdul Karim Zaidan, Al Madkhal li Dirosah As Syariah Al Islamiyah, Baghdad: Muassasah Ar Risalah, Maktabah Al Basyair, tt.

Tim ensiklopedia, Ensiklopedia Dunia Islam, Jilid 2, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoe,tt.

Badri Yatim, Sejarah Kebudayaan Islam, cet ke 15, Jakarta: Rajawali Pers, 2003, hal. 138.

Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, tt.

Tim ensiklopedia, Ensiklopedia Hukum Islam, Jilid 3, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoe, tt.
1 Muhammad Khudhari Bek, Tarikh Tasyri’ Al Islamiy, Indonesia: Al Haramain, tt, hal. 163.
2 Beliau dilahirkan dan wafat di Madinah tahun 80 H namun sebagian sejarawan menyebutkan beliau lahir thun 83 H. Beliau wafat saat berusia 68 pada tahun 148 H.
3 Abdul Karim Zaidan, Al Madkhal li Dirosah As Syariah Al Islamiyah, Baghdad: Muassasah Ar Risalah, Maktabah Al Basyair, tt, hal. 146.
4 Tim ensiklopedia, Ensiklopedia Hukum Islam, Jilid 3, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoe, hal. 268.

5 Ibid.
6 Ibid, hal. 269.
7 Badri Yatim, Sejarah Kebudayaan Islam, cet ke 15, Jakarta: Rajawali Pers, 2003, hal. 138.
8 Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, tt, hal. 192.
9 Tim ensiklopedia, Ensiklopedia Dunia Islam, Jilid 2, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoe, hal. 268.

Postingan Terkait

Widget dari [ Mukelujauh.blogspot.com ]

Ayo Perbanyak Solawat

download win hisab versi 2.96 via ziddu

SARKUB TECH MELEK IPTEK

UNIVERSITAS MENYAN INDONESIA

Santri

PISS - KTB

Total tayangan laman

4