,

,

Jumat, 25 November 2011

IN MEMORIAN KH. MASRURI ABDUL MUGHNI (23 JULI 1943 - 19 NOVEMBER 2011)

KH. MASRURI ABDUL MUGHNI

(23 JULI 1943 - 19 NOVEMBER 2011)

PENGASUH PONPES AL HIKMAH II BENDA SIRAMPOG BREBES

ROIS SYURIAH PWNU JATENG

Pengalaman Pribadi ketemu Beliau

Udah tiga kabar berita meninggal gw dapat pertama guru ngaji gue di Al Itqon Ust. Utsman Idris trus bokapnya my hunz H. Muhammad dan terakhir KH. Masruri Abdul Mughni, setahu gw pertama ketemu Kiai Masruri beliau orangnya luwes, sederhana, nyantai dan suka nyuguhin tamu aneka macam makanan dan minuman intinya beliau ngmalin hadits nabi menganai pentingnya 'ikromudhdhuyuf' (memuliakan tamu). gw pribadi 2 kali ke Al Hikmah II Benda Brebes, pertama tahun 2008 dalam rangka pembinaan PBSB yang diselenggarakan KEMENAG dan kedua tahun 2009 atau 2010 (gw rada lupa) pas minjem theodolit ma anaknya beliau Gus Nasr buat ngukur kiblat di desa gw. pas lagi minjem pas di depan masjid ketemu ma beliau langsung gw salaman dan cium tangan beliau trus ditanya buat apaan nih theodolit gw jawab buat ngkur kiblat di desa saya kiai beliau langsung mempersilahkan. kesan gw beliau low profile banget ama siapa aja. semoga Allah melimpahkan rahmat dan ampunannya ma beliau al mukaram KH. MASRURI ABDUL MUGHNI.

untuk tambhan nih gw sarikan tulisan yang gw kutip dari situs http://suaramerdeka.com

21 November 2011
In Memoriam KH Masruri Mughni

Salam untuk Paman Rasul Belum Disampaikan

INNA lillahi wainna ilaihi rajiun. Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jateng KH Masruri Mughni, Sabtu (19/11) pukul 23.30 Waktu Arab Saudi, meninggal dunia di Madinah. Sehari sebelum saya berangkat ke China untuk belajar di Universitas Nanchang, Provinsi Jianxi, Kiai Masruri menyempatkan datang ke rumah.
Bersama istri dan Syeh Syami Fathi Al-Jamal dari Al-Azhar, Mesir, Abah Masruri antara lain berpesan agar keberangkatan ke China diniati mengamalkan hadis Rasulullah “Utlubul ilma walau bissin”, tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China. Dia juga berpesan jika sempat ziarah ke makam paman Rasulullah, Sa’ad bin Abi Waqqas di Guangzhou, agar menyampaikan salamnya.
Sebelum pulang ke Benda, Abah berbisik bahwa Insya Allah dia bersama istri dan anak-anak akan berangkat haji. Bu Nyai yang mendengar kiai bisik-bisik, buru-buru mendekati saya. Dia meminta kabar rencana haji jangan disampaikan kepada orang lain karena belum pasti.
Bagi saya, kabar Kiai Masruri akan berangkat haji sangat mengejutkan. Mengapa? Baru dua bulan lalu dia menjalani operasi pemasangan ring di jantung. Saran dokter kepada Abah agar istirahat total.
Saya tidak berani berkomentar apa pun ketika itu, kecuali mendoakan agar perjalanan lancar, selamat ,dan pulang kembali ke Tanah Air menjadi haji mabrur. Setelah operasi pun Abah tetap melakukan aktivitas seperti biasa.
Sebagai rais syuriyah, tetap aktif walau harus menempuh perjalanan darat Benda-Semarang selama enam jam. Selain di kantor PWNU Jalan Dr Cipto Semarang, kiai juga selalu menyempatkan ke Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) karena berposisia sebagai ketua Dewan Pengawas. Dia juga menyambangi putra-putrinya yang mondok di Kudus.
Pada saat menjelang berangkat ke Tanah Suci, Kiai Masruri sempat menelepon saya dari Asrama Haji Donohudan, Boyolali. Saya yang sedang beristirahat di asrama mahasiswa asing merasa terharu karena Abah memberi semangat agar sungguh-sungguh belajar.
Apalagi setelah salam kiai menyapa dengan bahasa China, “Ni hao ma (apa kabar)?”. Salam kepada mahasiswa lain yang berasal dari MAJT langsung saya sampaikan.
Saat menjelang berangkat ke Arafah untuk wukuf, Kiai Masruri kembali menelepon mengabarkan sehat walafiat. Dia minta didoakan bersama seluruh jamaah KBIH Sanabil dari Brebes agar lancar menunaikan puncak ritual haji di Arafah.
Tidak lupa Abah mendoakan kami agar mendapat ilmu manfaat dan selesai tepat waktu. Setelah itu tidak mendapat kabar lagi. Saya mendapat info terakhir melalui SMS bahwa Abah dirawat di RS Al-Anshor Madinah karena gangguan jantung.

Ulama Luwes
KH Masruri sosok ulama alim, murah senyum, berpembawaan luwes, bijaksana, dan mampu mengatasi berbagai masalah. Saya sempat diajak beliau sowan Almaghfurlah Sayid Muhamad Al-Maliki Al-Hasani di Makkah, Habib Umar Al Jaelani Makkah, Habib Zein bin Smith di Madinah, Habib Umar bin Hafidz dan Habb Salim As-Syatri di Darul Mustafa, Tarim Yaman serta beberapa ulama di Mesir. Para ulama yang dikunjungi Abah sudah melakukan kunjungan balasan ke Benda.
Dia lahir di Desa Benda pada 23 Juli 1943, putra pertama dari dua bersaudara buah hati pasangan H Abdul Mughni dan Hj Maryam. Abah adalah cucu KH Kholil bin Mahalli, salah satu muassis Ponpes Al Hikmah.
Pada 1965 dalam usia 22 tahun, Abah menikahi Adzkyah binti KH Cholil yang waktu itu berusia 18 tahun. Dari hasil pernikahan tersebut, lahirlah sembilan putra dan tujuh putri. Hj Adzkyah meninggal pada 1996 dalam usia 48 tahun karena sakit.
Atas petunjuk dan doa restu beberapa kiai, pada 1999 Abah menikah lagi dengan Hj Muzdalifah bin Anas. Dari pernikahan yang kedua ini, dia dikaruniai dua putra dan dua putri.
Sejak kecil, Kiai Masruri mulai belajar ilmu agama di Pondok Pesantren Al Hikmah yang diasuh oleh kakeknya, KH Kholil bin Mahali, yang dibantu KH Suhaemi bin Abdul Ghoni (putra kakak KH Cholil). Pada 1957-1959 dia memperdalam ilmu agama pada KH Sayuti dan KH Bisri di Pondok Pesantren Tasik Agung, Rembang. Setelah itu hijrah ke Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur, hingga 1965.
Selain nyantri, Kiai Masruri juga aktif tabarukan atau mengaji di beberapa pesantren di Indonesia. Di antaranya di Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.
Dia kiai yang rajin mencatat dan mendokumentasi sejarah. Di rumahnya terdapat catatan sanad atau urut-urutan silsilah dari mana dia mendapat ilmu. Sanad mengaji ilmu tafsir, hadis, Alquran, tasawuf, dan lain-lain terpampang rapi di bingkai pigura. Foto-foto saat nyantri bersama Gus Dur di Tambak Beras, juga kitab-kitab kuning yang pernah dipakai mengaji dulu, masih terdokumentasi rapi untuk mengajar santri.
Ada keistimewaan lain yang banyak dicatat para tamu yang datang bersilaturahim dengan kiai di Benda. Setiap jam makan, entah sarapan pagi, makan siang atau makan malam, kesukaan Kiai Masruri adalah menyuguhi tamu dengan aneka hidangan dan minuman.
Menu-menu yang tidak ada di daerah lain dia hadirkan di meja makan. Nasi dari beras hitam, misalnya, bisa ditemui di rumah Kiai Masruri. Nasi Bukhori dengan rasa yang sama dengan di Timur Tengah juga selalu ada.
Maka saat Habib Umar bin Hafidz dari Tarim Yaman dan Rektor Universitas Al-Ahqaf Yaman Prof Dr Adullah Baharun datang ke Benda, menu pertama yang ditanyakan adalah nasi Bukhori. Salam Abah untuk paman Rasulullah Sa’ad bin Abi Waqqas belum kami sampaikan, tapi Abah keburu dipanggil Allah. Amanat Abah akan segera kami sampaikan. Allahummaghfirlahu warhamhu waafihi wakfuanhu, amin. (Agus Fathuddin Yusuf dari Nanchang, China)

Postingan Terkait

Widget dari [ Mukelujauh.blogspot.com ]

Ayo Perbanyak Solawat

download win hisab versi 2.96 via ziddu

SARKUB TECH MELEK IPTEK

UNIVERSITAS MENYAN INDONESIA

Santri

PISS - KTB

Total tayangan laman

4